6. Tragedi Pasar Malam; Maaf Sapta

151 112 23
                                    

Senja memang meninggalkanmu namun dia selalu kembali.
~

Happy reading guys....
Sebelum baca vote dulu ya, mari saling menghargai :)

Gelora menatap senang pasar malam di hadapannya, sudah lama dia tidak ke pasar malam. Matanya tetap setia menatap keramaian yang hilir mudik.

  Sementara Pio ingin menemui Gelora, tangannya di tarik paksa oleh Sapta sehingga ia tertarik ke belakang.

"Apasih?!!" Tajam Pio

"Gue gak bakalan biarin lo sampai duluan ke samping Gelora" Sapta tersenyum sinis lalu tanpa babibu menginjak kaki Pio, Tentu saja sang empunya kesakitan sambil berjingkat-jingkat memegangi sebelah kakinya Sapta tertawa diatas penderitaan Pio. Tidak mau kalah dengan Sapta, Pio pun menarik hoodie abu-abu yang dikenakan oleh Sapta membuat mereka saling terlibat dorong-mendorong. Baru saja Pio ingin berlari, Sapta dengan cekatan menarik bagian belakang kaos hitam yang Pio kenakan, Ketika Sapta yang ingin berlari Pio dengan cepat menarik kaki Sapta hingga dia hampir terjatuh. Dan tanpa mereka sadari atau mungkin urat malu mereka sudah putus. Sapta dan Pio jadi tontonan orang-orang yang berlalu lalang. Ada yang menatap heran, ada yang tertawa, dan adapula yang masa bodo.

  Merasa ada yang aneh Gelora segera membalikkan badan untuk memastikan namun tidak terjadi apa-apa. Bahkan Gelora melihat Sapta dan Pio sedang berbincang-bincang tentang pasar malam yang sangat ramai.

"Gile rame banget Pou, tuh liat banyak yang pacaran. Emang lo jomblo!!" Cibirnya

"Yang penting ganteng" balas Pio.

"Ah ngeles aja lu mah"

"Sendirinya jomblo, dasar sampah!"

  Gelora memijat pelipisnya, Ia dibuat kebingungan setengah mati. Sejak kapan Pio dan Sapta berbicara santai?. Mereka memang sering ngobrol tapi pasti karena unsur pertengkaran. Apa angin di pasar malam ini menghipnotis mereka? entahlah. Sudahlah Gelora harusnya bersyukur jika mereka damai.

  Gelora pun kembali melihat-lihat ke arah pasar malam, dia sedang memilih pertama mau kemana dulu mereka di dalam pasar malam yang besar ini. Belum 5 detik Gelora mengalihkan pandangan dari Pio dan Sapta. Mereka kembali dorong-mendorong, lalu posisi mereka berubah saling tarik menarik kerah kaos dan hoodie yang dikenakan dan saling mengepalkan tangan. Baru saja mereka ingin baku hantam, Gelora menghadap kembali ke arah mereka untung dengan cepat mereka segera merubah posisi saling merangkul lalu tersenyum pada Gelora, yang di tatap membuka mulutnya tidak percaya. Gelora tidak salah lihatkan? Apa sepulang dari pasar malam, dia harus melakukan pemeriksaan mata?. Baiklah terserah mereka saja.

"Pio, Sapta masuk ke dalam yuk!" keduanya masih tetap saling merangkul, mereka memberikan senyum paksa lalu mengangguki ajakan Gelora. Gelora pun masuk duluan ke Pasar malam tersebut. Dengan cepat mereka saling melepaskan rangkulan, lalu mengibas-ngibaskan baju mereka seakan sudah terkena najis.

"Wah pulang-pulang positif kena virus gue" ucap Sapta sambil menyemprotkan handsanitizer ke tangannya lalu mengusap-ngusapkan ke seluruh tubuh.

"Sebelum tidur harus mandi kembang, Terus itu dibilas 7 kali salah satunya pake tanah liat" Ucap Pio masih mengibas-mengibaskan Kaos yang ia kenakan. Sapta menoyor kepala Pio.

"Jingan, lo kira gue najis?!" ucapnya tak terima.

"Lebih parah dari itu" Jawab Pio lalu ngibrit ke dalam pasar malam.

"Sialan lo Pou pencet tai!!!"
         ▪▪¤▪▪

  Pio menarik tangan gelora lalu berhenti di sebuah tempat permainan di pasar malam tersebut. Hadiah dari permainan itu adalah boneka panda dan teddy bear yang lumayan besar dan sangat lucu.

Gelora (Hiatus Sementara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang