Thif segera menyalakan mesin mobil dan melaju kearah rumah. Selama beberapa hari ini Thif sudah mencoba mencarinya di rumah, bertanya kepada pekerja di rumah, bahkan ia sudah memeriksa laci meja ayahnya di perpustakaan. Thif sudah tidak sabar lagi ingin mengetahui isi buku itu. Karena semua kisah di masa lalu akan terungkap setelah buku itu ia baca. Namun jika benar ini kuncinya. Maka dimana buku itu tersimpan?
*********************************
Part 4Bagaimana sih perasaan mu ketika sewaktu remaja hal yang kau pahami adalah ibu dan ayah mu bercerai?
Kau lahir tanpa didampingi ayah. Dan lebih kejamnya lagi, Ibu mu disebut wanita tidak baik karena mengandung di kala suami bukan lagi di sisi? Tentu gosip-gosip tak benar itu sampai di telinga Thif Alexander. Begitu banyak cemoohan yang Ibunya terima. Mulai dari Syahara selingkuh dan hamil anak selingkuhan sehingga di ceraikan. Atau hamil di luar nikah. Ataupun sekedar istri simpanan yang di buang.
Awalnya Thif begitu mencintai dan merindukan Griss. Dengan cerita-cerita menyenangkan Ibunya. Griss menempati posisi pertama di hati anak lelaki tersebut. Namun, setelah beranjak dewasa, setelah ia memahami situasi di sekitarnya, juga cerita yang Om Gio beritahu. Membuatnya menyimpulkan sendiri bahwa Griss dan Olivia lah yang berselingkuh.
Griss jatuh cinta dengan sahabat Syahara sendiri dan memilih untuk meninggalkan istrinya yang mengandung demi Olivia. Walaupun Griss tidak mengetahui kehamilan Syahara, tapi penghianatan itu terbukti dengan kepedihan Ibunya. Dan dibuktikan juga dengan Griss yang tak pernah berusaha mencari Ibunya.
Thif amat sangat ingin tertawa saat mengetahui sampai detik ini Olivia bahkan tidak bisa memberikan keturunan kepada Griss. Karma itu datang pada lelaki itu. Dengan begitu, Thif akan dengan senang memanas-manasi mereka. Seperti pagi ini. Waktu beranjak pelan menunjuk angka tujuh.
"Dad, selamat pagi." Thif baru saja duduk di meja makan untuk sarapan. Ia meletakkan nasi goreng buatannya di atas meja, menyerahkan piring kearah Griss.
"Pagi. Kau yang memasak?"
"Aku rindu sekali dengan masakan Ibu. Jadi aku meminta bibi untuk membiarkan aku memasak sarapan pagi ini. Bagaimana?" ucap Thif sambil tersenyum. Ia juga menyerahka secangkir kopi hitam kearah Griss.Griss hanya tersenyum kaku. Jika Thif akan rindu masakan Syahara setelah 1 bulan berpisah, apa lagi Griss. Lelaki itu menyendokkan makananya ke mulut dan tercengang. Bahkan anak ini bisa menyamai rasa masakan Syahara. Ia terdiam sejenak memandangi sarapannya.
"Apa tidak enak? Ibu selalu memasak untuk ku, dia begitu menjaga pola makan ku selama di tempat kami sekarang. Jadi aku belajar masak dengannya."
"Rasanya luar biasa." Griss hampir kercekat karena kaget. Ini 100% mirip dengan masakan Syahara.
"Syukurlah, Ibu selalu bilang nasi goreng ini adalah yang paling Daddy sukai." ujar Thif sambil ikut sarapan.Thif memandang kearah tangga menuju lantai dua. Olivia sepertinya belum bangun. Ia tersenyum tipis.
"Apa tante Olivia masih tidur?"
"Oh, iya.. Tante merasa kurang enak badan."
"Hm, aku kira tante yang akan memasakkan sarapan atau makan malam untuk Daddy, aku jadi penasaran dengan masakan Tante Oliv. Hm, tapi jika Dad setuju, sesekali bisa ku masakkan sesuatu. Aku tahu banyak hal yang Dad sukai dari Ibu." ucap Thif lugas. Ia memakan makanannya dengan tenang. Namun tidak dengan Griss, ia sedikit terguncang. Kenangan-kenangan itu bagai jarum menghujami ingatannya. Masa-masa paling indah miliknya bersama Syahara, yang bahkan baru ia sadari betapa berharganya hal itu."Walaupun aku jurusan ekonomi, Ibu selalu mengajari ku untuk mandiri dan harus pintar memasak, Dad tenang saja. Aku usahakan makanannya akan terasa sama dengan buatan Ibu. Coba lah kopi itu, Dad pasti akan kaget."
***
Griss tidak bisa konsentrasi dengan pekerjaannya hari ini. Sepertinya ia perlu istirahat dan menenangkan dirinya di apartemen miliknya.Tidak ada yang tahu bahwa Griss memiliki apartemennya sendiri. Disini adalah tempat dimana ia bisa menenangkan dirinya sendiri akan kekacauan. Tempat ia merenung. Tempat ia akan merasa lebih tenang. Dimana ia akan merasa disinilah sebenarnya rumah, dan neraka sekaligus. Karena, di sini lah tempat di mana ia bisa memajang foto Syahara tanpa diketahui oleh Olivia. Banyak barang milik Syahara yang sengaja wanita itu tinggalkan karena semua adalah pemberian Griss. Namun ada satu kotak kayu berukir bunga yang selama ini ia simpan. Milik Syahara satu-satunya. Yang tidak pernah bisa ia buka. Karena takut akan isinya, juga karena sungkan karena ini milik Syahara.
Griss pernah berharap Syahara akan datang kembali untuk menemuinya karena kotak ini, ia akan menunggu hal itu. Selalu. Tapi sepertinya tidak.
Griss berbaring di ranjang putih kesukaan Syahara setelah ia baru sampai dan memilih lari dari kantor. Ia menyangga tangan di atas matanya. Kaus kaki yang belum terlepas bahkan dasi pun masih merekat rapi. Ia menarik nafas sesak karena kenangan itu akhir-akhir ini begitu mengusiknya. Membuat tidak fokus kepada Olivia.
Tidak seperti waktu itu, saat di mana ia pulang dalam keadaan gundah karena bertemu dengan cinta pertamanya. Olivia.
Griss yang baru pulang dari kantor mendadak murung dan tidak banyak bicara. Ia bahkan tak menyapa Syahara seperti yang biasa ia lakukan selama mereka menikah. Hal itu tentu membuat wanita tersebut merasa keheranan.
Syahara masuk ke kamar dan mendapati Griss berbaring dengan menyangga tangannya di atas mata. Kaus kaki pun tidak ia lepas. Diam-diam dengan telaten Syahara melepas kaus kaki Griss, juga mengendurkan dasi berwarna kelam itu dari leher suaminya.
"Ada apa hm?"
"Urusan kantor." Griss berujar pelan. Syahara yang mengerti akhirnya segera keluar dari kamar di saat ia sudah memastikan ada segelas air minum di atas meja. Memberi ruang kepada Griss untuk menenangkan dirinya. Syahara tidak akan memaksa lelakinya untuk bercerita sebelum Griss sendiri yang mengatakannya.Hari sudah mulai gelap. Setelah sekian lama Syahara meninggalkan Griss. Akhirnya lelaki itu turun ke lantai bawah dan menyerahkan gelas kosong. Ia duduk, mengamati Syahara yang baru siap mecuci piring setelah masak.
"Aku bertemu Oliv." Griss memejamkan mata saat berkata begitu. Ia menyadari bahwa Syahara pun terdiam mendengarnya. Tak lama kemudian, di rasa kan oleh Griss bahwa Syahara menyentuh tangan lelaki itu. Tangan Hara dingin. Griss merasa sedikit bersalah.
"Dia juga menghubungi ku hari ini." wanita itu tersenyum manis. Bagaikan bulan sabit.
"Aku.." ucap Griss terputus.
"Aku mengerti perasaan mu." Syahara melepas tautan tangannya yang bahkan tak pernah dibalas oleh Griss. Sampai kapanpun.
"Aku akan tetap ada untuk mu." Griss berujar. Namun Syahara hanya tersenyum menanggapinya.Tidak
"Olivia adalah teman ku, sahabat, saudari, dia bagian terpenting dalam hidup ku." ucap Syahara. Ia menarik rambutnya ke telinga, senyumnya tak pernah luntur, begitu indah.
"Dia hanya partner kerja. Semua sudah menjadi masa lalu."
"Aku paham."
"Hara."
"Aku pernah berkata bukan? Bahwa aku begitu mencintai mu, Griss. Saking besarnya rasa ini. Aku rela kau bersama bahagia yang benar-benar kau inginkan." tangan Syahara di raih Griss, dan wanita itu membalasnya.Mereka diam untuk beberapa saat.
"Begitu juga rasa sayangku pada Oliv, aku selalu ingin dia mendapatkan seseorang yang memiliki rasa cinta yang besar sama seperti ku kepada mu." saat itu Griss hanya menunduk. Ia terguncang karena pertemuan singkat karena sebuah kerjasama dengan perusahaan milik ayah Olivia. Pertemuan yang membuat suasana rumahnya berubah 180 derajat.Syahara masih hangat, tapi dirinyaalah yang membuatnya terasa dingin dan hampa. Kehangatan Syahara terkalahkan.
"Cinta mu pada Olivia, sama besarnya."
Syahara bangkit dari kursi. Ia memilih untuk menuju kamar tamu, dirinya hancur, tapi hatinya akan semakin hancur saat melihat Griss tidak bahagia dengan pernikahan mereka ini. Ia rela melepas demi kebahagiaan Griss. Karena kelak ia juga akan bahagia. Ini bukan lagi demi satu cintanya. Tapi ini demi cinta dua anak manusia yang ia pisahkan.
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
Syahara (Ending)
Romansa"Kalau kamu masih mencintainya, mengapa harus datang kepada ku lalu menawarkan cincin dan kebahagiaan?" - Syahara Dilema memilih cinta lama dan cinta baru