13. karya anak bangsa.

62 28 65
                                    


Happy reading guys....
Sebelum baca vote dulu ya, mari saling menghargai :)

¤¤¤¤¤

"Ya gimana. Cuma ada satu seprai, yang lainnya dicuci sama bibi. Lagian kunci kamar tamu yang lain ada sama bibi. Jadi mau gak mau kalian tidur berdua yaa. Lagian kan kalian juga sama-sama cowok." Rayu Gelora pada kedua cowok itu. Keduanya menggeleng kuat, tetap pada pendiriannya.

"Kenapa gue gak tidur bareng lo aja sih, Ra?" Tanya Sapta polos.

"Pala lo kotak, mana bisa gitu. Haram!" Ucap Gelora pada Sapta.

"Kalo udah halal, boleh dong, Ra?" Bisik Sapta di telinga Gelora yang langsung mendapat hadiah bogeman di perutnya.

"Aww... becanda, Ra. Gila sakit banget pukulan lo." Ringis Sapta memegangi perutnya.

"Rasain!" Ejek Pio, dia kembali membaringkan tubuhnya di kasur.

"Mau tidur disitu sekarang atau dapat hadiah lagi?" Tanya Gelora tersenyum sinis dengan tangan dikepal di depan wajahnya.

"Lebih baik gue tidur sama makhluk dunia lain, daripada harus tidur sama si Pou." Cibir Sapta.

"Lo pikir gue mau tidur bareng sama lo?" Balas Pio tanpa membuka matanya.

"Oke. Lo tidur disitu. Gue bakalan tidur di sofa. Awas aja kalo lo minta-minta gue tidur bareng lo. Awas aja, awas!" Sapta merebahkan tubuhnya di sofa yang ada dekat kasur. Dia memejamkan matanya dengan paksa.

"Gak akan!"

"Oh...ok.. okey. Terserah kalian aja." Tutur Gelora melihat keangkuhan keduanya. Gelora segera beranjak untuk keluar dari kamar, sebelum menutup pintu, dia mengucapkan salam perpisahan kepada keduanya.

"Selamat malam, cowok-cowok ganteng." Ucapnya tertawa kecil, dia menutup pintu dan segera menuju ke kamarnya, yang tidak jauh dari kamar yang Pio dan Sapta tempati. Mendengar perkataan Gelora, Sapta dan Pio tersenyum simpul dengan mata tetap terpejam.

30 menit kemudian...

  Sapta terbangun karena merasa kedinginan di sekujur tubuhnya, tentu saja dia kedinginanan, Sapta tertidur tepat di bawah AC tanpa menggunakan selimut. Badannya juga terasa sakit karena harus tidur di sofa itu. Tidak ada pilihan lain, Sapta pun mengambil ancang-ancang lalu melompat ke kasur. Pio yang merasa ada goncangan gempa bumi pun langsung membuka matanya. Dia menoleh ke arah kasur sebelahnya. Dan benar saja, Sapta sudah merebahkan badannya di kasur.

Pio berdecak sebal melihat kelakuan Sapta. "Ngapain lo naik kesini?"

"Dingin, njir." Ucap sapta tanpa menatap Pio. Dapat Pio lihat dengan jelas Sapta tampak menggigil kedinginan. Dia pun menarik selimut menutupi tubuh Sapta. 

"Pio...." bisik Sapta di telinga Pio.

Pio mengusak telinganya merasa terganggu dengan perbuatan Sapta.

"Pou, lo udah tidur?"

"....."

"Pou.... gue gabisa tidur." Adunya.

"....."

"Lo beneran udah tidur?"

"Udah!"

"Ohh udah.... eh kok bisa ngomong?" Tanya Sapta kebingungan.

Dengan muka merah padam, Pio membuka matanya lalu berteriak.

"GIMANA GUE BISA TIDUR KALO LO GANGGU GUE TERUS, SAMPAH!" Ucap Pio kesal tepat di telinga Sapta, membuatnya berjengit memegangi telinganya. Pio pun menarik beberapa lembar tisu di atas nakas lalu dengan cepat menyumpalkannya ke dalam mulut Sapta. Membuat suara Sapta sedikit redam.

04.21

  Gelora tertawa pelan melihat foto yang baru saja dia ambil. Di foto tersebut, Sapta dan Pio saling berpelukan dengan wajah yang sangat lucu. Gelora menutup mulutnya dengan tangan, takut membangunkan Sapta dan Pio.

Setelah ini entah apa yang harus dia lakukan. Dia sudah bangun sejak jam 3 pagi tadi. Gelora memang selalu bangun tepat pukul 3 pagi. Hal itu terjadi sejak dia kecil, dia bahkan tidak tau alasan dibalik itu, namun dia tidak pernah mengatakan kepada siapapun bahwa dia punya sedikit masalah dengan waktu tidurnya.

Memang ada kejadian besar yang terjadi padanya tepat pukul 3 pagi. Saat itu Gelora kecil masih berumur 5 tahun, seorang wanita yang bisa Gelora anggap sebagai orang gila, menculiknya saat bermain di rumah Pio.

    Perempuan tersebut mengurung Gelora di sebuah gudang tua, dia berkata dengan kasar bahwa Gelora harus menanggung perbuatan jahat kedua orangtunya terhadap diri perempuan itu dan keluarganya. Sampai sekarang Gelora sama sekali tidak faham apa yang menjadi dasar perempuan itu menculiknya. Tepat pukul 3 pagi perempuan tersebut menusuk perut Gelora, saat itu Gelora kecil dapat melihat dengan samar Papanya, Nenek Kesy, dan Pio berlari ke arahnya. Dia juga melihat perempuan gila itu meronta-ronta saat polisi menangkapnya. Setelah itu Gelora kehilangan kesadarannya. Dari informasi yang dia terima, perempuan itu ditahan di penjara selama 12 tahun atas penculikan dan rencana pembunuhan akan dirinya.

  
     Namun trauma itu tidak menjadi dasar Gelora selalu terbangun jam 3 pagi, sebelum kejadian itupun Gelora selalu terbangun tepat pukul 3 pagi dan sering diiringi mimpi buruk, serta perasaan takut. Gelora yakin pasti ada peristiwa besar yang menjadi penyebabnya, peristiwa yang lebih besar daripada peristiwa penculikan saat dia berumur 5 tahun. Namun sampai sekarang misteri itu belum dia dapatkan titik terangnya.

"Kamu udah bangun, sayang?" Ucapan Papa Gelora di ambang pintu membuat Gelora membalikkan badannya.

"Eh Papa.."

"Ayo bangunkan mereka berdua supaya siap-siap, kita shalat subuh berjamaah." Ucap Yuza lalu segera turun ke bawah.

  Gelora memandangi sebuah kotak pensil yang berisi beberapa stabilo di atas nakas. Dengan senyum jahatnya, dia mengambil beberapa stabilo lalu mendekati dua insan yang sedang tertidur pulas di depannya. Sudah lama Gelora tidak menjahili orang lagi.

Bukannya membangunkan Sapta dan Pio untuk siap-siap sebelum beribadah, Gelora malah melukis di wajah mereka menggunakan stabilo, kali ini dia tidak menggunakan kanvas sebagai mediumnya, melainkan wajah dua cowok malang tersebut.

"Astaga, Ra... kamu apain anak orang?!" Tanya Papanya terkejut saat masuk ke dalam kamar. Bukannya menjawab, Gelora malah tersenyum dan memberikan kotak berisi stabilo tersebut pada papanya. Yuza memasang wajah datar melihat kelakuan jahil putrinya.

  Gelora dan Yuza saat ini sedang sibuk menghias dengan stabilo di tangan mereka. Yuza mendapat bagian merias Pio. Sementara Gelora merias wajah Sapta. Keduanya tertidur sangat pulas, sampai tidak sadar sudah dijadikan badut oleh Yuza dan putrinya. Setelah selesai dengan misi mereka. Gelora dan Yuza tertawa kemudian saling tos untuk hasil karya mereka. Gelora dan Papanya lalu berjalan pelan keluar kamar, meninggalkan Sapta dan Pio yang malang.

●●□□□□□●●

Itu anak orang diapain woi??
Jahat bener😂

Semoga suka part ini yaaa.....

Jangan lupa bantu aku vote dan komen cerita ini.
Yang vote dan komen, aku doain dapat pahala:)


IG : Purnama_Srgr

Bonus

Anggap aja Pio dan Sapta😚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anggap aja Pio dan Sapta😚

Gelora (Hiatus Sementara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang