Griss pun tak bisa berkata banyak. Mungkin ini rencana Thif di luar ekspektasinya. Ia lupa bahwa Thif adalah anak 17 tahun. Terkadang masih binggung memutuskan suatu tindakan. Bagaimana pun juga Griss akan tetap memaafkan Thif. Yang terpenting adalah di dalam sana Syahara tampak sehat dan cantik seperti biasa.
*****************************
Part 13"Aku senang akhirnya bisa kembali bertemu dengan mu, Hara." Griss pelan berkata demikian. Mereka berdua sedang menemani Olivia. Sudah lima hari, barulah Griss sekarang berani mengajak Syahara mengobrol.
Syahara tersenyum dan menarik nafas panjang. Ia memandang wajah Olivia yang tertidur. "Aku juga."
Griss membalas senyuman itu. Senyuman penyemangatnya, yang selalu memberikan rasa aman dan nyaman. Senyuman bak bulan.
"Thif pasti telah melakukan hal bodoh. Ck, anak itu." Syahara duduk dengan tenang. Dipandanginya wajah Griss yang tampak kacau.
"Aku minta maaf akan apa yang telah ku lakukan selama ini pada mu."
"Semua itu masa lalu."
"Tidak, itu semua karena kesalahan ku. Aku minta maaf. Aku sudah tahu tentang kembaran Thif. Juga tahu mengapa kau pergi dari rumah waktu itu."
Griss menyentuh keningnnya yang terasa berdenyut. Ia begitu rapuh. "Aku minta maaf atas nama Mama. Kesakitan ini pantas aku rasakan"
"Jangan berkata begitu." Syahara berujar lirih. "Aku sudah lama memaafkan semuanya. Aku sudah berdamai dengan rasa sakit itu. Sekarang bagi ku adalah kebahagiaan semua orang yang aku cintai." seperti biasa, Griss menyadari bahwa sedikit pun Syahara tidak pernah berubah.
"Apakah kau masih mencintai ku?"
Syahara tersenyum, "Selalu, Griss.. Selalu." Syahara mengalihkan pandangan. Tak berani berujar begitu kecuali di dalam hati.
"Terimakasih." Griss mengerti maksud Syahara. Dan Hara membalas tatapan Griss yang damai.
"Hara.." Olivia bangun. Ia mengapai tangan Syahara dan segera di tangkap wanita itu.
"Aku di sini." Syahara tersenyum. Olivia tampak lebih pucat. "Temani aku tidur ya." ujar Oliv dan disanggupi oleh Syahara.
Saat Olivia memejamkan matanya kembali, sepuluh menit kemudian tiba-tiba nada pada monitor berbunyi nyaring. Griss kaget segera berlari memanggil dokter.
"Oliv?!" Syahara yang duduk di samping Olivia sembari menggenggam tangan sahabatnya histeris.
"OLIVIA BANGUN!!!"
***
"Ini adalah takdir. Kamu harus bisa menerimanya. Olivia telah berjuang habis-habisan dengan penyakitnya selama ini. Berkat semangat dari keluarga." Ayah Syahara memeluk putrinya yang menangis.Mereka akhirnya meninggalkan makam Olivia. Olivia telah bebas dari rasa sakitnya selama bertahun-tahun. Ia begitu berjuang. Syahara menyesal karena selama ini memilih untuk pergi dan menghilang. Padahal ia seharusnya bisa memberikan dukungan kepada Olivia.
Griss memandangi rumahnya yang penuh kenangan bersama Olivia. Walaupun selama ini pernikahan mereka terasa hampa. Paling tidak beberapa tempat mengingatkan Griss kepada wanita yang 12 tahun menemaninya.
Walaupun cintanya bukan milik Olivia. Namun, rasa sayang tak bisa dipungkiri. "Griss." Syahara datang dan memandangi punggung Griss yang sedang melihat taman belakang rumah.
"Oh.. Hara?"
"Aku ingin pamit. Pekerjaan sudah tidak bisa di tinggal." Griss menunduk. Begitu ingin ia menanyakan apakah bersedia Syahara tetap di sisinya. Tapi apalah daya, ia merasa tak pantas."Apakah boleh aku mengetahui alamat mu di sana?" Syahara tersenyum dan mengangguk.
"Kau bisa tanyakan dengan Thif. Anak itu sudah aku marahi, dia tidak akan berani lagi berbuat nakal." Syahara tertawa pelan. Diikuti oleh Griss.
"Thif mirip sekali dengan mu, Griss. Itu artinya Thif akan kesulitan mengenal rasa cinta. Tolong ajari dia." Syahara mendekat.
"Aku pun bodoh tentang itu." Griss berkata penuh nada nelangsa.
"Pengalaman adalah guru terbaik." Syahara menyodorkan tangannya. Mengajak salaman. Tak pernah lepas senyuman manis di bibir wanita ini.
"Semoga kau menemukan seseorang yang lebih baik, Hara." Griss membalas jabatan tangan.
"Sudah ku temukan." Syahara menatap luruh kedalam manik hijau milih griss. Mata yang membuatnya terpesona untuk pertama kalinya semasa kuliah dulu. Ia pun melangkah meninggalkan Griss dengan tanda tanya. Apakah Syahara telah menemukan penggantinya?
Griss berlari karena rasa penasarannya. "Syahara!!" teriaknya membuat wanita itu menoleh sebelum memasuki mobil Thif.
"Siapa dia?"
Syahara hanya tersenyum tipis. Ia pun masuk kedalam mobil. Dan pergi meninggalkan Griss menuju bandara. Selama ini Syahara di sana melanjutkan pendidikannya, dan sekarang menjabat sebagai tenaga pengajar di universitas jurusan pendidikan.
Semuanya telah kembali, Olivia akan tenang di sana karena bebas dari rasa sakit dan kesepian. Syahara pun telah merasa lega karena bertemu dengan Oliv dan Griss. Ia juga sedikit banyak mengetahui cerita dari Thif. Griss pun sudah bisa menjalani hidupnya dengan baik. Tanpa rasa bersalah dan tanpa rasa hampa lagi. Masalah apakah Griss akan meminta Syahara kembali. Itu akan di jawab oleh waktu. Thif tersenyum. Griss harus memohon padanya jika hal itu yang sang ayah inginkan.
Tamat
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahara (Ending)
Romance"Kalau kamu masih mencintainya, mengapa harus datang kepada ku lalu menawarkan cincin dan kebahagiaan?" - Syahara Dilema memilih cinta lama dan cinta baru