Baru pukul tengah enam pagi, Gelora sudah bertandang ke rumah Pio dengan membawa nasi goreng dan kue buatannya. Hari ini adalah hari dimana Pio akan mengikuti oliempiade yang entah sudah berapa kali. Oliempiade itu diadakan di pusat kota. Hal itu membuat Pio harus menginap. Setiap Pio akan pergi untuk suatu lomba, bukan Pio yang excited justru Gelora-lah yang sangat sibuk. Seperti sekarang, dia sudah memakai rapi seragamnya dengan rambut dicepol. Setelah selesai memasak makanan untuk Pio, kini saatnya dia membangunkan cowok itu. Masalah peralatan, Gelora sudah menyiapkannya tadi malam, saat Pio sibuk belajar."Heh Anak Krakatau, pagi sekali kamu sudah disini saja," ucap seorang perempuan dengan rambut digulung yang memiliki uban sedikit dengan baju kantoran. Dia adalah Nenek Kesy, neneknya Pio. Anak Krakatau adalah panggilan neneknya untuk Gelora karena gadis itu sangat cerewet.
"Eh Nenek tersayang. Good morning," sapa Gelora bergelayut di tangga.
"Sakit sekali telinga saya mendengar perkataan kamu."
Gelora tertawa kecil menatapnya.
"Nenek jangan pergi dulu ya, hari inikan Pio mau ikut Oliempiade," ujar Gelora pada Nenek Kesy.
"Saya tidak bisa Gelora, saya ada pertemuan dengan klien penting dari luar negeri. Lagipula ini bukan kali pertama Pio akan berangkat Oliempiade."
"Apa klien itu lebih penting dari Pio?" tanya Gelora sedikit terluka.
"Gelora, jangan membandingkan sesuatu! Pio dan klien adalah dua hal yang berbeda."
"Lagipula Pio sudah bukan anak kecil lagi, dia bisa sendiri. Jangan menganggap seakan-akan dia adalah anak kecil."
"Bukan anak kecil lagi, bukan berarti gak butuh kasih sayang, Nek."
"Jangan mendebat saya, Gelora. Jangan berlebihan tentang hal-hal kecil seperti ini,"
Gelora hanya bisa meneguk ludahnya kasar. Dia memperhatikan Nenek Kesy yang sedang menuliskan sesuatu pada note kecil.
"Note kecil dengan ucapan kasih sayang, gak akan menggantikan kehadiran Nenek," ucapan Gelora membuat Kesy berhenti dari pergerakannya. Matanya hanya menatap kosong pada Gelora.
Dengan cepat dia menempelkan note kecil itu pada lemari dekat TV, Pio sudah hafal akan tempat note itu.Tanpa membalas ucapan Gelora, Kesy berjalan pergi. Gelora hanya bisa menatap kepergian itu dengan sendu. Jika dirinya saja terluka, apalagi Pio. Dia berusaha tersenyum untuk Pio. Disisi lain, Pio yang menempelkan telinganya pada daun pintu untuk mendengarkan percakapan Gelora dan Neneknya hanya bisa tersenyum hambar. Mendengar Gelora yang menaiki tangga menuju kamarnya, Pio dengan cepat melompat ke kasurnya.
"Pio ayo bangun, kita harus berangkat lebih pagi, ayo!" Gelora membangunkan Pio yang sebenarnya sudah terbangun daritadi. Mana mungkin dia melewatkan sarapan paginya, percakapan Gelora dan Neneknya adalah sarapan pagi wajib Pio sebelum berangkat Oliempiade.
"Iya, Ra." Ucap Pio bangkit dari tidurnya.
"Ini handuk Pio, ini seragamnya dibawa aja ke kamar mandi. Biar sekalian pakai disitu. Aku mau urus peralatan kamu, belum aku masukin ke ransel tadi malam."
Pio tersenyum simpul menatap Gelora, setidaknya masih ada yang perduli dengan dirinya.
"Kebiasaan kamu, Ra. Yang Oliempiade aku, yang excited malah kamu."
"Is Pio, buruan nanti telat!" Gelora mendorong tubuh Pio dengan paksa lalu menutup pintu kamar mandi dan tertawa kecil.
"Mandi yang bener. Jangan ngelamun." Ucapan Gelora dari luar bisa Pio dengar dengan jelas. Jika ditelaah, Gelora tidaklah memiliki hubungan saudara dengannya, tapi gadis itu sangat memperhatikan dirinya. Bahkan dia tau bahwa Pio akan melamun tentang hidupnya sebelum mandi. Apa neneknya tau akan hal itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Gelora (Hiatus Sementara)
Teen FictionGimana rasanya jadi ratu diantara dua cowok? Ini adalah perjalanan Gelora dalam mengungkap teka-teki hidupnya, bukan hanya diiringi dengan tawa bahkan derai air mata juga menghiasi. Rahasia besar menantinya. Hai guys, yuk kepoin cerita seru dari Gel...