2. Murid Baru Versus Gelora

234 140 70
                                    

Jika kau bumi, maka aku ingin jadi bulan.
Agar menjadi yang terdekat denganmu

-Pioray Mahenzano-

Happy reading guys....
Sebelum baca vote dulu ya, mari saling menghargai :)

   Gelora menginjakkan kakinya di SMA Kesuma Sakti, sekolah Favorit di tempatnya. Di sinilah Gelora dan Pio sama sama bersekolah, bahkan mereka sama sama duduk di kelas yang sama, kelas 11 IPA 1 atau di kenal sebagai kelas unggulan. Seharusnya Gelora kelas 10, namun Gelora memang sengaja cepat masuk sekolah agar bisa bersama dengan Pio.

Bahkan dari TK, SD, SMP mereka selalu bersekolah di sekolah yang sama, di kelas yang sama, dan di meja yang sama. Itulah alasan kenapa mereka begitu dekat bahkan sudah seperti saudara kandung.

Dulu waktu Pio masuk TK, Gelora menunggu Pio di rumah hingga bosan. Sampai Ia nekat mendatangi TK Pio dan hati Gelora begitu sakit ketika melihat Pio dari kejauhan selalu sendiri. Bukan! Bukan Pio yang tidak mau berteman dengan yang lain, namun saat Pio ingin mendekati dan berteman dengan mereka, mereka menolak dan menjauh. Dengan alasan Pio terlalu pintar, sehingga mereka tidak suka. Saat itulah Gelora pulang dan menangis sesenggukan meminta untuk dimasukkan ke TK yang sama dengan Pio. Cuma alasan jika dia ingin belajar, dia hanya ingin tetap bersama Pio agar Pio tidak sendirian.

○○○○○○

   Gelora sengaja berangkat lebih cepat dan meninggalkan Pio. Karena jika Ia berangkat bersama dengan Pio, dia pasti akan di paksa ikut upacara bendera. Gelora langsung ngibrit ke rooftop sekolah, takut jika Pio memergokinya. Jika itu terjadi, Pio akan menyeretnya agar ikut upacara.

"Huh aman-aman." Lega Gelora mengusap dada sesampainya di rooftop.

"Tahun ajaran baru yang indah." Gelora memandang takjub pemandangan dari atas rooftop sekolahnya. Keadaan di bawah masih sangat sepi dan sejuk, belum tampak lalu lalang murid SMA Kesuma Sakti yang berjumlah ribuan. Tentu saja, Gelora kan berangkat sangat pagi.

"Mohon maaf profesor Pio yang terhormat, Gelora gakuat kalo harus upacara. Pak Gopal nanti pasti ngawasin Gelora terus, jangankan gerak nafas aja entar Gelora susah. Mending Gelora disini sendiri." jelas Gelora panjang lebar

"Berdua.."

"Iya berdua"
"syutt...!! diem-diem bae! entar kalo uda selesai upacara kita turun."

"Hmm."

"Ka...." Gelora membungkam mulutnya. Tunggu-tunggu Gelora kan sendirian disini kenapa ada yang menjawab. Apa ada hantu disini? apa hantu itu tidak suka jika Gelora lari kesini agar tidak ikut upacara?. Gelora memegang lehernya yang terasa merinding. Dia pun memberanikan diri melihat ke belakang.

"AAAA....HANTU MIRIP PIOOO!!" Teriaknya spontan.

"Apaan sih Ra, ini memang aku Pio" ucap Pioray dengan tenang.

"Beneran? bukan jin yang nyamar kan?" Gelora masih ragu, jangan jangan jin di rooftop menjiplak wajah Pio.

"Enggak, Ra!"

"Pio kok tau Gelora disini?" Tanya Gelora kebingungan. Padahal saat dia berangkat, Pio masih sarapan. Dia sempat mengintip Pio dari jendela rumah cowok itu.

Pio tidak menjawab dia malah menarik tangan Gelora membawanya untuk turun tetapi Gelora menolak.

"Mau kemana?"

"Upacara." ucapnya dingin

"Gak mau Pio! minggu kemaren kan udah." Tolak Gelora, wajahnya benar-benar menunjukkan ketidak inginannya.

Gelora (Hiatus Sementara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang