***
Selama hujan turun, G Dragon tidak lagi bicara dengan pemilik mobil kemah itu. G Dragon kembali duduk di bagian belakang mobil kemahnya, di atas ranjang yang tadi ia pakai berbaring. Sementara Lalisa, ia ada di meja makan, menatap kosong pada hujan di sebelahnya sembari menunggu sebuah ide untuk melakukan sesuatu. Saat ia sendirian di sana, hujan bukan alasan untuk diam canggung seperti ini. Namun kini ada seseorang di mobilnya, dan ia terlalu sungkan untuk beraktifitas. Apalagi setelah G Dragon menolak untuk menjawab pertanyaannya tadi.
Sampai akhirnya hujan berhenti dan Lalisa langsung beranjak untuk membuka pintu mobil kemahnya. Gadis itu bergegas keluar dari mobilnya, menghilang bersamaan dengan matahari terbenam tanpa berpamitan pada tamunya. Satu hal yang membuat Lalisa yakin untuk pergi meninggalkan G Dragon di sana adalah keyakinan kalau G Dragon tidak akan mencuri mobil mahalnya itu.
G Dragon keluar setelah beberapa menit ia tidak melihat Lalisa kembali. Apa ia di tinggalkan sendirian di sana? ragu G Dragon setelah ia melihat sekeliling mobil itu. Ia ada di sebuah lahan luas, di ujung tebing. Di pria itu melipat kedua tangannya di depan dada, menutupi sedikit tubuhnya yang tidak tertutup pakaian. Melangkah perlahan menuju sisi tebing yang hanya di batasi pagar setinggi dada kemudian melihat laut di bawahnya. Tempat itu adalah tebing di tepi pantai, ada sebuah jalan setapak menuju pantai di dekatnya, tapi karena malam sudah datang, jalanan menurun itu cukup gelap untuk di lalui.
Jiyong sudah melewati jalan ini tadi. Ia sudah melewati mobil kemah ini, ia sudah melewati Lalisa si pemilik mobil kemah, bahkan sudah melihat gadis itu sebelum tubuhnya berbaur dengan air laut. Tempat ini hanya beberapa menit dari bibir pantai. Di saat ia melamun menatap laut yang gelap, dari jalan setapak yang di lihatnya tadi G Dragon melihat kelap kelip cahaya. Perlahan cahaya itu mendekat sampai akhirnya G Dragon bisa melihat Lalisa Kim datang dengan sepeda kayuhnya. Sepeda itu punya keranjang berukuran sedang di depannya, dan di dalam keranjang itu ia melihat sebuah bungkusan plastik berisi belanjaan.
"Darimana kau-"
"Toko," potong Lalisa yang kemudian mengulurkan satu dari beberapa kantong belanjanya. "Semoga aku tidak membeli ukuran yang salah, ganti lah bajumu dengan sesuatu yang lebih nyaman," ucapnya, menjelaskan apa isi kantong itu. Ada dua celana, dua kaos dan dua celana dalam di dalam kantong belanja itu.
Setelah selesai mengganti pakaiannya– kini G Dragon sudah terlihat seperti G Dragon sungguhan. Pakaiannya memang murah, tapi celana dan kaos bahkan celana dalamnya benar-benar pas di tubuh pria kurus itu. Celana olahraga hitam, juga kaos abu-abu yang lumayan tebal ternyata sudah cukup untuk membuat G Dragon terlihat tampan. Saat ia keluar dari mobil kemah itu, sebuah meja plastik dan dua kursi lipat sudah di pasang. Di atas meja plastiknya ada beberapa camilan dan Lalisa duduk di salah satu kursinya sembari memegangi dua mangkuk mie instan. Gadis itu memegangi dua mangkuk mie instan itu sembari menatap sebuah tungku pemanas portabel yang punya sebuah teko air di atasnya. Ia sedang menunggu air matang sembari menghangatkan tubuhnya. Ini adalah hujan pertama di musim panas, airnya membuat udara jadi dingin, apalagi di tepi pantai yang berangin.
G Dragon berdeham, membuat Lalisa yang sedang melamun langsung menoleh menatapnya. "Bagaimana?" tanya pria itu, menanyakan bagaimana penampilannya sekarang.
"Lebih baik," balas Lalisa, sedikit bersyukur karena pakaian yang ia pilih ternyata pas untuk pria itu. "Aku sempat khawatir pakaiannya akan kekecilan lagi," tuturnya yang kemudian mempersilahkan G Dragon untuk duduk di depannya. "Aku bisa memasak, tapi aku ingin makan mie instan sekarang, tidak apa-apa kan?" tanya wanita itu yang kini bangkit untuk meraih teko di atas pemanasnya. Tungku portabel itu benar-benar membantu di sana, ia memberi kehangatan di udara sekitarnya, juga bisa memanaskan air.
"Terimakasih," balas G Dragon setelah ia menerima air untuk mie instannya, menutup mangkuk mie instannya dan menunggu tiga menit sebelum mienya matang. "Waktu terbaik untuk menikmati mie instan memang setelah hujan," ucapnya kemudian. Cahaya dari mobil kemah itu memang terang, tapi cahayanya tidak sampai seterang ini tadi. Kini G Dragon baru menyadari kalau ia bisa melihat jalan setapak yang tadi Lalisa lewati. Pria itu melihat ke sekelilingnya, namun ia masih belum menemukan sumber cahaya itu. Sampai kemudian Lalisa menunjuk bagian atas mobil kemahnya. Ada dua lampu persegi yang di gantung di atas mobil kemah itu. Satu lampu menghadap jalan, sedang satu lampu lainnya menyorot mereka yang duduk di meja plastik itu. Ada sebuah generator listrik di dekat mobil kemah itu, tapi suara deru generatornya sudah dikalahkan oleh deru ombak di laut. Ombaknya benar-benar kuat malam ini.
"Kalau aku tidak menemukanmu, mungkin kau sudah mati sekarang. Sepertinya laut sedang kesal malam ini, ombaknya kuat sekali. Setengah pantai terendam air tadi," cerita Lalisa sembari menikmati aroma mie instannya. "Aku tidak bermaksud untuk memintamu berterimakasih, aku hanya... Kurasa aku tidak bisa diam saja saat seseorang mungkin akan mati di depanku. Aku melihatmu berjalan ke pantai, di mataku kau terlihat sangat kelelahan saat berjalan dan begitu menyentuh air kau jatuh. Aku tidak bisa mengabaikannya walau mungkin itu yang kau harapkan," cerita Lalisa tentang bagaimana G Dragon bisa sampai ke mobil kemahnya.
"Kau sudah lama tinggal di sini?" balas Jiyong, enggan berterimakasih untuk nyawa yang sudah Lalisa selamatkan, juga enggan membicarakan kejadian tadi.
"Sekitar satu bulan," jawab Lalisa, yang kemudian mengatakan kalau ia juga sedang melarikan diri. "Untuk sebuah alasan, aku juga pernah merasa kalau mati akan lebih mudah daripada menjalani hidupku. Tapi sesuatu terjadi, aku harus hidup dan setelah semuanya berakhir kurasa mati juga sama sulitnya. Jadi aku melarikan diri, karena itu yang paling mudah, juga paling menyenangkan," ucapnya, yang mungkin bisa membantu G Dragon dengan masalahnya.
"Lalis atau Lisa?" tanya G Dragon, sedikit tidak terduga. Lagi, ia mengalihkan pembicaraan untuk menghindari topik yang tidak ingin ia bicarakan.
"Apa?"
"Nama panggilanmu,"
"Oh, Lisa," angguk gadis itu, mengizinkan G Dragon untuk memanggilnya dengan lebih nyaman. "Bagaimana aku bisa memanggilmu?" balas Lisa, yang kini sudah menghabiskan seluruh mienya. Gadis itu mengangkat mangkuknya, meminum kaldu mie instan itu dan tanpa sadar ia memberi G Dragon sebuah ide untuk menelan habis semua MSG di dalam mie instannya.
"Jiyong," balas G Dragon, setelah ia selesai menghabiskan jatah mie instannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Memories
FanfictionKetika jalan ini berakhir, kita harus berpisah. Aku akan merindukanmu, kau pun mungkin akan begitu, tapi tidak apa-apa, selama tidak ada seorang pun yang terluka.