16. Semangat Gelora

52 11 16
                                    

Gelora saat ini sedang duduk di taman belakang kelas IPS. Dia sedang menunggu Galang yang katanya membawa sesuatu yang akan membuat Gelora tersenyum. Keadaan gadis itu sudah lebih baik dari sebelumnya.

"Lo bawa apa?" Tanya Gelora mengusap hidungnya dengan punggung tangannya.

"Ada deh. Tapi kalo lo suka, lo harus janji bakalan dengerin kata-kata gue." Ucap Galang yang baru datang dengan tangan yang dia taruh dibelakang punggungnya. Gelora mengangguk kecil.

"Nih...!" Ucap Galang memberikan satu toples hadiah untuk Gelora. Membuat Gelora membulatkan matanya.

"Ini buat gue?" Tanya Gelora tak percaya. Galang tertawa kecil lalu mengangguk.

"Lo suka?" Tanya Galang.

"Suka banget," ujarnya dengan mata berbinar cerah. Galang baru saja memberikannya stoples plester dengan motif gambar yang beragam. Tentu saja sebagai pengoleksi benda absurd itu, Gelora sangat menyukainya. Sebenarnya dia bisa saja membeli plester sebanyak yang ia mau. Tapi dia hanya akan mengoleksi plester pemberian oranglain. Seperti Pio, yang setiap satu minggu sekali akan  memberikan Gelora plester untuk ia koleksi.

"Ra, dengerin gue. Sedikitpun Lo gak bersalah atas apa yang menimpa orangtua lo," ucap Galang memberitahu.

Gelora yang tadinya tersenyum cerah, kini tersenyum hambar. Dia menatap Galang yang mencoba menghiburnya.

"Gak cuma Bu Oliv kok yang bilang gitu, Lang. Gue makin yakin kalo gue itu emang parasit," Gelora tertawa remeh, menertawakan dirinya sendiri.

"Tapi banyak juga kan yang percaya kalo lo bukan parasit?" Pertanyaan Galang membuat Gelora menggigit bibir bawahnya pelan, mencoba berpikir. Benar juga apa yang dikatakan Galang kepadanya.

"Gue adalah salah satunya, Ra." Ucap Galang dengan lembut.

"Lo gak tau gimana rasanya ada di posisi gue, Lang."

"Gue tau, Ra. Karena gue juga ngalaminnya." Gelora yang menunduk, dengan cepat mengangkat pandangan menatap Galang.

"Maksudnya?"

"Gue juga ngalamin hal yang sama kayak lo. Bisa dibilang posisi kita sama."

Gelora mengerutkan keningnya masih tidak paham. Makhluk satu ini memang agak telmi.

"Maksudnya Bunda lo juga meninggal waktu ngelahirin lo?" Tanya Gelora menggebu-gebu. Galang mengangguk cepat sambil tersenyum.

"Bukannya orangtua lo masih lengkap, Lang?" ujar Gelora bingung.

"Mereka orangtua angkat gue, Ra. Orangtua gue udah meninggal waktu ngelahirin gue. Lo gak sendirian." Ucapnya.

Gelora merasa bersalah pada Galang. Karena masalahnya Galang harus menceritakan kisah hidupnya juga.

"Lo gak usah ngerasa bersalah. Sebagai orang yang ada di posisi yang sama kita harus saling dukung dan...." Galang menggantung ucapannya.

"Dan apa?" Gelora penasaran.

"Dan semangatt!" Galang mengangkat kedua lengannya menunjukkan ototnya yang tertutupi kemeja sekolah lalu mulai menari-nari dengan konyol. Gelora tertawa melihat kekocakan Galang. Anak cowok yang terkenal introvert itu malah keliatan tidak ada jaimnya pada Gelora. Dirinya menyimpulkan bahwa Galang sebenarnya adalah orang yang menyenangkan namun dia tidak sembarangan menunjukkannya kepada orang lain.

"Gitu dong ketawa. Susah banget sih bikin lo ketawa." Galang merengut dan menggembungkan kedua pipinya, membuatnya terlihat lucu.

"Lo lucu banget ya," Gelora mengacak-acak rambut Galang gemas.

Gelora (Hiatus Sementara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang