***
Setelah melewati jalanan panjang yang menanjak, ia akhirnya bisa melihat nirwana itu. Matanya menemukan warna biru jernih dengan banyak buih-buih putih diatasnya. Ia ingin segera menjatuhkan tubuhnya ke warna biru segar itu, tapi masih ada jalan menurun yang panjang di depannya.
Kakinya sudah gemetar, tremor karena terlalu lama berjalan. Ia tidak bisa lagi merasakan jari-jari kakinya, sebab terlalu lelah. Angin berhembus, namun rasanya tetap saja panas. Angin musim panas, sama sekali tidak membawa pergi keringatnya. Plester di bagian belakang lehernya sudah mulai mengelupas karena terlalu basah oleh keringat. Berbanding terbalik dari kakinya yang semakin berat, ranselnya justru jadi semakin ringan. Mungkin karena bekalnya– makanan dan air– sudah mulai menipis, tapi apapun alasannya, ransel yang semakin ringan itu justru terasa begitu menenangkan.
Kini, melihat bagaimana ombak menghantam daratan, lagu yang ia putar sejak tiga jam lalu kembali menyihirnya. Awalnya lagu itu hanya menjadi angan, tapi kini ia memahami rasa tersembunyi dalam lirik-liriknya. Lagu lama berjudul Snail yang selalu berhasil membuatnya merenung. Lagu yang terasa begitu sedih, yang anehnya juga menghibur di saat bersamaan.
Terkadang butuh waktu lama untuk pulang,
terkadang aku lelah dan sesak napas,
secepat aku membuka pintu, secepat itu juga aku tertidur,
dan saat aku bangun, tidak ada seorang pun di sana.Bagian itu menggambarkan kesehariannya. Kemacetan lalu lintas, lelah dan sesak, terlelap tanpa sempat memikirkan apapun dan bangun sendirian, anehnya ia merasakan semua itu. Apa orang lain juga merasakannya? Ia penasaran.
Ketika aku membaringkan tubuhku di bathtub kecil,
seekor siput menghampiri dan berbisik padaku dengan suara lembutnya.
Katanya, suatu hari nanti, hari itu akan datang.
Hari itu akan datang ke pantai dan berakhir di dunia yang keras ini.Ia juga mengharapkan hari itu akan datang. Entah hari seperti apa, entah kapan, entah itu akan berakhir menyenangkan atau justru sebaliknya. Tapi saat hari itu datang, hari yang mungkin tidak begitu berkesan tapi sangat menenangkan itu datang, ia akan sangat bersyukur karenanya. Hari biasa yang dengan ajaib akan merubah hidupnya.
Tidak yang melihatnya, tapi aku akan mengikuti suara ombak dalam ingatanku.
Aku ingin pergi selamanya.
Semua orang ada di dalam mobil mereka, pergi ke suatu tempat.
Aku...
Aku berjalan di jalan dengan sekotak rokok dan es krim mencair.Ia memang tidak membawa es krim yang mencair, ia juga sudah kehabisan rokoknya. Tapi ia mengikuti suara ombak itu, suara ombak yang entah bagaimana bisa menghipnotisnya. Ada belasan pantai di sana, ada ratusan bahkan jutaan pantai di dunia ini, tapi suara ombak dalam ingatannya menuntunnya sampai ke sini. Sampai ketempat dimana tidak ada banyak orang selain peselancar yang ikut menghantam daratan bersama ombak. Para peselancar itu kelihatan seperti sedang membalas dendam, pada dunia, pada daratan yang mungkin pernah menghancurkan mereka.
Aku ingin pergi selamanya,
aku sudah memberikan semuanya,
tapi semuanya menghilang seperti asap.
Dengan sisa kekuatanku, dalam mimpi terakhirku,
aku akan menyebrangi lautan, jadi aku bisa melupakan segalanya.Suatu hari nanti, ketika hari itu datang,
aku akan pergi ke laut di ujung dunia yang keras ini.
Aku akan pergi selamanya.Persetan dengan semuanya, kini ia mendekati sang ombak. Ia bergabung dengan ombak untuk membalas dendam pada daratan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Memories
FanfictionKetika jalan ini berakhir, kita harus berpisah. Aku akan merindukanmu, kau pun mungkin akan begitu, tapi tidak apa-apa, selama tidak ada seorang pun yang terluka.