Kenapa aku turut merasakan rasa sakitmu, saat fisik dan psikisku baik-baik saja?
-Gelora Rindu Rayana-
Galang Ravano Gusman
Happy reading guys....
Sebelum baca vote dulu ya, mari saling menghargai :)___________
Sapta menopang tubuh Galang dan membawanya ke UKS. Beruntung juga di sepanjang perjalanan tidak bertemu guru apalagi guru BP. Kalau tidak mereka akan diusut walaupun yang salah adalah Tion namun Sapta akan tetap terkena imbasnya juga. Kalau sampai ada guru yang tau lalu melapor ke orangtuanya apalagi melapor pada omnya. Hmm bisa mampus dia. Dia tidak mau mengulangi kesalahan yang sama. Dan membuat keluarganya kecewa untuk yang kesekian kalinya karena tingkahnya yang dinilai nakal, nyatanya kenakalannya dulu di mata keluarganya, selalu dinilai sebagai kebaikan bagi orang lain. Hanya saja keluarganya tidak pernah sadar, dan tidak pernah mau menyadarinya. Gelora dan Jeje berjalan di belakangnya. Raut wajah Gelora sangat panik seakan yang terluka itu adalah keluarganya.
"Ma...ma..kasih" ucap Galang terbata-bata setelah Sapta membaringkannya di ranjang UKS. Sapta mengangguk.
"Kemana semua petugas UKS?" Tanya Sapta namun Jeje dan Gelora menggeleng tak tau.
"Giliran dibutuhin aja gak ada" ucap Jeje menimpali.
"Gue anak UKS. Biar gue yang ngobatin Galang" Ucap Gelora lalu membuka lemari untuk mengambil kotak P3K. Gelora memang murid yang cukup aktif di ekskul sekolah. Bukan hanya ekskul volly yang dia ikuti namun ekskul UKS juga.
"Oh iya gue lupa kan lo anak UKS juga." Ucap Jeje yang baru sadar.
"kalian balik aja ke kelas duluan. Nanti nilai kalian dikurangi" Saran Gelora menatap Sapta dan Jeje. Memang akan ada pengurangan nilai untuk setiap anak unggulan yang ketahuan cabut di jam pelajaran. Semakin sedikit nilai mereka maka akan semakin besar kemungkinan mereka terbuang dari kelas unggulan dan digantikan oleh siswa dari kelas lainnya.
"Lo gimana?" Tanya Sapta
"Bilang aja gue lagi jadi petugas UKS"
Jeje mengangguk lalu mengajak Sapta, awalnya Sapta menolak namun Gelora bersikeras. Dia tidak mau nilai Sapta mendapat pengurangan. Nilainya saja mungkin tidak ada, apa yang ingin dikurangi.
"Buruan, Ta. Entar gurunya keburu masuk" ajak Jeje.
Gelora membantu Galang untuk duduk di atas ranjang lalu Gelora mengambil duduk di sampingnya. Dia membuka kotak obat lalu mengambil kapas untuk membersihkan luka Galang.
"Shh... perih, Ra" ucap Galang berbicara untuk yang pertama kalinya pada Gelora. Gelora tertegun, untuk pertama kalinya dia mendengar suara Galang. Selama bersekolah di tempat yang sama, sekalipun mereka tidak pernah saling bicara satu sama lain.
"Ini sakit?" Tanya Gelora memegang sudut bibir Galang yang robek dan mengeluarkan darah. Tubuh Galang berdesir saat pertama kalinya Gelora menyentuhnya.
"Ng..gak kok" ucap Galang lalu tersenyum seakan menunjukkan dirinya baik-baik saja tanpa rasa sakit sedikitpun nyatanya itu hanya membuatnya jadi terlihat lebih menyedihkan. Gelora kembali membersihkan luka-luka Galang yang sangat banyak. Air matanya luruh begitu saja, bahkan dia tidak tau apa alasan air matanya menetes. Setiap dia membersihkan luka yang satu lalu luka yang lain, dia semakin menangis. Tidak ada suara, hanya air matanya yang mengalir. Seakan rasa sakit Galang juga terimbas padanya. Kenapa? Tanyanya dalam hati.
"Kok lo nangis?" pertanyaan Galang sukses membuat Gelora sadar lalu mengusap air matanya dengan cepat.
"Hei.. kok gak jawab?" Tanya Galang lagi. Ketika Gelora mengangkat pandangannya lalu menatap tepat di manik wajah Galang. Yang di tatap langsung kalang kabut menatap ke arah lain.
"Gue juga gak tau. Air mata gue turun sendiri. Apa ini sakit? Lo bilang gak. Tapi gue seakan rasain rasa sakit lo juga" ucap Gelora sendu. Dia sering mengobati siswa lain yang terluka seperti ini namun dia tidak pernah menangis hanya sedikit meringis saja. Kenapa dengan Galang?
"Mungkin karena luka dan darah gue yang keluar banyak" Gelora tidak menjawab dia kembali fokus membersihkan luka Galang. Senyum penuh arti terukir di bibir Galang, senyum yang tidak pernah dia tunjukkan ke orang lain kecuali orangtuanya. Gelora sudah selesai membersihkan dan membalut semua luka Galang. Dia merogoh sesuatu di saku roknya, sebuah plester jingga bergambar kelinci. Membuat Galang bingung.
"Ini plester kesayangan gue. Lo tau gue hobi banget ngoleksi plester. Di tas gue ada banyak banget. Yang ini selalu gue bawa." curhat Gelora antusias pada Galang. Hobi yang aneh, pikir Galang.
Galang meringis saat Gelora memegang luka goresan yang ada di dekat pelipis kirinya. Dia merasakan sebuah benda ditempelkan disana.
"Loh itukan plester kesayangan lo. Kok lo pakein ke gue"
"Pake aja. Lo lebih butuh itu"
"Ma...makasih" ucap Galang pelan tak berani menatap Gelora.
"Sama-sama, Lang. Gue boleh ngomong sesuatu?" Tanya Gelora
"Boleh aja" ucap Galang mempersilahkan.
"Menurut gue, apa yang lo lakuin hari ini udah bener. Walaupun lo dapat semua luka ini. Lo juga dapat harga diri lo balik. Gak usah takut sama manusia kaya Tion and geng, mereka sama kayak lo dan gue. Bedanya mereka berlagak menakutkan, jadi jangan pernah berlagak lemah untuk ngelawannya. Sesekali keras harus dilawan dengan keras juga."
"Kalo api di lawan dengan api, gak akan ada habisnya, Ra." Ujar Galang menambahi.
"Lo bener. Tapi gue merasa semakin kita bersikap lemah di depan orang, maka semakin orang semena-mena sama kita. Melawan lebih baik kalo itu udah soal harga diri lo." Petuah Gelora pada Galang yang dia balas dengan senyum lalu anggukan.
Galang hendak bangkit dari ranjang. Namun perkataan Gelora menghentikan pergerakannya.
"Lo mau kemana?"
"Nganterin lo terus balik ke kelas. Ayo!" Ajak Galang yang langsung disambut gelengan kepala Gelora.
"Lo disini aja. Gue bisa balik sendiri. Jangan balik ke kelas. Kalo guru apalagi guru BP liat lo dalam keadaan kayak gini, lo bakalan kena masalah." Gelora bangkit dari ranjang berjalan ke arah dispenser. Dia mengambil segelas air hangat lalu memberikannya pada Galang.
"Minum ini. Abis itu lo tidur disini. Entar bel pulang gue kesini lagi bareng Pio. Jangan kemana-mana, oke!" Interupsi Gelora. Galang kembali mengangguk.
"Makasih banyak, Ra"
"Ini uda tugas gue sebagai anak UKS. Gue balik ke kelas dulu" Gelora tersenyum lalu meninggalkan Galang sendirian di ruangan serba putih dengan bau obat yang lumayan menyengat itu. Dia meneguk air pemberian Gelora lalu tersenyum sendu. Sudut matanya mengeluarkan air mata yang langsung dia usap dengan kasar.
"Makasih Ra mau peduli ke gue"
"Gue juga sakit, Ra kalo lo sakit. Gue bersyukur ada Pio di samping lo dan sekarang Sapta juga ada untuk ngelindungin lo. Maaf gue gak bisa jadi seperti mereka. Gue adalah orang yang paling berbahagia kalo lo bahagia." Ucapnya memandangi kepergian Gelora yang sudah tidak tampak.
_________
Semoga suka part ini yaaa.....
Jangan lupa bantu aku vote dan komen cerita ini.
Yang vote dan komen, aku doain dapat pahala:)IG : Purnama_Srgr
KAMU SEDANG MEMBACA
Gelora (Hiatus Sementara)
Teen FictionGimana rasanya jadi ratu diantara dua cowok? Ini adalah perjalanan Gelora dalam mengungkap teka-teki hidupnya, bukan hanya diiringi dengan tawa bahkan derai air mata juga menghiasi. Rahasia besar menantinya. Hai guys, yuk kepoin cerita seru dari Gel...