"Tidak! Ini hanya kesalahpahaman. Aku menyesal karena mabuk malam itu sehingga pelayan menelpon mu untuk menjemput ku. Tapi malam itu tidak terjadi apa-apa, Griss. Syahara salah paham, begitu juga dengan keluarganya." Olivia bangkit dari duduknya. Kepalanya terasa pusing. Ia agak melemah ketika sesuatu menguras pikirannya.
********************************
Part 6"Tante Oliv kemana, Dad?" ucap Thif sembari duduk di depan meja kerja Griss.
Griss yang sedang melamun sedikit tersentak. Ingatannya masa lalu datang begitu saja. "Ke rumah sakit."
Thif mengangguk untuk membalas ucapan ayahnya. Di lihatnya bahwa Griss sedang meneguk sebotol anggur merah malam ini. Thif tersenyum tipis, ayahnya pasti akan mabuk jika menghabiskan minuman ini sendirian.
"Apa yang Daddy pikirkan?"
"Tidak.."
"Oh, aku kira tentang Ibu." Thif menarik sebuah foto di saku celananya. Kemudian menyerahkannya kepada Griss. Membuat lelaki dewasa itu duduk dengan tegap. Dari dulu ia selalu mencari-cari foto ini. Foto terakhirnya bersama Syahara."Kapan Daddy dan Ibu mengambil foto ini? Hahaha, wajah kalian murung. Kenapa tidak tersenyum?"
Griss yang sejatinya mabuk memandang erat wajah Syahara. Matanya yang teduh, bibirnya yang elok. Hari itu dia begitu menyakiti hati wanita ini.
Setelah Olivia begitu marah akan keputusannya menyetujui gugatan Syahara. Akhirnya Griss meminta untuk kembali kepada Syahara. Tapi Syahara tidak bodoh, pria itu kembali karena Olivia yang meminta.
Namun semua sudah terlambat. Syahara tetap pada pendiriannya, dengan syarat ia ingin mengabdikan dirinya sebagai istri untuk terakhir kalinya kepada Griss. Melayani sarapan, memasakkan makan siang dan malam, menyediakan air hangat untuk Griss, mencucikan baju pria itu, membuatkan kopi kesukaan Griss. Mendengar keluh kesah Griss, apapun itu termasuk tentang olivia. Dan lainnya.
Di sinilah Griss begitu terguncang dengan keputusannya. Awalnya ingin kembali karena di suruh Olivia, nyatanya setelah itu hatinya yang remuk redam.
Dikala ia berada di sisi Olivia. Maka hatinya condong ke wanita itu. Namun, kala ia berada di sisi Syahara. Hatinya bergetar dan rasa tak rela menyelinap diam-diam sampai rasanya mencekikkan.
Griss sadar akan sikapnya yang plin plan. Tidak bisa memutuskan yang terbaik untuk dirinya dan semua orang.
Syahara datang dengan seember air dingin dan handuk. Ia mengompres Griss dengan telaten dan menjaga suaminya dengan baik. "Jika perlu apa-apa katakan saja." ucapnya penuh kelembutan. Syahara ingin bangkit. Namun segera di cegah oleh Griss. Pria itu menahan tangan Syahara dan mengisyaratkan untuk menemaninya tidur.
"Hara."
"Ya?"Gris memeluk istrinya erat. Hatinya kacau. Dadanya berdegup dengan kencang. Menyadari itu, Syahara mengelus punggung Griss dengan lembut. Menimbulkan rasa nyaman yang teramat.
"Kau harus tahu sesuatu." ucap Griss lirih.
"Apa itu?" balas Syahara.
"Aku minta maaf tentang meninggalkan mu malam itu."
Griss merasakan Syahara sedikit tidak tenang. Kemudian ia melanjutkan, "Malam itu, Olivia mabuk karena depresi dengan penyakitnya dan ia sedih karena ditinggal kekasihnya. Aku di telpon untuk menjemput Oliv oleh pelayan bar di sana. Aku bersumpah, malam itu tidak terjadi apapun di antara kami."
"Griss, kau tahu kan bahwa aku akan selalu percaya kepada mu?" Syahara tersenyum. Akhirnya rasa penasarannya akan malam itu dan kejadian yang di ceritakan Gio terjawab sudah."Terima kasih."
"Sekarang istirahat. Kau harus cepat sembuh." Syahara membalas pelukan Griss. Hingga akhirnya mereka tertidur bersama.Memang langit sudah pekat, namun rasa nyaman yang tercipta membuat Griss tidak bisa mengelakkan rasa kantuknya. Angkasa menghitam. Gemintang bahkan tertutup awan mengumpal. Sepertinya hari akan hujan. Mereka tertidur dengan pulas, hingga tiba-tiba Griss terbangun karena haus. Dilihatnya jam dinding. Pukul 01.15 pagi. Hujan diluar cukup deras, membuat suasana dingin. Ia melirik kearah meja samping kasur, dan meminum dengan ludes air yang selalu di sediakan Syahara untuknya. Tubuhnya sedikit lebih baik. Istrinya memang selalu bisa membuatnya merasa lebih baik.
Griss pun memandang wajah Syahara yang tertidur lelap. Wajah cantiknya yang manis. Matanya yang bening dan senyumnya bak bulan. Mengapa kau begitu tega menyakiti hatinya, Griss?
Pria itu menyentuh kening Syahara dan memainkan rambut panjangnya yang ikal. Tiba-tiba Griss teringat tentang betapa luar biasanya Syahara merawat dia. Menyayanginya, menerima kekurangannya, mendukungnya dari nol saat mereka menikah, memilih untuk melupakan impiannya melanjutkan kuliah S2 demi berkerja sebagai guru dan membantunya dalam merintis karir. Begitu membekas di ingatan saat Syahara dengan kelembutan yang dimiliki untuk selalu berada di samping Griss. Tak pernah lelah berusaha memiliki momongan. Sudah lima tahun mereka menikah. Mengapa baru saat ini Griss menyadarinya? Mengapa??!
Griss menangis sembari memeluk tubuh Syahara. Hatinya hancur. Mengapa ia goyah dengan kedatangan Olivia? Bukankan luka lamanya di akibatkan oleh perempuan itu?
Merasakan tubuh bergetar Griss yang menangis membuat Syahara terjaga. Ia kaget mendapati suaminya seperti ini.
"Hey? Kenapa? Apa kau baik-baik saja?" Syahara menyentuh kening Griss. Tubuhnya sudah mulai membaik. Tapi mengapa lelaki ini masih menangis?
"Maaf kan aku." Griss berujar penuh luka. Dadanya sakit. Hatinya begitu hancur. Ia merasa bersalah kepada Syahara. Lima tahun ini telah tumbuh rasa itu. Mengapa ketika ia akan berpisah baru merasakannya?
"Kau kenapa?" Dengan lembut Syahara berujar. Mengusap punggung Griss yang masih memeluknya.
Griss melepas pelukan dan menyentuh wajah Syahara. Ia memandangi wajah itu dengan tatapan memuja. Ada yang membakar jiwa kala itu. Sebuah hasrat yang lama tak tersapaikan.
"Bolehkah?" ucap Griss lirih dan berat. Matanya mengelap. Dan Syahara hanya diam karena terkejut.
Griss mendaratkan sebuah ciuman di sana. Dan ia tak mampu lagi menahan.
"Aku mencintai mu"
Syahara tersenyum mendengar hal itu untuk pertama kalinya dari Grissham.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahara (Ending)
Romance"Kalau kamu masih mencintainya, mengapa harus datang kepada ku lalu menawarkan cincin dan kebahagiaan?" - Syahara Dilema memilih cinta lama dan cinta baru