Part 9

5.6K 369 1
                                    

Thif menatap luar jendela. Ternyata, Ibunya lah yang jatuh cinta pertama kali. Namun, Griss jatuh cinta dengan Olivia.

********************************
Part 9

Thif melanjutkan bacaannya. Di halaman berikutnya tidak di jelaskan lagi mengenai Griss. Sampai pada suatu halaman di mana..

22 Desember

Griss untuk pertama kalinya mengajak ku berbicara.. Apa kau tahu betapa gembiranya aku? Rasanya mau gila!

Tapi jangan terlalu berharap Syahara. Griss bertanya tentang Olivia bukan?

Tentang Olivia...

***

Seorang pria tampak menepuk punggung Syahara pelan. Ia tersenyum dan duduk di samping Syahara sambil membawa bukunya. Perpustaaan tak begitu sunyi, namun paling tidak Griss harus meminimalkan suaranya.

Syahara yang kaget melotot menatap Griss duduk di sampingnnya. Mimpi apa dia semalam?? Dadanya bahkan sempat berdentum dentam. Astaga!

"Hai.. Aku Griss."
"Ha-lo." Gugup Syahara. Dan Griss tampak terkekeh.
"Aku ingin bertanya sesuatu pada mu." Griss menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan suaranya tidak menganggu.

"Apa ya?" ucap Syahara.
"Bisakah bicara di luar?"

Mereka akhirnya memutuskan berbincang di luar perpus. Biasa semester akhir. Griss menyerahkan sekaleng minuman dingin kearah Syahara.

"Jadi siapa nama teman mu yang kemarin?" Griss meminum minumannya. Sedangkan Syahara yang sempat senang dan rasanya ingin melompat tadi mendadak bagai batu yang pecah. Syahara menatap Griss, menanyai namanya saja tidak.

Gadis itu tersenyum dan terkekeh. Ia meminum minuman pemberian Griss dengan tenang dan leluasa.

"Oh, namanya Olivia."
"Apa dia teman kampus mu?" Griss tampak bersemangat.

Syahara mengeleng. "Dia kuliah di Ibu Kota. Universitas bagus, kemarin itu hanya liburan saja, dia ingin melihat suasana kampus ku di fakultas pendidikan."

Griss tampak sedikit kecewa. Tapi apakah jika ia meminta nomor ponsel Olivia, Syahara akan memberikannya atau tidak ya?

"Apa jika aku meminta kontaknya, kau akan kasi?" Griss tersenyum.

"Aku tidak yakin. Aku harus bertanya kepada Olivia."

"Bisakah kau tanyakan sekarang?"

Syahara kaget akan keberanian lelaki ini. Ia mengenal Griss lewat kegiatan kampus. Pria yang supel, pemberani, sopan, ambisi, tegas, dan juga baik. Ia selalu ingin yang terbaik untuk Olivia. Jika jawabannya adalah Griss. Syahara rela.

Syahara pun menelpon sahabatnya dan memperoleh jawaban yang diinginkan Griss. Syahara tamoak tertawa oelan saat Griss keceplosan menunjukkan rasa girangnya.

"Sebenarnya aku mengenal kamu dari beberapa agenda kampus. Jangan kamu permainkan sahabat ku ya." Syahara tersenyum lagi. Mata beningnya dan senyumnya yang seindah bulan. Griss terkekeh, berterimakasih kepada Syahara.

"Baiklah, mari kita berteman." ajak Griss mengulurkan tangan. Syahara menatap tangan tersebut dengan perasaan gundah gulana. Haruskan? Atau sebaiknya tidak?

"Maaf. Kamu bisa menanyaiku sesuatu apapun tentang Olivia. Tapi hanya sekedar itu. Untuk berteman.." Syahara mengeleng.

"Akan lebih baik begini saja." Syahara pamit dan pergi meninggalkan Griss yang binggung namun tak memperdulikannya.

***

Tak lama setelah itu, hubungan Griss dan Olivia semakin baik. Griss seperti apa yang terlihat, ia begitu keren. Dan Olivia akan selalu menceritakan apapun itu tentang Griss.

Semua terasa begitu cepat. Syahara bahkan sampai detik dimana Griss dan dirinya lulus universitas, Griss yang melanjutkan pendidikan master di Ibu kota menyusul Olivia, tetap tidak memiliki status pertemanan dengan Syahara. Membuat Olivia merasa sedikit aneh.

Tapi itu lah keputusan gadis itu. Hubungan Olivia dan Griss pun tak di sangka menjadi sangat serius. Griss begitu optimis dengan usahanya. Dan Olivia pun sedang merintis karirnya di kantor milik Ayahnya karena lulus di bidang manajemen bisnis. Mereka berdua sangat serasi. Memberikan kehabagiaan tersendiri di hati Syahara.

Hingga akhirnya, kabar buruk menimpa mereka. Setelah 4 tahun berlalu.

8 Januari

Aku tidak bisa berbuat banyak. Orang tua Olivia tidak menyetujui hubungan Griss dan Olivia. Mereka menjalani ini selama 4 tahun lebih. Oh Tuhan, bagaimana ini?

Aku harap mereka bisa bertahan.

Griss saat itu mendatangi keluarga Olivia dan menyatakan maksudnya. Namun, semua tidak semudah itu. Orang tua Oliv menentang habis-habisan. Mereka menganggap Griss tidak mapan dan kurang pantas dengan Oliv. Apalagi Griss lebih memilih berada di luar zona nyamannya dan merintis dari nol usahanya sendiri.

Griss gundah, satu sisi ia ingin menikahi Olivia, namun juga tak ingin melepas usahanya walaupun masih merangkak.

Seperti kata Syahara. Waktu begitu terasa cepat berlalu. Griss pulang kembali ke kota untuk tetap melanjutkan bisnisnya setelah lulus pasca sarjana. Hatinya pecah dan terluka akan penolakan orang tua Olivia hanya karena dia belum mapan. Hal ini sedikit banyak mengusik ego pria seorang Grissham Alexander. Sedangkan Olivia yang sedih di sekolahkan di luar negri untuk memperoleh gelar Master. Demi mengobati luka. Orang tuanya beranggapan, semua akan hilang di makan waktu.

"Hanya kamu tempat aku bercerita, Hara." Griss meminum kopi buatan Syahara. Sedangkan gadis itu memandang pria ini prihatin. Dadanya masih berdebar seperti awal mula Syahara mengenal Griss. Tapi tidak, perjuangan mereka belum berakhir, Hara.

"Aku akan mendengarkan." Syahara menyesap kopinya juga. Selain menjadi honorer guru matematika di sekolah dasar. Syahara juga punya kafe. Ini ia rintis bersama kelima teman kampusnya. Lumayan menambah penghasilan Syahara. Tidak ada yang akan mengira bahwa guru SD ini berbisnis.

"Kau masih mencintainya bukan? Pertahankan! Jika Mama Oliv menolak mu karena menganggab mu belum cukup kaya untuk menghidupi anak permpuannya. Maka salah satu cara terbaiknya adalah buktikan bahwa itu tidak benar."

Syahara menatap Griss yang tercengang. Ini kali pertama Syahara memberikan tanggapan akan cerita Griss. Selama ini ia hanya berperan sebagai pendengar.

"Semangat dong!! Aduh kamu ini lelaki, Griss." senyum Syahara layaknya matahari di musim semi, layaknya bulan di tengah malam, layaknya tulip di taman bunga. Griss entah mengapa merasa berdebar. Ia mengeleng karena sempat tak fokus.

"Kamu pasti bisa." semangat Syahara kemudian tertawa.

Tbc

Syahara (Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang