Eleven

2.5K 295 72
                                    

Aula Besar penuh. Murid - murid duduk dikursi panjang dipinggir Aula Besar. Mayat - mayat yang gugur tergeletak ditandu yang diletakkan ditengah - tengah Aula Besar.

Sirius berjongkok didekat tubuh tak bernyawa. Hati Jeslyn mencelos begitu mengetahui bahwa jasad itu adalah Remus. Disampingnya terbaring istrinya yang sudah tak bernyawa. Mereka seperti sedang tertidur dengan tangan saling menaut.

Ron menangis diatas tubuh Fred yang sudah kaku. Percy merangkul George. Molly menangis dipelukan Arthur. Ginny menangis dipelukan Hermione. Harry tidak ada diantara mereka.

Jeslyn mendekati Sirius. Ia menyentuh bahu Sirius yang bergetar.

"Jessie..."lirihnya dengan putus asa.

Jeslyn berlutut didekat Sirius. "He's a hero."Jeslyn mendekap Sirius. Ia mengarahkan kepala Sirius agar bersandar dipundaknya.

Bahu Sirius bergetar cukup hebat. Suara isakannya terdengar begitu menyakitkan ditelinga Jeslyn sehingga ia turut merasakan apa yang dirasakan Sirius sekarang ini.

"Kita harus istirahat. Sudah hampir pagi."Jeslyn membantu Sirius berdiri.

Sirius menghampiri Ron dan Hermione. "Dimana Harry?"tanyanya.

"Aku rasa dia membutuhkan waktu sendiri."Hermione menghela napas. "Profesor Snape tewas. Dia memberikan memorinya pada Harry, aku rasa Harry ada di ruang Kepala Sekolah."

"Oh baiklah."kata Sirius.

"Aku turut berduka untuk Profesor Lupin."ucap Hermione.

Sirius tersenyum tipis. "Terima kasih."ia beralih ke Ron. "Aku turut berdua untuk Fred."

Ron mengangguk sedih. "Terima kasih."

"Kau terlihar pucat, Jessie. Kau baik - baik saja?"tanya Hermione.

Jeslyn mengangguk. "Aku baik. Aku hanya lelah saja."

"Okay. Kami akan mencari Harry. Sampai nanti. Ayo Ron."Hermione menarik tangan Ron. Mereka keluar dari Aula Besar.

Sirius merangkul Jeslyn. Mereka berjalan menuju kursi panjang yang terletak disudut ruangan.

Jeslyn masih teringat perkataan Evelyn beberapa jam lalu. Tangannya meraba perutnya sendiri. Benarkah ia sedang hamil? Bahkan Jeslyn tidak merasakan gejala hamil pada umumnya.

Jeslyn merasakan perutnya agak buncit dan ia merasa sangat lelah. Ah, dan pada saat ia dan Sirius berapparate di Hogsmeade, ia sempat muntah.

"Kau baik - baik saja, love?"

Jeslyn menurunkan tangannya dari perutnya. "Aku baik - baik saja. Kau tidak terluka kan, Siri?"

Sirius menggeleng. Ia mengarahkan kepala Jeslyn agar bersandar pada bahunya. Seketika Jeslyn langsung terlelap.

*****

Keesokan paginya ketika Sirius membangunkannya, Jeslyn melihat semua orang yang ada di Aula Besar keluar menuju gerbang.

"Siapa itu, Neville? Siapa yang dibawa Hagrid?"tanya Ginny. "Neville, itu siapa?"

"Silence!"Voldemort berdiri dengan angkuh. "Harry Potter is dead!"teriaknya. Para pengikutnya tertawa penuh kemenangan.

"Tidaaak!"Ginny berlari maju namun ditahan oleh Arthur.

"Stupid girl."kata Voldemort. "Harry Potter telah mati, mulai sekarang taruh kepercayaan kalian padaku... Atau mati."

"Draco."terdengar suara Lucius memanggil anak satu - satunya.

Semua mata tertuju pada seorang pemuda berambut pirang yang berantakan. Pakiannya kotor penuh debu. Ia terlihat lelah. Draco masih mematung saat semua orang menatapnya.

Sirius Black's Love Story ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang