9

986 178 3
                                    

***

Lisa dan Jiyong tidak tahu kalau ada orang lain yang mendengarkan obrolan mereka. Mereka tidak sadar, kalau ternyata ibu Hanbin ikut mendengarkan keluhan-keluhan itu sembari membersihkan tokonya. Lisa tidak tahu, kalau disaat yang sama, hati seorang ibu jadi ikut sesak, sama seperti hatinya. Mendengar keluhan-keluhan Lisa, ibu Hanbin jadi mengingat putra dan putrinya sendiri.

Kemudian, karena ia merasa tidak berhak ikut campur dalam pembicaraan Lisa dan Jiyong, wanita itu memutar sebuah lagu yang bahkan tidak sanggup ia putar untuk putranya sendiri. Ibu Hanbin tidak bisa mengantarkan pesan dalam lagu itu kepada putranya sendiri, ia tidak pernah punya kesempatan untuk itu. Tapi kini ia justru menyampaikan pesannya pada anak orang lain.

Judul lagunya Mother to Daughter, Yang Hee Eun dan AKMU penyanyinya. Begitu lagu itu di putar melalui pengeras suara di toko serba ada itu, Jiyong mengenali lagunya dan saat itu lah Jiyong menyadari kalau pemilik toko sedari tadi mendengarkan mereka.

Baru sebentar aku memejamkan mataku, dan saat sadar aku sudah menua...

Lirik pertama lagu itu mulai terdengar memenuhi seisi toko juga jalan di depan toko yang tidak seberapa ramai. Mungkin karena saat itu masih terlalu pagi untuk orang-orang mulai beraktivitas di pantai. Lalu di saat yang sama, Jiyong sadar kalau kesedihan di pagi hari ini akan berlangsung sangat panjang.

Ku pikir selamanya kau akan jadi putri kecilku, tapi kini kau sudah dewasa...
Aku sendiri masih belum mengerti bagaimana hidup yang sebenarnya, jadi aku tidak tahu apa yang harus ku katakan padamu...
Aku hanya berharap kau akan bahagia, jadi aku mencari-cari kata yang bisa ku katakan padamu...

Baru sampai di bait itu, Lisa sudah menyembunyikan wajahnya. Gadis itu merubah sedikit posisinya, menumpu kepalanya dengan tangannya yang terlipat, lalu menghadap meja plastik di depannya. Ia menutupi wajahnya yang sudah mulai panas dengan rambut panjangnya. Hal yang sama juga terjadi pada Jiyong. Sudah ratusan kali Jiyong mendengar lagu ini, tapi pesan penulis lagunya masih saja berhasil menyentuh hatinya, membuat sedikit sesak di sana.

Belajarlah! Tidak, itu terlalu dasar...
Jujur dan bekerja keraslah! Tidak, aku bahkan tidak bisa begitu...
Belajarlah mencintai... Jangan... Itu terlalu sulit...
Kalau begitu, jalani saja hidupmu...

Lisa sama sekali tidak bergerak saat bagian itu mengalun, menghangatkan udara pagi bersama matahari. Di saat yang sama, Jiyong merogoh sakunya, mengeluarkan handphonenya di sana dan mengirim sebuah pesan untuk ibu juga kakak perempuannya. Tidak perlu menunggu lagu itu selesai, Jiyong sudah hafal isinya. "Aku baik-baik saja, aku akan beristirahat sebentar kemudian pulang dan menyelesaikan masalahku. Jangan khawatir, aku menyayangimu, sampaikan salamku pada appa juga," tulisnya dalam pesan yang ia kirim ke ibu juga kakak perempuannya. Rasanya terlalu canggung kalau ia harus mengirim sendiri pesan untuk ayahnya.

Aku sendiri tidak tahu apa arti hidup yang sebenarnya,
ada banyak hal yang ingin ku tanyakan padamu...
Tapi kau terus mengulang-ulang kata yang sama...
dan kata-katamu membuatku semakin menutup hatiku...
Belajarlah! Aku juga tahu itu penting...
Jujur dan bekerja keras lah! Lihat lah, aku juga sudah berusaha melakukannya...
Belajarlah mencintai! Tapi aku takut terluka lagi...
Tolong biarkan aku menjalani hidupku sendiri...
Maaf, aku belum bisa menjadi ibu yang baik untukmu... Kau bisa memaafkan ku kan?

Tepat begitu lagunya berakhir, Lisa mengangkat kepalanya. Gadis itu melihat Jiyong yang bersandar malas pada kursinya. Kepala pria itu tertunduk, menatap handphone di tangannya. Namun saat ia menyadari kalau Lisa sudah selesai menangis, pria itu mengangkat kepalanya, melupakan sejenak apa yang sedang ia lakukan– menunggu seseorang membalas pesannya.

"Apa eommaku yang bodoh itu juga merasakannya?" tanya Lisa, merujuk pada lagu yang baru saja berakhir itu.

"Entahlah," jawab Jiyong. "Kau yang lebih tahu," ucap Jiyong membuat Lisa langsung bangkit dari duduknya kemudian melangkah ke arah pantai. Jiyong sedikit terkejut, pria itu bertanya apa yang akan Lisa lakukan, tapi jawabannya sama sekali tidak masuk akal. Lisa ingin mencari handphonenya, di laut berombak karena ia ingin menghubungi ibunya.

Lisa terus berjalan mendekati ombak, Jiyong mengejarnya walau adegan kejar-kejaran itu tidak seperti adegan dramatis dalam film. Tidak ada yang berlari, Lisa hanya berjalan di depan Jiyong dan pria itu mengikutinya sembari berteriak kalau Lisa tidak akan menemukan handphonenya yang tadi jatuh ke laut lepas. Sampai kaki Lisa menyentuh air, Jiyong kemudian menghela nafasnya– sedikit lega karena Yumi menjawab panggilannya. Pria itu menarik Lisa menjauhi air sekarang, bersamaan dengan suara Yumi yang menanyakan alasan Jiyong meneleponnya– setelah hampir lima tahun mereka tidak lagi berhubungan.

"Bagaimana bisa kau tidak menghafal nomor telepon ibumu?" kesal Jiyong yang sekarang menempelkan layar handphonenya ke telinga Lisa.

"Eomma?" tanya Lisa dan akhirnya ia bisa mengenali suara wanita itu.

"Lisa? Dimana kau sekarang? Dimana handphonemu? Dan kenapa kau bersama Ji-"

"Eomma aku tidak mau pulang!" seru Lisa memotong suara ibunya. Kini, bukan hanya Yumi yang terkejut, bahkan Jiyong ikut terkejut di depan gadis itu. Jiyong pikir Lisa akan berbaikan dengan ibunya setelah mendengar lagu itu. Jiyong pikir, tadi Lisa menangis karena sedang merenungkan sikapnya kepada Yumi. Tapi sepertinya Jiyong salah menilai keadaan di sana. "Biarkan aku menjalani hidupku sendiri. Aku tahu eomma menyuruhku belajar agar aku tidak jadi sepertimu. Aku tahu eomma menyuruhku bekerja keras agar aku tidak di remehkan sepertimu. Tapi apa eomma tidak melihatnya? Kalau aku sudah berusaha? Aku tahu eomma menyayangiku. Kau sudah melalukan banyak hal untukku. Aku tahu kau sangat menyayangiku tapi... Kau terus saja mengatakan hal yang sama. Aku- itu membuatku sesak," ucap Lisa, mengatakan apa yang sedari tadi ia tahan.

"Bagaimana aku bisa membiarkanmu menjalani hidupmu sendiri kalau kau bahkan tidak tahu apa yang kau inginkan?" balas Yumi, dengan suara bergetar yang susah payah ia sembunyikan.

"Aku sudah tahu apa yang ku inginkan," jawab Lisa kemudian. "Aku akan mengumpulkan uang sebanyak yang ku bisa, lalu menghabiskannya dan berbahagia. Seperti eomma. Aku hanya ingin bahagia sepertimu, tidak mengkhawatirkan apapun dan hidup bahagia," tuturnya, yang hanya Yumi iyakan. Yumi hanya mengiyakan ucapan Lisa, seolah ia memberi izin untuk hal yang Lisa inginkan itu, kemudian mematikan panggilannya tanpa menunggu Lisa menjawab ucapannya. Yumi marah. Baik Lisa maupun Jiyong mengetahui itu.

"Apa aku salah?" tanya Lisa kemudian. Kini gadis itu berjongkok di tepi pantai, tunik hijaunya menyentuh air tapi ia tidak bisa melempar apalagi membuang handphone Jiyong karena kesal.

Jiyong yang hari ini masih mengenakan pakaiannya kemarin ikut berjongkok di depan Lisa. Pria itu meraih handphonenya dari tangan Lisa, kemudian menelepon Yumi untuk ketiga kalinya– Yumi mengabaikan panggilan pertama Jiyong tadi.

"Noona, putrimu sangat mirip denganmu," ucap Jiyong begitu Yumi menjawab panggilan ketiganya. Wanita itu belum mengatakan apapun, selain mengatur nafasnya, ia tidak bisa mengatakan apapun. "Dia mengatakan semuanya saat marah, kemudian menyesal. Seperti noona,"

"Gadis jahat," gumam Yumi, tanpa sadar kalau Jiyong bisa mendengar ucapannya itu. "Berikan teleponmu padanya," suruh Yumi kemudian.

"Dia sedang menangis. Tidak bisa bicara," ucap Jiyong, memutuskan sendiri ucapan itu. Ia bahkan tidak bertanya apakah Lisa masih ingin bicara dengan ibunya atau tidak. "Aku akan menunggunya selesai menangis, memberinya makan kemudian mengantarnya pulang. Tapi karena kami jauh dari rumah sekarang, kami tidak akan bisa sampai dalam beberapa hari. Jangan khawatir, aku akan menjaga putrimu,"

"Dimana kalian sekarang?" tanya Yumi dan wanita itu langsung mengumpat saat Jiyong bilang mereka ada di pantai paling selatan dari negara mereka. "Ya! Bagaimana dia bisa bersamamu disana?! Apa dia gila-"

"Ya, aku akan bilang padanya kalau kau menyayanginya. Tidak perlu khawatir, dia akan mengerti kalau kau sangat menyayanginya," potong Jiyong sebelum ia menutup telepon itu secara sepihak.

"Bohong," komentar Lisa kemudian. "Eomma tidak mengatakan itu," ucapnya, menanggapi kata sayang yang tadi Jiyong ucapkan.

"Siapa yang berbohong? Kau tahu dia menyayangimu, kau sangat tahu itu. Jadi aku yang membohongimu atau kau yang menipu dirimu sendiri?"

***

Summer MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang