Keputusan

1.3K 140 21
                                    

Satu hari sebelumnya, tepatnya setelah Wafiq menemui Nabila

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu hari sebelumnya, tepatnya setelah Wafiq menemui Nabila. Wafiq segera berjalan menuju sebuah hotel dengan membawa beberapa lembar kertas dan paper bag di kedua tangannya. Sebelumnya memang gadis itu mampir ke rumah pamannya untuk mengambil baju ganti dan mencetak sesuatu.

Jika ditanya kenapa Wafiq tidak menginap di rumah pamannya saja, maka ia akan menjawab untuk menolaknya. Karena jika ia menginap di rumah pamannya, ia pasti akan kena interograsi-kebiasaan gadis itu ketika ada masalah dengan keluarga, maka ia akan memilih menginap di rumah paman-lantas bagaimana bisa ia harus menjawab bahwa akan ada yang melamarnya besok jika diinterograsi oleh pamannya? Pasti sang paman akan menyuruhnya pulang ke rumah, bahkan rela membelikan baju bagus supaya lamarannya itu lancar. Memikirkannya saja membuat badan Wafiq merinding.

Di sepanjang jalan, gadis itu terus mendumel dalam hati, merutuki nasibnya yang jadi berantakan seperti ini. Tidak! Sepertinya ia lebih merutuki Luthfi.

Kenapa bisa takdir membawanya menuju Luthfi? Seandainya sang papa tidak menjodohkannya dengan lelaki tua itu, mungkin saja saat ini ia tidak terjebak dalam lamaran Luthfi bukan?

Satu sisi Wafiq sungguh bahagia kalau berita pernikahannya dengan Luthfi tersebar karena ia akan menang taruhan dari Ziah, tapi di sisi lain dia marah! Dia marah karena di usia yang muda ini, ia akan menjadi seorang istri? Terlebih lagi dengan Luthfi, anak kiai-nya yang terkenal super dingin bagaikan es kutub. Namun untung saja, Wafiq pintar, gadis itu telah menyiapkan sesuatu untuk Luthfi.

Langkah kakinya terhenti di meja resepsionis hotel yang letak hotelnya tidak jauh dari rumah Wafiq berada, gadis itu tersenyum tipis setelah sang penjaga meja resepsionis menyerahkan card kunci kamarnya.

"Terima kasih," ucap Wafiq sebelum meninggalkan meja resepsionis.

Gadis itu terus melangkah sembari bersiul pelan, namun langkahnya harus terhenti ketika seseorang menabraknya.

Wafiq tersungkur, paper bag yang di bawa kedua orang itu terjatuh.

"Duh, sorry," sesal orang itu meminta maaf.

"Ah iya nggak apa-apa." Wafiq membetulkan tas-nya yang melorot, lalu mendongak. Seketika gadis itu terdiam, memandangi sorot wajah dari lelaki yang ada di hadapannya.

"Nggak ada yang terluka kan?" tanya lelaki itu. Wafiq tersentak. Lalu menggeleng cepat.

"Ng-nggak kok." Lelaki itu mengambil paper bag yang sama dengan milik Wafiq.

"Kalau begitu, saya permisi dulu. Sekali lagi, sorry ya Mbak," ucapnya.

Wafiq mengangguk salah tingkah, gadis itu menggaruk tengkuknya tiba-tiba. Ganteng! Pujinya dalam hati.

🥀🥀🥀

Ryhan keluar dari kamar mandi, ia menggosok-gosok rambutnya yang basah dengan handuk. Segar! Setelah seharian bekerja bersama Luthfi ia merasa harus membutuhkan liburan. Namun karena pekerjaan dari bos-nya itu bertambah, ia memutuskan untuk menginap saja di hotel terdekat.

He Is My Coldest GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang