13

898 176 7
                                    

***

Jiyong kembali bersamaan dengan Lisa yang baru saja selesai mandi. Kini gadis itu memakai piyama yang ia pinjamkan pada Jiyong kemarin. Baju itu yang ada di tumpukan paling atas lemarinya dan ia tidak ingin repot-repot mengacak-acak isi lemarinya hanya untuk mencari pakaian. Namun, setelah ia bercermin dan melihat penampilannya di cermin, gadis itu meragukan dirinya sendiri. "Jelek sekali, padahal ada G Dragon di sini," komentarnya, yang kemudian bergegas keluar, mengambil baju lain kemudian menggantinya.

Kali ini gadis itu memakai atasan kuning tanpa lengan, dengan celana pendek berbahan jeans. Celananya sudah menutupi sepertiga pahanya namun lagi-lagi gadis itu merasa tidak percaya diri setelah ia bercermin. "Apa ini terlalu terbuka? Terlalu seksi? Ada Jiyong oppa disini," gumamnya yang akhirnya kembali keluar kemudian mengganti lagi pakaiannya.

Sekarang Lisa memakai celana jeans yang sama, tapi ia memadukan jeans itu dengan sebuah kaos hitam berlengan panjang. Ia bercermin sekali lagi, menyisir rambutnya, kemudian mengikat rambut itu jadi sebuah gelungan acak-acakan mirip donat. Awalnya ia menyukai penampilannya, menurutnya kini ia terlihat santai tapi tidak terlalu berantakan. Sialnya, di detik berikutnya, Lisa kembali merasa tidak nyaman dengan pakaian itu. "Haruskah aku pakai celana panjang saja? Ya, celana panjang saja, ada Jiyong oppa di sini," gumam gadis itu, hendak sekali lagi mengganti kembali pakaiannya.

Untungnya kali ini Jiyong sudah kembali. Pria itu baru saja membuka pintu mobilnya bersamaan dengan Lisa yang baru saja keluar dari kamar mandi. "Kau akan mencuci?" tanya Jiyong, memperhatikan setumpuk pakaian yang berserakan di lantai. Pakaian yang kemudian Lisa raih sebelum jadi semakin berantakan.

Hanya sebagai informasi, Jiyong sudah ada di depan pintu sejak Lisa keluar dengan piyamanya. Pria itu sengaja tidak membuka pintunya karena enggan mengejutkan Lisa yang sepertinya sedang sangat serius memilih pakaiannya. Tapi setelah dua kali ia menunggu Lisa mengganti pakaiannya, ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi.

Jiyong masuk ke dalam mobil, menutup pintu dan meletakan payungnya yang sudah terlipat di dekat pintu itu. Pria itu tidak membawa banyak belanjaan. Ia hanya membawa lima botol air mineral, lima kotak makanan beku yang belum dihangatkan, sepuluh bungkus rokok dan dua bungkus pembalut yang Lisa inginkan. Pria itu tidak sempat melihat-lihat dan hanya asal mengambil apapun yang bisa ia raih.

Tadi, setelah ia menyerahkan pembalut yang Lisa berikan pada penjaga kasir minimarket dan meminta dua bungkus pembalut yang sama persis dengan itu, si kasir minimarket menghubungi seseorang dan diam-diam mengatakan kalau G Dragon sedang ada di tokonya, sedang membeli beberapa pembalut. Jadi, sebelum keadaan berubah tidak terkendali, Jiyong memutuskan untuk segera pergi dari sana. Bahkan di pulau kecil paling selatan itu ada banyak sekali orang yang rela keluar rumah saat hujan untuk menemui G Dragon.

"Tidak ini baju bersih," balas Lisa yang sudah tidak lagi bisa berganti pakaian. Rasanya malu kalau ia harus mengganti pakaiannya lagi di depan Jiyong. Harga dirinya, melarang Lisa untuk terlihat berlebihan di depan G Dragon sang bintang. "Aku risih melihat ranselmu dan barang-barangnya di kursi, boleh aku memasukannya ke lemari?" tanya Lisa, sembari melipat kembali pakaiannya dan menyimpannya di lemari.

"Ya, tapi urus makanannya dulu, kita harus segera pergi," ucap Jiyong yang sekarang meletakan belanjaannya di atas meja kemudian duduk kembali di kursi pengemudi. Kini Jiyong mengemudikan mobil kemah mereka sampai ke dermaga– sebelum beberapa orang yang ditelepon si penjaga kasir minimarket datang dan mengganggu istirahatnya.

Hanya butuh dua puluh menit untuk sampai ke tempat parkir dermaga. Tidak ada kapal yang akan berlabuh malam ini, mereka harus menunggu sampai pagi untuk berlayar ke Jeju, kemudian mengemudi lagi dan berlayar lagi ke Seoul. Jiyong sudah berjalan sejauh itu, tapi baru dua malam ia di sisi paling Selatan negaranya, kini ia sudah harus kembali ke kota besarnya. Rasanya mengecewakan, tapi mau bagaimana lagi? Ia terlanjur mengambil tanggung jawab untuk mengantar pulang putri orang lain.

"Oh, hujannya sudah berhenti," komentar Lisa yang sekarang duduk di kursi penumpang sebelah Jiyong. Gadis itu melihat keluar jendela, memperhatikan sebuah mercusuar yang tidak jauh dari tempat mereka parkir. "Apa kita tidak boleh parkir di sana?" tanya Lisa, yang sudah berencana untuk menginap di mercusuar saat perjalanan pulangnya nanti.

"Tidak ada jalan ke sana, kau hanya bisa ke sana kalau berjalan kaki," jawab Jiyong, mematikan mesin mobil itu tanpa mematikan lampunya. Kini mereka tidak lagi butuh penyejuk udara karena hujan sudah berhenti dan mereka bisa membuka jendelanya.

"Tapi di drama-drama mereka bisa menyetir sampai ke sana," jawab Lisa, sedikit kecewa karena tidak bisa mengemudi ke sana.

"Bisa, kalau kau punya izin untuk membuka portal gerbangnya," ucap Jiyong yang kini bangkit, berencana untuk mandi kemudian menghangatkan makanannya di microwave. Ia ingin makan kemudian tidur– lagi.

"Bajumu ada di rak atas, baju-baju di rak bawah milikku, jangan di sentuh!" seru Lisa, sebelum Jiyong sempat membuka lemari yang Lisa bicarakan. "Oh iya, peralatan mandimu sudah ku taruh di kamar mandi. Tapi kalau sabunmu habis, oppa bisa pakai punyaku. Oppa bisa memakai semuanya kecuali sabun bening di botol bening... Uhm... Itu khusus untukku, itu untuk- uhm... Bagaimana mengatakannya? Oppa bisa membaca kan? Baca dulu botolnya sebelum memakai isinya, oke?"

"Ya," singkat Jiyong, yang bahkan belum selesai mengambil pakaiannya. Pria itu masih berfikir apa pakaiannya selama ini memang sebanyak itu. Ia pikir ia hanya membawa dua pasang pakaian saat berangkat beberapa hari lalu. Lisa pun hanya memberinya dua pasang pakaian, tapi kini ia melihat beberapa pakaian yang tidak dikenalinya. "Kau memberiku pakaian lagi?" tanya Jiyong, yang akhirnya menyerah karena tidak bisa mengenali pakaian-pakaian di lemarinya.

"Ah itu, itu dari bibi pemilik toko. Tadi siang, dia bilang ingin memberimu hadiah dan bertanya padaku apa hadiah yang cocok untuk membalas tanda tanganmu, jadi aku memberitahunya untuk memberimu pakaian. Aku bilang begitu karena saat menjemur pakaianmu, oppa hanya punya sedikit pakaian. Saat berpergian oppa butuh banyak pakaian karena tidak setiap saat bisa mencuci," jelas Lisa, yang sekarang cukup pengertian dengan mengurus makan malam mereka. Saat itu, sudah hampir tengah malam tapi Jiyong justru membeli lima set ayam teriyaki dengan nasi. "Kenapa oppa membeli banyak sekali? Oppa ingin makan dua porsi?"

"Hanya untuk mengelabui wanita di meja kasir, agar dia tidak berfikir kalau aku berpergian hanya dengan seorang wanita. Dan aku hanya akan makan satu," jawab Jiyong sebelum ia menutup pintu kamar mandi dan mengeluarkan suara gemericik air di sana.

Setelah lima menit, Jiyong keluar dari kamar mandi dengan membawa pakaian kotornya. Lisa menyuruh pria itu meletakan pakaian kotornya di keranjang, di bawah westafel sedang ia sendiri tengah mengeluarkan dua kotak nasinya dari microwave. "Ayo makan, aku lapar," komentar Lisa sembari memperhatikan Jiyong yang masih memasang kabel data di handphonenya. Pria itu kehabisan baterai handphonenya saat mengemudi tadi.

Lisa perhatikan Jiyong yang sekarang mengenakan kaos putih pas badan dengan celana pendek berwarna biru tua yang tidak juga terlalu pendek. Celana itu masih menutupi lutut Jiyong. Rambut basah pria itu masih meneteskan beberapa bulir air, sehelai handuk putih yang tidak terlalu besar juga masih duduk manis di kepalanya. Jiyong belum mengeringkan rambutnya, tapi dalam keadaan apapun, seorang bintang tetaplah bintang. Sebagai seseorang yang sebelumnya hanya bisa melihat bintang dari TV, dengan natural dan tanpa di sadari, Lisa terpesona. Dia memang tampan, dia memang keren, wajar saja kalau ada banyak orang yang mengidolakannya, dia memang sulit di tolak– ucap Lisa dalam kepalanya.

"Aku harus bercukur, ingatkan aku untuk membeli-"

"Tidak," potong Lisa. "Tidak perlu bercukur, begitu juga keren," komentar gadis itu sembari menunjuk-nunjuk dagu Jiyong yang jadi sedikit kasar karena janggutnya. Mendengarnya, Jiyong hanya berdecak. Jiyong ingin mengatakan kalau ia tidak bercukur terlihat keren, ia hanya sedikit tidak nyaman dengan rambut-rambut itu. Namun untuk menghindari perdebatan lainnya, Jiyong mengiyakan ucapan Lisa dan mengalihkan pembicaraan mereka dengan mengajak gadis itu untuk segera makan, lalu segera tidur karena rencananya mereka akan naik kapal paling pagi besok.

***

Summer MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang