9. Pahlawan untuk Gelora

140 102 24
                                    

Misiku adalah menjagamu
Visiku adalah memilikimu

-Sapta Aljunoir Zevanio-

Happy reading guys....
Sebelum baca vote dulu ya, mari saling menghargai :)


Gelora dan Sapta sedang duduk di teras belakang kelas mereka. Tempat itu memang sepi karena kelas mereka jauh dari kelas lainnya. Kelas X, XI & XII unggulan memang punya ruang kelas yang berbeda dengan kelas lainnya.

Pio duduk ditaman belakang kelas tidak jauh dari Gelora dan Sapta. Pio tampak sedang mengajari Senja yang meminta bantuan kepadanya. Gelora dan Sapta terduduk lemas meratapi hasil ulangan mereka yang sudah pasti jelek. Selama hampir sebulan bersekolah, untuk pertama kalinya Sapta mengerjakan ujian di sekolah itu.

Bukan hanya matematika, bahkan fisika pun menyusul setelahnya. Sebenarnya sih Guru Fisika Pak Kumar atau Gelora biasa menjulukinya Pak kuman tidak berencana mengadakan ulangan namun akibat mulut caper si Jacklin teman sekelas Gelora yang super caper pada guru. Akhirnya, mereka pun mengadakan ulangan fisika juga. Rasanya kepala Gelora sudah ingin meledak sejak tadi. Bahkan 'si beklin' alias si Jacklin meminta agar Pak kuman memindahkan tempat duduk Pio, dia pasti takut Gelora mencontek Pio dan mengalahkan Si beklin yang menempati ranking 5 di kelas mereka. Itu sama sekali tidak ada di pikiran Gelora, kalau dia mau sepertinya tidak susah (asek) tapi dia tidak berniat sama sekali. Alhasil Pak Kuman pun memindahkan tempat duduk Pio, Pio disuruh mengerjakan ulangan itu di meja guru. Ingin rasanya Gelora mengepang usus Jacklin saking kesalnya.

Sapta mengguyur kepalanya dengan air mineral dingin yang ia beli tadi. Dia sedang mendinginkan kepalanya yang kebakaran akibat ulangan mendadak.

"Ra, itu airnya masih lo minum?" Tanya Sapta pada Gelora yang memegang botol air mineral yang tinggal setengah.

"Gak"

"Buat gue ya" Sapta mengambil botol air mineral itu lalu menenggaknya dengan cepat sampai tandas. Gelora terkejut, dia pikir tadi Sapta ingin membasahi rambutnya lagi.

"Kok diminum sih Ta" protes Gelora

"Kan lo bilang gak diminum lagi"

"Iya tapi..."

"Tapi kenapa?"

"Itukan bekas gue"

"Ya emang kenapa Ra. Lo gak rabies kan?"

Gelora mendesis menanggapi ucapan Sapta.

"Ya enggaklah. Tapikan itu bekas bibir gue. Dan lo minum sama kayak gue. Itu sama aja kayak kita..." Gelora tidak melanjutkan ucapannya.

"Kita apa Ra?"

"Itu sama aja kita secara gak langsung ciuman" Gelora mengucapkan dengan cepat dan sekali tarikan nafas.

Pipi Sapta menggembung menahan tawa. Bagaimana bisa Gelora berpikir sampai kesitu. Bahkan dia sendiri tidak memikirkannya. Dia menatap Gelora yang tampak menahan malu.

Sapta menatap Gelora sambil mesam-mesem.
"Kalo bisa secara langsung kenapa harus secara gak langsung, Ra?" tanyanya sambil menaik turunkan alisnya.

Sebuah kamus tebal melayang ke kepala Sapta, membuatnya meringis kesakitan.

"Apaan sih lo? kepala gue mulu yang jadi korban" Tajam Sapta pada Pio

"Masih gue pantau." Ucap Pio dengan raut kesal yang sangat kentara. Senja yang melihat perubahan wajah Pio yang awalnya tenang menjadi merah karena kesal hanya dapat menelan ludah dan tersenyum hambar.

Gelora (Hiatus Sementara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang