Hari Paling Sial

2.5K 197 7
                                    

"Woi udah balik lagi _ente_ Piq?" Nabila menyapa Wafiq yang tengah berjalan menghampirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Woi udah balik lagi _ente_ Piq?" Nabila menyapa Wafiq yang tengah berjalan menghampirinya.

"Bagaimana acaranya kemarin, lancar?" tanya Aira setelah Wafiq duduk disamping Nabila.

"Ya, begitulah," jawab Wafiq dengan malas.

Aira dan Nabila mengangguk paham. Mereka tahu masalah Wafiq dan keluarganya yang kurang harmonis. Dan mereka merasa prihatin kepada sahabatnya, semoga saja hubungan sahabatnya dengan sang keluarga cepat membaik.

"Udah ya, _ane_ balik ke kamar dulu? Capek nih mau rebahan." Wafiq beranjak dari tempat duduknya, hendak pergi meninggalkan Nabila dan Aira, namun Nabila mencegahnya.

"Piq, _ente_ mau tahu nggak Gus yang baru dateng dari Mesir itu?" Wafiq menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke arah Nabila.

"Gus Luthfi maksudnya?" Nabila mengangguk.

"_Ane_ kira, _ente_ nggak tahu."

"Sudah tahu, terus?" Wafiq memasang wajah juteknya. Ya, karena memang begitulah dirinya, suka mood-mood an.

Semuanya diam, tak ada yang berbicara. Wafiq memutuskan untuk masuk ke dalam asrama karena dirinya sudah benar-benar lelah.

Sampai di asrama, Wafiq dikejutkan oleh kedatangan Ziah yang tiba-tiba. Gadis itu sedang berada di atas kasurnya

"Eh kembali lagi ke sini? Gue kira, lo nggak bakal balik lagi," sindirnya sembari memotong kukunya dengan gunting kuku.

Wafiq melipat kedua tangannya di depan dada. "Ngapain lo ada disini?" Katanya mengalihkan pembicaraan.

"Justru gue yang harusnya tanya sama lo. Ngapain lo itu ada disini? Nggak pantas tahu nggak, santri kayak lo ada di pesantren ini! Cuma bisa ngejelekin nama pesantren saja!" Ziah berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri Wafiq.

Wajah mereka berdekatan, Ziah menatap Wafiq dengan sinis, pun begitu dengan Wafiq.

"Jangan pernah lo deketin Ikhsan!" teriak Ziah pada akhirnya setelah beberapa lama mereka diam.

Wafiq tertawa sumbang. "Jadi cuma karena Ikhsan?"

"Dengar baik-baik. Gue sama Ikhsan nggak ada hubungan apa-apa. Dia yang dekatin gue duluan, bukan gue. Jadi, lo jangan nyalahin gue dong!" Wafiq sedikit menyentuh pundak Ziah dengan jari telunjuknya begitu keras, hingga membuat gadis itu meringis kesakitan.

"Awas lo ya!" Zia menepis tangan Wafiq, lalu pergi dari hadapannya.

Ya, memang begitulah Wafiq dan Ziah jika bertemu. Selalu saja adu mulut, debat dan apapun itu. Malas memang meladeni orang seperti dia, tapi terkadang sikapnya mampu membuat emosi meledak.

Wafiq pun segera menghela napas panjang, lalu memilih untuk bergegas pergi ke kamar mandi guna mengambil wudu. Dari pada harus pusingin ancaman dari Ziah, lebih baik ia fokus murojaah hapalannya.

He Is My Coldest GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang