Perintah

7 1 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahiim.

Hai, guys! Sesuai janji aku di 'Introduction' kemarin, hari ini aku bakal posting ceritanya🤗

-Happy reading-
-Semoga suka🥰-

Tok tok tok

"Masuk."

Seseorang yang mengetuk pintu tadi segera masuk sesuai perintah dari pemilik kamar.

"Pangeran Kafka diminta untuk ke ruang rapat oleh Yang Mulia," ucap seorang dayang tadi.

"Saya segera ke sana," ucap Kafka tanpa ekspresi.

"Baik, Pangeran. Saya permisi," ucap dayang itu sebelum pergi keluar dari kamar Kafka.

Setelah dayang menutup pintu kamar Kafka, ia menghela nafas panjang. Ia sudah tahu, bahwa ayahnya akan membahas hal yang sama seperti beberapa hari yang lalu. Dengan berat hati, Kafka mulai melangkahkan kakinya untuk menemui Raja Malvinos, ayahnya.

☆☆☆

"Bagaimana, Kafka?" tanya seorang lelaki paruh baya yang sedang duduk di seberang Kafka. Lelaki itu menatap Kafka dengan wajah memohon, ia sangat berharap Kafka akan menyetujui permintaannya.

Kafka menghela nafas panjang dan berkata, "Baiklah, aku akan melakukannya. Tap ..."

"Terima kasih, Nak. Ayah tau kau anak yang baik hati," ucapnya. Ya, lelaki itu adalah ayah dari Kafka. Raja Malvinos.

"Aku belum selesai bicara, Ayah."

Ucapan Kafka barusan mampu membuatnya melongo tak percaya. "Apa maksudmu?" heran Malvinos.

"Aku punya syarat untuk hal ini. Agar semua pihak merasa tidak dirugikan," balas Kafka dengan wajah tanpa ekspresi.

"Apa itu?" Malvinos penasaran, syarat apa yang akan diucapkan anak semata wayangnya ini.

"Aku ingin ayah tidak juga mengirim seseorang untuk menjagaku, memata-mataiku, dan lainnya. Bagaimana?"

Malvinos dibuat tercengang untuk yang kedua kalinya. Syarat konyol macam apa ini? Apa tidak ada syarat lain yang lebih baik?

"Untuk itu ayah tidak setuju, tapi jika kamu meminta kekuatan yang lebih dahsyat maka akan ayah berikan."

"Terserah. Aku tidak peduli. Jika ayah mau, maka setujui persyaratanku. Dan, aku tidak membutuhkan kekuatan yang berlebihan itu. Kekuatanku akan semakin bertambah sesuai kenaikan umurku."

Kafka melenggang pergi meninggalkan Malvinos yang menggeram frustasi.

☆☆☆

"Apakah semuanya sudah siap?" Suara itu menginterupsi orang-orang yang sedang sibuk mengerjakan pekerjaannya masing-masing.

Seketika semuanya terdiam dan menoleh ke sumber suara. Beberapa diantara mereka yang merasa bersangkutan, menghampiri orang tadi.

"Semuanya sudah siap, Yang Mulia. Kita tinggal menunggu kedatangan Pangeran Kafka," ucap salah satunya. Ya, yang berbicara tadi adalah Raja Malvinos.

My Unknown BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang