Wafiq berjalan dengan lesu memasuki asramanya. Mata bengkak yang menandakan bahwa habis menangis membuat dirinya diperhatikan para santriwati.
“Lo kenapa Piq?” Salah satunya adalah Nabila. Setelah melihat Wafiq dalam keadaan yang seperti ini, menimbulkan berbagai pertanyaan dalam benaknya.
Wafiq berjalan mendekati Nabila, dia menghempaskan dirinya pada kasur tempat tidurnya, lalu menghela napas kasar.
“Woi, lo kenapa!” Sekali lagi Nabila bertanya, dia langsung mendudukan dirinya di samping Wafiq.
Wafiq bangun, dia menatap Nabila lalu menghela napas kembali. “Gue tahu semua masalalu Gus Luthfi,” ucapnya membuat Nabila spontan bangun dari duduknya.
“Hah serius? Terus gimana?” Dan kini, Nabila tampak sangat tertarik dengan apa yang dibicarakan oleh Wafiq.
Wafiq diam sejenak.
“Gue bingung harus gimana, satu sisi gue kasian sama tuh orang, tapi di sisi lain ada sih Iblis betina yang ngajak taruhan itu,” lirihnya. Nabila mengelus pundak Wafiq. “Yasudah lo sabar aja. Minta petunjuk sama Allah.”
Wafiq mengangguk, dia pun kembali merebahkan dirinya di atas kasur. Lalu mulai terbuai dalam mimpi indah, karena memang ini sudah malam, dan kegiatan muhadasar diliburkan untuk sementara waktu, jadilah para santri kini bebas melakukan apa saja.
Sementara Nabila, dia kembali melanjutkan kegiatan menambalkan kirabnya yang sudah dua hari ini bolong akibat bolos dari pelajaran diniyah. Membuat dirinya harus terjaga dari tidurnya di malam ini.
🥀🥀🥀
Pagi kembali menyapa mereka. Wafiq berjalan begitu semangat menuju ndalem untuk menunggu Luthfi di sana.
“Assalamu'alaikum Gus,” sapa Wafiq saat Luthfi keluar dari pintu ndalem.
Luthfi berjalan menghampiri Wafiq dengan tatapan dinginnya.
“Wa'alaikumussalam?” Luthfi menautkan alis bingung saat melihat keberadaan Wafiq di pagi hari seperti ini. Kenapa dia tidak segera pergi ke kelasnya? Itulah yang kini sedang dipikirkannya.
Wafiq menyengir seperti biasa. “Ini untuk Gus Luthfi.” Lalu ia menyerahkan kantong plasti berwarna hitam kepada Luthfi.
Luthfi diam sejenak sebelum mengambilnya. “Nasi bungkus?” Dia bertanya setelah mengambil kantong itu dari Wafiq, lalu membukanya.
Wafiq mengangguk mengiakan.
“Tadi pagi saya nganterin Aira beli sabun di pasar, terus sekalian deh saya beliin nasi bungkus di warteg depan,” jelasnya.
Luthfi menghela napas. “Tapi saya tidak suka makanan luar, saya takut tidak higenis.”
Wafiq berdecak, diapun mengelilingi tubuh Luthfi.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is My Coldest Gus
Fiksi RemajaCover by @ichintanptr_ *** Siapa yang tidak mengenal Wafiq Azizah? Dia seorang gadis pembuat onar di salah satu pondok pesantren ternama. Kedatangan salah satu anak kiai dari Mesir yang super dingin membuat Wafiq harus menerima tantangan dari...