Gelora hati harus disetir oleh otak, namun otak harus di jiwai oleh hati
~Gelora Rindu Rayana~
---------------------
Gelora Rindu Rayana, Seorang gadis berparas cantik nan imut, kulit putih bersih serta rambut lurus bak jalan tol. Eh jalan tol lurus yak? Gadis itu kini tengah berdiri di depan gerbang rumah sahabat baiknya, ah tidak berdiri lebih tepatnya adalah nemplok di pagar gerbang persis seperti cicak. Pak satpam hanya menatap datar kepadanya.
"Pio.... Hayu main yuk!" Ucap Gelora sambil menggedor-gedor pagar rumah Pio menciptakan keributan bagi orang yang sedang berada di dekat tempat itu, Pak Satpam selaku korban keributan tersebut menutup kupingnya dengan diselingi tatapan serta ekspresi datar ke arah Gelora, cewek itu seperti sedang mengajak bermain anak TK saja.
"Pioo..."
"Pio...pio...pio..."
"PIORAY MAHENZANO!! LAMA-LAMA AKU BAKAR YA RUMAH KAMU! SAYANG BENSIN YANG DI GARASI MASIH BANYAK" ucap Gelora emosi.
"PIO YUHUU!!!" teriaknya.
"Kenapa liatinnya gitu pak? ada dendam pribadi sama saya?" Tanya Gelora santai dengan tatapan pak satpam
"Neng ngapain nemplok disitu?"
"Nyari ikan cupang pak, buat lauk di rumah." ucapnya. "eh ikan cupang bisa dimakan yak?" Tanyanya pelan pada dirinya sendiri.
"Saya serius neng." Ucap Pak Satpam sedang tidak berniat untuk bercanda. Biasanya dia selalu meladeni setiap kekonyolan Gelora yang menuju tak terbatas dan melampauinya. Ada masalah apa sih, pak satpam? Sini - sini cerita sama aku :)
"Serius amat sih, bapaknya. Ya Gelora mau ngajak Pio mainlah pak, yakali ngajak bapak. Yang ada kemalingan entar rumah Pio kalo bapak saya ajak main."
"Saya tau neng, Tap......"
"Syuttt.... Bapak diem dulu, nanti Pio gak denger. Bapak liat kan, tadi saya teriak aja Pio gak denger" Gelora menempelkan jari telunjuknya di depan bibir mengisyaratkan pak satpam untuk diam.
"Gimana tuan Pio mau dengar Neng Lora manggilnya disini, sekalian aja dari atas monas."
Gelora menggeleng tidak setuju
"Gak ah pak, Gelora manggil dari sini aja Pio gak denger gimana jadinya kalo manggil dari Monas.""Itu maksud saya neng! Neng manggil dari sini gimana tuan Pio mau denger jarak gerbang sama rumahnya aja 100 meter."
Gelora menggaruk rambutnya yang tak gatal, dia terkekeh kecil.
"Hehehe.."
"Hahe-hahe, lagian neng ngapain manggil dari situ. Biasanya aja langsung masuk gak permisi"
"Iya juga ya pak, ngapain saya begitu tadi. keliatan banget gabutnya." Jawab Gelora, Pak satpam hanya menatap malas.
"Gitu amat liatnya pak, demen sama saya?" Tanya Gelora sambil mengedip-ngedipkan wajahnya lucu.
"Gak ada kerjaan saya suka sama neng, cantikan juga mimi peri. Ck, bocah ingusan."
"Ye sekate-kate ya pak, dulu memang Gelora bocah ingusan. Sekarang udah berubah."
"Iyasih berubah. Sifatnya juga yang kecilnya sarap, gedenya makin sarap"
"Biarin aja yang penting berubah" Jawabnya "Emang kayak bapak gak ada perubahan" sambungnya pelan agar pak satpam tidak dengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gelora (Hiatus Sementara)
Teen FictionGimana rasanya jadi ratu diantara dua cowok? Ini adalah perjalanan Gelora dalam mengungkap teka-teki hidupnya, bukan hanya diiringi dengan tawa bahkan derai air mata juga menghiasi. Rahasia besar menantinya. Hai guys, yuk kepoin cerita seru dari Gel...