Kesalahpahaman

2.3K 189 7
                                    

Matahari mulai menampakkan sinarnya, pagi telah menyambut dengan ceria

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari mulai menampakkan sinarnya, pagi telah menyambut dengan ceria. Azzalea tengah membuatkan sarapan di dalam dapur.

“Pagi isteriku,” sapa Faiz seraya menenggelamkan kepalanya di pundak sang isteri.

Azzalea tersenyum. “Pagi juga Mas.”

“Hmm Mas, bisa nggak pelukannya di lepas? Aku kan lagi masak?” ucapnya. Bukannya semakin kendur, malah Faiz merekatkan pelukannya pada Azzalea, membuat dirinya kesulitan untuk memasak.

“Mas...” Azzalea menoleh ke arah Faiz dengan tatapan memelas. Bermaksud agar Faiz melepaskan pelukannya.

Faiz menyengir kuda seraya melepas tangannya dari pinggang Azzalea.

“Kamu tunggu di depan sana, panggil Luthfi juga di kamarnya.”

“Lho, Luthfi kan dari semalam nggak ada di rumah, sayang.” Sontak Azzalea terkejut. Matanya membola sempurna, otaknya berpikir keras tentang keberadaan adiknya.

Detik berikutnya, Azzalea menghela napas lega. “Oh iya, dia kan sedari malam tadi ada di rumah pohon.  Aku rasa dia tidur di sana.”

“Mau aku bantu nggak sayang?” tanya Faiz mengalihkan topik.

“Nggak usah Mas, aku bisa sendiri. Lebih baik sekarang kamu tunggu di depan saja bareng Abi dan Umi. Kalau bisa tolong kamu panggilan Luthfi di rumah pohonnya.”

Faiz mengangguk, lantas setelah itu ia pergi dari dapur. Azzalea kembali berkutit pada masakannya. Hari ini ia akan masak-masakan kesukaan Luthfi, yaitu telur balado. Ya, Luthfi memang penggila makanan pedas.

Setelahnya Azzalea menaruh masakan yang sebelumnya sudah ia masak ke dalam mangkuk serta beberapa piring. Lalu ia mulai membawanya ke ruang makan.

Sampai di ruang makan, ia dikejutkan oleh Umi yang datang sembari memberitahu bahwa Wafiq kabur lagi.

“Lho Umi, beneran Wafiq kabur lagi?” tanya Azzalea seraya melangkahkan kakinya menuju meja makan.

“Iya, kata Ustazah Rani dan sahabatnya Aira, sejak semalan ia tidak ada di pondok,” ucap umi.

“Kemarin sore, Zea suruh dia untuk mengantarkan kopi dan dadar gulung buat Luthfi. Apa jangan-jangan...” Azzalea menggantung ucapannya, membuat semua orang penasaran.

“Jangan-jangan apa?” tanya Faiz.

Buru-buru Azzalea menggeleng, ia tidak mau jika harus bersudzon terlebih dahulu. Biarkan ia membuktikannya sendiri.

Sementara umi? Beliau mengernyitkan dahi, bingung dengan sikap anak pertamanya itu. Seperti sedang ada yang di tutupi.

“Mas, anterin aku yuk?” Azzalea mengalihkan topik.

“Kemana?”

“Udah, ayo ikut aku!” Azzalea menarik tangan suaminya dan pergi keluar bersamanya.

He Is My Coldest GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang