Part 8

5.8K 420 4
                                    

Syahara pingsan mendengar itu. Tanpa di ketahui oleh Griss. Gio dan anak buahnya mengambil semua barang milik Syahara di rumah Griss. Menyisakan kenangan tanpa bunyi.

Hari itu juga Griss begitu terguncang karena Syahara telah benar-benar meninggalkannya.

*******************************
Part 8

Thif memandang hadiah sebuah sepatu sport terbaru di atas meja. Bukannya ia tidak menginginkannya, hanya saja dari siapa yang membuat hadiah ini terasa seperti sogokan.

Dari Oma

Thif mendecis. Membiarkannya begitu saja di atas meja kamarnya. Tak mempedulikan. Selagi Oma masih membenci Ibunya, selama itu pula Oma adalah musuhnya.

Thif memainkan Hp sejenak sebelum akhirnya sebuah ketukan pintu membuatnya bangun dari kasur. Griss membuka pintu dan mengajak Thif untuk mengikutinya akhir pekan ini.

Thif hanya diam mengikuti sang ayah. Hingga ia tahu bahwa mereka menuju lokasi dimana itu dekat dengan kantor Griss.

Apartemen

Mereka memasukinya tanpa banyak bicara. Dan akhirnya Thif tahu bahwa hampir 90% kamar apartmen milik ayahnya ini adalah selera Syahara.

"Oh, Ibu pasti akan menyukai kamar ini." ucap Thif sambil menilai ruangan. Sampai ada satu titik matanya tertuju. Sebuah foto besar Syahara dan Griss dengan baju pernikahan mereka.

"Untuk apa Daddy menyimpan ini? Tante Olivia pasti tidak akan suka kan?" Thif menyentuh foto Ibunya. Begitu cantik.

Griss tak banyak menjawab. Ia pun mendekati Thif dan menepuk punggung anaknya.

"Ini apartemen pertama kami setelah Daddy akhirnya berhasil dengan bisnis Dad. Huff.. Dad tidak ingin kehilangan kenangannya." Griss. Kemudian menyerahkan kinci mobil.

"Untuk dua hari kedepan, tinggallah di sini. Dad tahu kau pasti tidak nyaman dengan kedatangan Oma."

"Oh, aku sangat berterima kasih."
"Walaupun begitu, cobalah untuk memaafkan Oma dan Opa ya."

Selama mereka meminta maaf juga kepada ibu!

"Oke" Thif tersenyum dan mengantar ayahnya yang pulang. Thif memilih untuk berkeliling.

Memandangi bahwa setiap sudut sangat khas dengan Syahara. Begitu juga dengan sebuah kotak kayu berukir bunga di bawah figura besar foto pernikahan Griss dan Syahara.

Thif menyentuhnya sesaat dan mendadak dadanya berdebar. Ia menyentuh kalung yang selama ini selalu setia ia pakai. Ia tak pernah melepaskan kalung berbandul kunci ini.

Thif menarik nafas. Dadanya terasa lebih sesak karena rasa penasarannya selama ini. Saat kunci itu di masukkan, dan di putar. Ternyata benar bahwa kunci ini milik Ibunya karena cocok dengan kotak kayu ini. Kunci untuk semua pertanyaannya selama ini.

Thif membuka kotak kayu itu dan mendapati sebuah buku bersampul kain merah gelap. Buku usang tersebut sedikit menguning dimakan usia.

"Akhirnya!!" ujarnya sambil tersenyum lega. Thif beranjak dan memulai membaca halaman demi halaman cerita curahan isi hati Ibunya semasa kuliah. Tentang bagaimana ia begitu senang di terima di universitas, walaupun tak terlalu terkenal. Tentang teman-temannya dan hal konyol mereka. Juga tentang pertemuan pertama Syahara dan Griss semasa kuliah karena sebuah acara kampus. Seperti cerita sang Ibu. Pertemuan mereka bukanlah hal yang luar biasa. Hanya sebuah pertemuan singkat yang begitu membekas di ingatan Syahara, namun sudah jelas. Grissham tidak mengingat hal itu. Ada sesuatu yang tumbuh di hati Syahara, tapi tak ada yang membekas bahkan setitik pun di benak Griss. Sudah jelas, Syahara lah yang mencintai lebih dulu.

Halaman berikutnya. Thif termenung. Di sana jelas tertulis tentang pertemuan pertama Griss dan Olivia.

10 September

Olivia liburan dan memilih untuk ikut dengan ku ke kampus. Katanya ingin lihat di mana aku mengenyam pendidikan sarjana. Pertemuan pertama Griss dan Olivia luar biasa. Bagaimana pun Griss harusnya tahu. Kalung berbandul kunci itu milik ku. Bukan milik Olivia.

Ya sudahlah, paling tidak aku akhirnya memandang Griss dari dekat.

Waktu itu...

***

Syahara menandai kalender di ponselnya. Tanggal 10 September pukul 10.00.

"Jadi ini kampus mu?" ujar Olivia menelusuri jalan kampus Syahara. Sedangkan Hara terkekeh.

"Sudah pasti tidak sehebat kampus mu di ibu kota." Syahara tertawa karena Olivia mencubit lengannya.

Dari kejauhan, Syahara sempat tercekat karena mendapati Griss jalan berlawanan arah dengan mereka. Astaga! Dadanya berdebar!

Karena takut Olivia merasakan keanehan Syahara. Gadis itu pun berpura-pura biasa saja. Hingga akhirnya saat mereka benar-benar berpapasan. Bahu Olivia tak sengaja tersenggol bahu Griss. Membuat sesuatu yang mengantung di tas tersebut terjatuh. Hal itu di sadari oleh Griss.

"Maaf."
"Ya?" Olivia menoleh. Ia menatap Griss dengan sebuah kalung berbandul kunci di tangan.

"Maaf, ini milik mu."
"Eh? Buk-"
"Ya.. Iya.. Punya dia. Terimakasih." Syahara menarik kalung itu dan menarik Olivia menjauh. Ia terlalu degdegan jika berada di dekat Griss. Lelaki itu penuh pesona. Syahara tidak bisa jika harus dekat-dekat dengan Griss.

"Ini punya mu, Hara?"
"Iya."
"Oh, tadi itu siapa?"
"Nggak tahu, aku tidak kenal tuh." Syahara berbohong. Pipinya terasa panas. Namun untungnya Olivia sibuk mengamati situasi kampus dan tak mengindahkan reaksi Syahara barusan.

Tanpa Syahara ketahui bahwa ada hati yang terguncang karena seseorang. Griss memandang punggung Olivia dengan saksama. Ia tersenyum kemudian melanjutkan perjalanannya menuju kelas.

***


Thif menatap luar jendela. Ternyata, Ibunya lah yang jatuh cinta pertama kali. Namun, Griss jatuh cinta dengan Olivia.

TBC

Syahara (Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang