Part 2

7.2K 511 11
                                    

"Jika Ibu mengizinkan." Thif tersenyum. Jika ia tinggal di sini, maka ia akan tahu kebenarannya.


Dan mendapatkan kesempatan membalas dendam atas penderitaan ibunya! Thif tersenyum sinis dalam hati.

***********************************

Part 2

Sudah seminggu Thif berada di rumah Ayahnya. Begitu juga dia tahu bahwa ternyata Olivia sakit dan mulai jarang beraktivitas di luar ruangan secara berlebihan. Terutama tentang Olivia belum bisa memberikan keturunan kepada Griss. Thif hanya memandang sinis pada wajah Olivia yang telah merebut posisi Ibunya. Sekarang waktunya, mereka merasakan apa yang Syahara rasakan selama ini.

Grissham adalah pria yang perhatian kepada Oliv. Thif menjadi sadar, itulah mengapa Ibunya hingga saat ini masih mencintai pria yang tidak mencintainya balik. Brengs*k sekali bukan?

Oh, apakah begitu cara orang dewasa memandang ikatan pernikahan? Apakah ketika cinta itu telah tiada, maka perpisahan adalah jalan terbaiknya? Bukankan pernikahan itu adalah suatu komitmen? Tentu hal ini menjadi hal paling dibenci oleh Thif. Dia benci rasa cinta, dia benci pernikahan, dia benci keluarga ini. Lihat! Ada apa dengan Griss? Bahkan Syahara pun hingga detik nafasnya kini masih mencintai pria itu.

Thif keluar dari kampus dan menuju halte bus untuk langsung pulang, karena memang dia ingin bersantai saja untuk hari ini. Mengatur siasat pembalasan dendam yang epik. Namun, ketika itu, mobil hitam terparkir tepat di hadapan.

"Dad?"
"Ayo, temani Daddy makan siang."
Ucap Griss. Untuk pertama kalinya, mereka makan berdua di luar.

Mereka makan dengan nyaman. Walaupun Griss adalah pengusaha sukses tidak ada yang mengubrisnya makan bersama anak lelaki usia 17 tahun di luar.

"Bagaimaa kabar ibu mu?"
"Luar biasa."

Griss tekekeh pelan, terbayang wajah cantik Syahara yang tertawa.

"Ibu berterimakasih karena telah menjaga ku." ujar Thif setelah meneguk air minum terakhirnya.

"Kau juga anak ku. Sudah pasti Daddy akan menjaga mu." Griss selesai makan. Hidangan penutup pun datang di atas meja mereka.

"Kalau aku boleh bertanya..." Thif memainkan sendoknya sedikit.
"Ya?"
"Oh! bukan berarti aku tidak menghormati Tante Oliv, mohon jangan salah paham. Aku hanya ingin tahu."
"Tidak mengapa."
"Bagaimana Ayah dan Ibu bertemu?" Thif menarik sedikit senyuman dibibir. Sedaya upaya menampilkan rasa penasaran. Padahal ia sendiri tahu itu dari Ibunya.

Griss sedikit terdiam. Bagaimana? Ia sendiri tidak ingat. Yang paling membekas di ingatannya hanyalah perpisahan mereka yang memilukan. Apa yang harus dia jawab?

"Daddy tidak terlalu ingat. Maaf." ucap Grissham gusar.
"Oh, tidak masalah. Aku hanya penasaran."

Thif sedikit kecewa, tapi sudah ia duga jawabannya akan seperti itu. "Lalu bagaimana pertemuan pertama Daddy dan Tante Olivia?"ia memandang Ayahnya lurus. Sedangkan Griss kembali diam.

"Oh! Hahaha! Aku sebenarnya pernah mendengar ini dari ibu. Pertemuan pertama dengan tante Oliv saat di kampus Deddy dan Ibu kan? Saat Deddy menemukan kalung yang terjatuh milik Tante Olivia." Thif berujar sangat tenang dan luwes. Sedangkan Griss kaget karena hal itu benar adanya. Namun saat tatapannya membalas pandangan Thif. Di lihatnya anak lelaki remajanya itu kembali tersenyum, "Sebenarnya kalung itu milik Ibu." Ucap Thif membuat Gris kaget. Selama ini ia mengira kalung tersebut milik Olivia. Pantas Griss merasa sedikit aneh karena kalung itu kembali ia temukan di rumahnya sendiri sewaktu masih menjadi suami Syahara.

Syahara (Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang