7. Lukisan dari kehidupan real

132 104 32
                                    

Ada yang terlihat membencimu, nyatanya sangat menyayangimu
Ada juga yang terlihat sangat menyayangimu
Namun nyatanya adalah orang yang paling membencimu

-Pioray Mahenzano-

Happy reading guys....
Sebelum baca vote dulu ya, mari saling menghargai :)

Pio menghentikan mobil di depan rumah Gelora. Matanya menangkap sosok Sapta dari kaca mobil, yang duduk di belakang sambil menutupi wajahnya dengan tudung Hoodie miliknya.

"Lo udah bisa nyetir sendiri atau mau gue anter?" Tanya Pio tak lagi menatap Sapta.

"Gue bisa nyetir sendiri."

"Lo yakin, Ta? kalo gak kita bisa anterin lo. Masalah mobil belakangan" tawar Gelora.

"Gue bisa, Ra."

"Yaudah." Pio segera melepas sabuk pengamannya dan keluar diikuti oleh Gelora.

"Pio jangan pulang dulu ya!" pinta Gelora pada Pio

"Iya. Emang mau ngapain?"

"Aku lagi pengen ngelukis. Temenin aku kayak biasa."

"Boleh." Ucap Pio sambil tersenyum

Mendengar percakapan Pio dan Gelora, Sapta segera keluar dari mobil.

"Kalian mau ngapain? kalo gitu gue ikut."

"Gak!" Bantah Pio

"Ikut!"

"Ta, lo pulang aja. Ini uda malam nanti lo kenapa-kenapa apalagi lo baru aja baikan." Sapta mendengarkan perkataan Gelora sambil bertopang dagu.

"Sapta lo dengerin gak sih!" Gelora menjentikkan jarinya di depan Sapta.

"Khawatir banget sih, Ra sama gue." Sapta mesam-mesem.

"GR!" cibir Pio

"Apa lo?! Pokoknya gue mau ikut!"

"Ta.."

"Mau ik....." belum sempat Sapta menyelesaikan ucapannya. Teleponnya sudah berbunyi.

...Aiyaiyaya I'm your little butterfly...

Sapta segera mengangkat telepon itu karena yang menelepon adalah bos besar alias Papinya. Kalo bukan Papi atau Maminya, Sapta akan malas mengangkatnya. Pio dan Gelora menahan tawa mendengar nada panggilan Sapta, sangat memalukan. Sapta menahan mukanya yang memerah karena malu, ini adalah perbuatan temannya yang di Bandung, dia bahkan tidak sempat mengganti, ah bukan tidak sempat lebih tepatnya tidak peduli. Baiklah! dia bertekat setelah selesai mengangkat telepon papinya dia akan langsung mengganti nada deringnya.

"Sapta kamu dimana?"

"Di rumah calon, Pa."

"Ck, halu. Kaya ada aja yang mau sama kamu. Sudah, bisa kamu jemput Papi?"

"Tumben Papi minta di jemput. Mobil papi kemana?"

"Mobil Papi rusak."

"Yaudah Sapta OTW, Pi."

   Sapta melajukan mobilnya ke tempat yang dikirimkan Papinya. Alamat itu tidak terlalu jauh dari rumah Gelora.

"Bakar aja Pi, bakar! baru juga di beli kemarin udah ngulah." Sapta memprovokasi Papinya yang menendang mobil karena kesal, baru juga di beli kemarin sudah mogok saja.

"Nih Pi, mancis." Ucap Sapta semakin gencar.

"Buat apa kamu nyimpen mancis? merokok kamu?!" Sapta yang mendengar kata-kata papinya  langsung bereaksi mengelus dadanya.

Gelora (Hiatus Sementara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang