"Aku ingin memberi tahukan sesuatu tentang Ibu. Aku sudah memikirkan hal ini." Griss mengangguk.
Thif menarik nafas dalam. Ia sudah bertekat.
"Sebenarnya, Ibu sudah meninggal dua tahun yang lalu."
**************************
Part 12Griss langsung berdiri setelah mendengar pengakuan Thif. Ia syok berat. Runtuh dan hancur sudah pertahanan hebat yang Griss ciptakan. Setiap sel tubuhnya seperti mendadak berhenti. Jantungnya berdetak dengan kencang dan menyakitkan.
"K-kau.. Jangan berbohong." Griss tak kuasa menahat rasa menggila dikepalanya. Ia mendekati anaknya dan menyentuh pundaknya sembari menguncang. "Katakan pada Daddy itu tidak benar, Thif.. Katakan!!"
"Ibu sudah meninggal, Dad." Thif menangis. Ia pun ikut terguncang. Ia memang ingin menghancurkan pernikahan Griss dengan Olivia sejak awal ia mengerti cerita mereka saat remaja. Namun semuanya terungkap bahkan sebelum rencananya benar-benar terjadi. Thif sangat ingin melihat penderitaan Griss. Tapi ternyata dari sorot mata ayahnya, ini adalah berita paling menyakitkan yang ia pernah terima.
"TIDAK!!! KATAKAN ITU SEMUA TIDAK BENAR!!"
Griss terduduk dan menangis kencang. Ia histeris. Sedangkan Thif hanya memandang dengan mata basah dan terluka.
Namun, sebuah suara mengagetkan mereka. Seperti suara pecahan gelas dan tubuh seseorang. Para pekerja rumah berteriak. Griss dan Thif segera keluar dari perpustakaan. Mendapati Olivia pinsan dengan segelas kopi di lantai.
"Oliv!!" Griss mendekat. Ia mengangkat tubuh istrinya dan membawanya ke rumah sakit. Ia bersama Thif akhirnya melaju dengan mobil.
***
"Bagaimana, dok?" Thif mendekat kearah dokter yang baru saja keluar dari pemeriksaan Olivia. Griss hanya mematung. Ia tak banyak berekspresi sejak tadi.
"Autoimun yang di derita ibu Olivia bertahun-tahun ini saya akui sangat luar biasa. Namun, memang penyakit autoimun adalah pembunuh secara diam-diam. Kalian sebagai keluarga harus tetap menyemangatinya. Ibu Olivia sedang istirahat. Jika ingin menjenguk usahakan jangan menganggu pasien." dokter tersebut berujar dan kemudian pamit.
Griss berdiri dan melangkah menuju ruang rawat Olivia di ikuti oleh Thif. Thif menghela nafas gusar. Bukan ini yang ia harapkan.
Griss tampak duduk menemani Olivia. Melihat hal itu, Thif memilih untuk menunggu di luar saja. Dan ketika itu pula Griss menunduk dan menangis. Hidupnya telah hancur. Ia gagal menjaga Syahara, dan sekarang ia juga akan gagal menjaga Olivia. Ia menyadari bahwa Olivia masih setia pada cintanya. Tapi Griss benar-benar telah berpaling.
Seharusnya Griss lebih memperhatikan Oliv karena kesehatannya memang menurun drastis akhir-akhir ini. Griss menyentuh tangan Olivia dan menangis di sana.
"Maafkan aku, Oliv." ucapnya lirih.
Thif yang barusan selesai menelpon seseorang mendengar permintaan maaf Griss ketika ia ingin masuk. Mendengar hal tadi, membuat niat Thif urung.
"Maaf, selama 12 tahun ini aku membuat mu juga menderita. Aku lah penjahatnya. Maafkan aku."
Thif diam-diam merenung. Ia juga merasa bersalah karena selama ini memendam rasa benci kepada Olivia.
"Kau tahu aku hingga detik ini masih menunggu Syahara. Kau tahu bahwa cinta ku hanya milik wanita itu. Kau tahu bahwa aku tidak akan pernah bisa lagi memberikan perasaan ku pada mu." Griss menghela nafas panjang.
"Kalian adalah wanita paling berharga untuk ku Oliv. Kau dan Syahara."
Thif menutup pintu ruangan Olivia dan duduk di ruang tunggu. Matanya terpejam. Ia menyesal mengatakan hal itu kepada Griss yang ternyata di dengar oleh Olivia. Bukan ini yang ingin ia ketahui. Thif hanya ingin membuktikan apakah Griss masih mencintai Ibunya atau tidak. Apakah itu cinta atau hanya sekedar rasa iba karena kasihan.
Thif mengutuk dirinya sendiri. Griss tidak beranjak dari tempat duduknya. Sejak kejadian itu, sudah datang orang tua Olivia yang menjenguk. Juga Oma dan Opa untuk menengok sebentar. Thif hanya diam dan menjawab jika di tanya saja. Ia juga tak banyak berekpresi karena keadaan Olivia di kabarkan menurun. Ia sudah siuman sejak 20 menit yang lalu ketika Orang tuanya datang.
Itu kabar baik, juga kabar sedih karena perempuan itu pun semakin melemah. Griss sempat kewalahan karena Olivia histeris mengingat ucapan Thif di perpustakaan rumah mereka. Ia memanggil-manggil nama Syahara.
Hidupnya bagai binasa. Remuk redam perasaan Olivia. Ia tak menyangka kabar itu ia dengar. Semua di dalam ruangan menunduk dan merasa bersalah, sedangkan Olivia mulai tenang.
Pekatnya langit pun datang. Gemintang bertebaran sejauh mata memandang. Desiran angin malam menyejukkan. Thif masih setia duduk di luar ruangan. Hingga akhirnya, sebuah langkah kaki berlari kearahnya. Thif tersenyum lebar. Ia akan meminta maaf kepada semua orang.
Gio dan Kaken pun datang menghampiri Thif.
"Di dalam?"
"Iya." ucap Thif membalas pertanyaan itu. Ia pun ikut masuk setelah keluarganya berlarian masuk ke dalam ruangan Olivia."Oliv??!!" teriak seseorang membuat Griss, Oliv dan Mama Oliv menoleh.
Yang berteriak tersebut berlarian memeluk tubuh Olivia. Menangis.
"Sy-Sya-Syahara?" Griss berdiri karena kaget. Apa ia berhalusinasi? Apa ia sudah mulai gila? Apa benar ini Syahara??
"Syahara?!!!" Pekik Olivia setelah sadar sepersekian detiknya. Ia membalas pelukan sahabatnya ini dan menangis bersama.
"Kau? Masih hidup?" Griss tetap tak percaya. Rasanya seperti menemukan air di gurun pasir. Melegakan sekaligus mendebarkan. Ini Syaharanya. Bidadarinya yang tercantik.
"Apa anak nakal itu mengatakan sesuatu?" Gio berujar pelan membuat Griss menatap tajam kearah Thif. Akhirnya mereka keluar ruangan dan mempersilahkan Olivia bersama dengan Syahara di dalam.
"Kenapa kau berkata begitu, anak nakal?!" Gio berkata keras. Thif menunduk.
"Apa kau tahu perkataan mu membuat Daddy dan tante Oliv kaget dan syok?" Griss tak habis pikir. Ia memijat kepalanya yang terasa pening.
"Aku hanya ingin tahu perasaan Deddy yang sebenarnya kepada Ibu. Aku tidak berharap semua ini akan terjadi. Aku minta maaf." Thif menunduk. Untungnya walaupun Gio tempramen, tapi sangat sayang kepada keluarga. Kalau tidak mungkin Thif sudah babak belur dibuatnya.
Griss pun tak bisa berkata banyak. Mungkin ini rencana Thif di luar ekspektasinya. Ia lupa bahwa Thif adalah anak 17 tahun. Terkadang masih binggung memutuskan suatu tindakan. Bagaimana pun juga Griss akan tetap memaafkan Thif. Yang terpenting adalah di dalam sana Syahara tampak sehat dan cantik seperti biasa.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahara (Ending)
Romans"Kalau kamu masih mencintainya, mengapa harus datang kepada ku lalu menawarkan cincin dan kebahagiaan?" - Syahara Dilema memilih cinta lama dan cinta baru