Part 1

15.2K 630 9
                                    

Tok tok tok

Ketukan pintu mengusik seorang pria yang sedang duduk menikmati kopi paginya. Ia menoleh, memilih untuk membukakan pintu sendiri.

"Siapa?" ucapnya.
"Thif Alexander."

Mendengar seorang anak laki-laki bekisar 17 tahun itu menyebut namanya, membuat tubuh pria tadi menegang. Dadanya serasa berhenti berdetak. Otaknya serasa mengeras.

"Boleh saya masuk, Pak?"

Tanpa banyak bicara, Pria berkaus hitam dengan rambut acak khas weekend tersebut mempersilahkan Thif untuk duduk di kursi tamu rumahnya.

Dia masih diam mengamati anak lelaki 17 tahun itu. Dengan perawakan tampan, sopan, dan misterius. Ada satu pertanyaan dibenak si pria. Apakah dengan adanya nama belakang mereka yang sama terdapat kabar gila dibaliknya?

"Kamu siapa?" lima belas menit berlalu, barulah si Pria buka suara.
"Saya Thif, putra dari seorang perempuan yang Bapak kenal."
"Kamu..?"

Anak 17 tahun itu tersenyum sedikit. Mengerti dengan ekspresi si pria yang sudah ia duga akan diperlihatkan. Anak itu merogoh kantong ransel hitam miliknya, menyodorkan secarik foto dirinya bersama seorang wanita.

"Saya putra Syahara."

PRANG!!

Kedua laki-laki tadi terkaget dan menoleh ke samping. Disana seorang wanita terlihat terkejut dengan ucapan Thif barusan. Membuat piring kue keringnya jatuh dari genggaman.

"Astaga! Astaga!" teriak wanita itu kemudian mendekati Thif. Menyentuh wajah anak itu sambil terkaget dan akhirnya menangis.

Sedangkan si pria dengan tangan bergetar menarik foto tadi. Pertahanannya runtuh sudah. Didepannya ini. Thif Alexander adalah putra Syahara dan dirinya. Bagaimana bisa ini terjadi? Apa yang sebenarnya terjadi? Kemana Syahara? Mengapa menyembunyikan putra mereka selama bertahun-tahun?

"Berapa umur mu sekarang?" tegas Griss sedikit bergetar bercampur kaget. Benarkan ini anaknya?

"Griss!! Ini putra mu! Lihat betapa miripnya mata hijau mu dengannya, rambut ikalnya, dan wajahnya." perempuan itu memeluk Thif. Sedangkan remaja pria itu hanya tersenyum tipis.

"17 tahun." Thif menjawab dengan tenang, tatapannya lurus tajam kearah Griss. Ia pun sedikit mengamati wanita yang memeluknya sambil menangis ini. Kemudian senyum miringnya tercipta dengan halus. Ia tak menyangka bahwa sahabat ibunya sangat lembut dan baik. Olivia memang teman terbaik ibu nya. Itu kata Syahara.

"Astaga.. Lihatlah senyummu yang mengingatkan ku pada Syahara. Dimana wanita itu? Katakan." Olivia menangis sambil menyentuh wajah Thif.

"Oliv, sebaiknya kamu istirahat. Aku ingin berbicara dengan Thif berdua saja."

"Tapi aku ingin bertemu Hara!!"
"Olivia.. Tolonglah.."
"Pastikan kau temukan Syahara ku, Griss.. Aku tak sanggub lagi menahan rasa menyesal dan sakit ini."

Pria yang bernama Griss itu mengangguk. Ia mengamati Thif dengan seksama. Setelah Olivia meninggalkan mereka menuju kamar. Griss beranjak dan memeluk Thif dengan erat. Matanya berkaca-kaca. Begitu banyak pertanyaan yang harus lelaki 17 tahun ini jawab.

"Kau kemari dengan siapa?"
"Salah satu pekerja Om Gio."
"Dimana Ibu mu?"
"Ibu belum mengizinkan ku memberikan informasi itu."

Griss tertunduk. Memang ini adalah salahnya. Kesalahannya dimasa lalu yang fatal, bertingkah bodoh dan plinplan. Merenggangkan komunikasi antara mereka. Membuat Griss terpuruk, pernikahan dengan Olivia diselimuti rasa sesal, kebencian diri sendiri, dan berakhir dengan kehampaan. Sekarang adalah kesempatan membalas semua itu.

Syahara (Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang