***
Jiyong baru berjalan sejauh lima langkah. Tapi sekarang langkahnya harus berhenti. Lisa menahan langkah pria itu dengan suaranya. "Aku menggadaikan ijazahku pada Seunghyun oppa untuk dapat mobil ini!" teriak Lisa, menjawab pertanyaan Jiyong sebelumnya.
"Jangan marah lalu meninggalkanku," pinta Lisa kemudian. "Aku tidak marah padamu, aku hanya ingin marah-marah," jujur gadis itu dan Jiyong mengulas senyumnya untuk menangapi pengakuan itu.
"Aku lapar, ayo pergi mencari sarapan," balas Jiyong, pria itu mengulurkan tangannya pada Lisa, menyuruh Lisa untuk segera mengunci pintu kemudian menghampirinya. Tapi di saat itu juga, Lisa merasakan getaran yang berbeda dari sebelumnya. Untuk kali pertama dalam hidupnya, ia melihat seseorang mengulurkan tangan padanya. Untuk kali pertama dalam hidupnya, ia merasa ada seseorang yang mengharapkan kehadirannya.
Mengulurkan tangan memang bukan hal yang spesial. Tapi Jiyong mengulurkan tangannya tepat setelah melihat Lisa mengomelinya, itu sebabnya Lisa merasa begitu berharga. Bahkan setelah ia memperlakukan Jiyong dengan buruk, pria itu masih mau mengulurkan tangannya.
"Kalau orang sepertinya yang jadi appaku, pasti menyenangkan," gumam Lisa, hampir tanpa suara apapun.
"Apa yang sedang kau lakukan? Cepat ke sini! Aku lapar," seru Jiyong sekali lagi dan kali ini Lisa baru benar-benar bangun dari duduknya. Gadis itu bergerak masuk ke dalam mobilnya, mengambil sebuah topi pantai dan kunci mobilnya kemudian mengunci mobilnya dan berlari lagi menghampiri Jiyong. "Apa yang bisa kita makan pagi ini? Selain seafood, aku bisa alergi kalau makan seafood setiap hari," tanya Jiyong, bersikap seolah ia telah melupakan omelan Lisa tadi.
"Sandwich dengan selai?" tanya Lisa, membicarakan sandwich yang selalu di jual di minimarket. Jiyong sempat berfikir, di mana mereka bisa menemukan sandwich pagi ini, tapi begitu mereka berdiri di depan toko milik Hanbin, Jiyong tahu di mana ia bisa mendapatkan sandwich itu.
Pagi ini ibu Hanbin yang menjaga tokonya. Sang ibu bilang, putranya masih tidur dan suaminya sedang beristirahat setelah menjaga toko semalaman, jadi ia yang menjaga kasir pagi ini. Lisa meletakan dua bungkus sandwich dengan selai strawberry di atas meja kasir, sedang Jiyong meletakan dua botol susu cokelat di sebelahnya.
Sebelum ibu Hanbin selesai memindai belanjaan mereka, Lisa sudah lebih dulu mengulurkan kartu debitnya. Jiyong mengenali kartu debit itu, ada gambar buatannya di kartu itu dan Jiyong langsung yakin kalau kartu itu milik Seunghyun. Entah apa yang sebenarnya terjadi diantara Lisa dan Seunghyun, tapi dengan lembut Jiyong menahan Lisa mengulurkan kartunya. "Aku yang bayar," ucap Jiyong, menahan Lisa memberikan kartu debit milik Seunghyun itu. "Aku juga perlu membeli rokok," susulnya, memberi alasan kenapa ia harus membayar belanjaan mereka.
"Terimakasih," ucap Lisa, setelah ia menerima kantong belanja berisi belanjaannya. Setidaknya, kalau Jiyong yang membayar, ia yang harus sudi membawakan belanjaan itu. Toh belanjaannya tidak seberapa berat.
"Sama-sama," balas ibu Hanbin. "Oh iya, Lisa... Terimakasih karena sudah mengajari Hanbyul. Dia berhasil masuk sekolah yang diinginkannya berkatmu. Terimakasih banyak," ucap wanita itu, membuat Lisa ikut senang karena mendengarnya. Satu bulan ia sudah mengajari Hanbyul untuk tes seleksi masuk sekolah menengah dan hasil usahanya itu ternyata tidak sia-sia. Hanbyul yang terkenal membangkang kini berhasil masuk ke sekolah favorit di daerah itu.
Kini, di luar toko itu Jiyong dan Lisa duduk berhadapan. Mereka menikmati sarapan sederhana itu dalam diam. Terlalu sunyi sampai akhirnya Jiyong memecah kesunyian dengan melontarkan pertanyaannya. Jiyong bertanya, apa Lisa sengaja datang ke sana untuk bekerja atau hanya berlibur.
Awalnya Lisa memang datang untuk berlibur. Ia berencana untuk berlibur selama beberapa hari di pantai itu, kemudian pergi ke tempat lain– tetap untuk berlibur. Tapi seluruh rencana itu ia batalkan karena di sana ia bertemu si pembangkang Kim Hanbyul. Saat itu Hanbyul sedang dimarahi ayahnya karena mendapat nilai matematika terendah dalam ujian kelulusannya. Ayahnya bilang, Hanbyul tidak akan bisa melanjutkan sekolahnya, tidak akan diterima di sekolah menengah manapun dengan nilai sejelek itu. Tuan Kim seorang guru sekolah menengah atas, tapi ia tidak bisa mengajari putrinya yang pembangkang. Sedikit ironis, tapi itu memang sering terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Memories
FanfictionKetika jalan ini berakhir, kita harus berpisah. Aku akan merindukanmu, kau pun mungkin akan begitu, tapi tidak apa-apa, selama tidak ada seorang pun yang terluka.