Anak laki-laki yang kira-kira berumur 6 tahun itu sepertinya belum menyadari kehadiran Ali, Prilly, Peter dan Tania di dekatnya. Sampai akhirnya ia menyadari saat Prilly bertanya padanya.
“Sayang.. kamu kenapa nangis? orang tua kamu mana?”
Terlihat keraguan pada mata anak itu saat melihat mereka. Tapi hal itu wajar mengingat tidak hanya ada manusia disekitaran mereka, melainkan juga ada makhluk itu. Ya makhluk itu. Setidaknya begitu yang mereka pikirkan.
“Jangan takut, kami bukan makhluk itu” ujar Prilly berharap dapat menenangkan keraguan dan ketakutan anak itu.
“Ma..mama.. digigit. pa..papa digigit” jelas suara memilukan itu masih diiringi dengan isakannya yang membuat ke empat anak manusia itu saling berpandangan. Seolah hanya dengan saling berpandangan mereka dapat berbicara tanpa harus mengeluarkan suara.
Ali melangkahkan kakinya. Sehingga ia berada tepat dihadapan anak itu sambil berlutut untuk mensejajarkan tingginya dengan anak laki-laki yang baru kehilangan orang tuanya karena zombie-zombie yang tidak berperikemanusiaan itu.
“Nama kamu siapa sayang?” tangan Ali terulur mengusap rambut hitam anak itu.
“Kenzo” suara pelan yang masih dapat didengar mereka.
“Kenzo jangan nangis. Anak cowok gak boleh nangis. Sekarang Kenzo ikut sama kak Ali, kak Peter, kak Prilly dan kak Tania ya” ujar Ali sambil menunjuk dirinya juga Peter, Prilly dan Tania.
“Tap.. tapi Kenzo mau.. mau mama sama papa. Kenzo mau mama, Kenzo mau Papa” ucapnya dan menangis lagi, bahkan lebih keras.
Prilly yang pada dasarnya menyukai anak kecil menjadi tidak tega melihat anak itu yang menangis sambil terisak keras. Ia pun memeluk seraya mengusap lembut rambut anak itu berusaha menenangkannya.
“Sstt.. sayang jangan nangis, kan sekarang ada kak Prilly, kak Ali, kak Peter dan kak Tania yang bakal jagain kamu. Kamu sekarang punya kami disini, jangan nangis dong sayang. Atau kalau kamu mau kamu bisa panggil kak Prilly mama. Kak Prilly bakal jadi mama kamu. Kamu tetap punya mama, jangan nangis ya sayang”.
Entah Prilly sadar akan hal yang baru saja ia ucapkan atau tidak. Tapi yang jelas hal itu cukup membuat terkejut mereka yang mendengarkan, mengingat Prilly masih kuliah dan terlalu muda untuk dipanggil mama. Terlebih bagi Peter yang sangat mengenal bagaimana manja dan kekanakannya adik kembarnya itu dan Prilly dapat bersikap sedewasa ini untuk anak kecil yang baru dikenalnya.
“Mama?” Kenzo melepas pelukan dan menatap Prilly dengan tangisan yang mulai berhenti. Akan tetapi masih terdengar isakan kecil dari bibirnya.
“Iya sayang. Mama, mamanya Kenzo”.
Senyum terukir di bibir mungil anak itu membuat Prilly dan yang lainnya ikut tersenyum karenanya.
“Mama” ujarnya dan memeluk Prilly kembali yang disambut senang oleh Prilly.
“Kenzo juga bisa panggil kak Ali papa. Jadi Kenzo juga tetap punya papa sayang”. Itu Ali yang mengatakan dan sukses membuat Prilly, Peter dan Tania menatap heran ke arahnya. Beda halnya dengan Kenzo yang memandangnya dengan wajah berbinar.
“Kenapa kalian liatin gue kayak gitu? Ada yang salah sama kata-kata gue?”
Ketiga orang yang diperhatikan oleh Ali itu pun bergerak salah tingkah atas tatapan dan pertanyaan yang dilontarkan oleh Ali barusan.
“Nggak kok Li, nggak ada yang salah, gue Cuma kaget aja adek gue bisa ngomong bijak kayak gitu” tutur Tania yang membuat Ali memutar bola matanya malas mendengar ucapan sang kakak. Sedangkan Peter hanya melihat tanpa ingin menjawab pertanyaan Ali tersebut.
“Kenapa lo jadi ikut-ikutan mau dipanggil papa?”. Pertanyaan dari Prilly membuat pandangan Ali yang semula menatap kakaknya beralih menjadi menatapnya.
“Emang cuma lo doang yang boleh nenangin Kenzo dengan ngebolehin dia manggil lo mama? Gue juga mau kali nenangin Kenzo dengan ngebiarin dia manggil gue papa. Setidaknya apa yang gue lakuin ini bisa bikin dia ngelupain kesedihannya. Dia masih terlalu kecil untuk kehilangan kasih sayang orang tua karena makhluk menjijikkan itu” jelas Ali yang membuat Prilly terpaku. Prilly hanya tidak menyangka Ali ternyata memiliki pemikiran yang sama dengannya.
“Papa mama”. Panggilan itu menarik Prilly dari keterpakuannya dan memusatkan tatapannya pada objek yang baru saja memanggilnya. Terlihat Ali yang juga sekarang menatap pada objek yang sama dengan yang Prilly tatap.
“Iya sayang kenapa?”. Ali yang menjawabnya.
“Sekarang Kenzo udah punya papa sama mama lagi. Janji ya papa sama mama nggak akan tinggalin Kenzo kayak mama papa kenzo yang digigit. Papa sama mama juga” ucapannya terhenti dan menatap kearah Peter dan Tania.
Uncle. Kenzo bisa panggil uncel Peter” ujar Peter seolah mengerti akan kebingungan anak itu dalam memanggilnya.
“Dan kamu bisa panggil aunty Tania untuk aunty sayang” ujar tania sambil tersenyum.
“Iya papa, mama, uncle dan aunty janji jangan sampai digigit juga dan ninggalin Kenzo” katanya dengan menatap satu persatu orang-orang yang beberapa menit yang lalu menghampirinya yang tengah menangis sendirian.
“Janji” ucap mereka dengan serentak.
![](https://img.wattpad.com/cover/85945905-288-k470979.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Zombie
FanfictionMimpi itu selalu mengganggu tidurku... Mimpi itu membuatku takut... takut bila mimpi itu menjadi kenyataan.. Mereka banyak... amat sangat banyak jumlahnya.. Mereka menyeramkan... amat sangat menyeramkan.. Mereka selalu lapar... dan mereka memakan ma...