Hermione telah memutuskan kalau ia akan keluar dari rumah keluarganya tepat setelah wisudanya berakhir. Ia seharusnya sudah keluar dari sana sejak dulu dan memulai kehidupan lebih bebas dengan menyewa flat kecil di pinggiran New York tanpa meminta izin terlebih dahulu. Masa pubernya telah lewat bertahun lalu. Itu artinya ia telah memiliki hak penuh atas diri sendiri untuk memutuskan apapun yang ia inginkan.
Selama ini ia hidup dalam ketakutan untuk menjadi miskin jika ia keluar dari rumah itu dan melanggar peraturan keluarga. Ia terbiasa hidup dengan uang saku yang terus mengalir di rekening tabungannya. Membayangkan harus berada di luar sana, berjuang sendiri untuk menghidupi diri sendiri dan tinggal sendiri cukup membuatnya memikirkan hal-hal terburuk yang mungkin terjadi pada dirinya. Tapi itu dulu. Ketakutan itu memudar seiring berjalannya waktu. Juga seiring dengan rasa tertekan yang kian besar saat berada di rumah.
Cara hidupnya memang berjalan terlalu lambat dibanding orang lain. Dan sedikit terlalu kolot. Keluarganya seolah memiliki cara-cara statis kuno dalam menjalani kehidupan. Peraturan keluarga adalah mutlak. Kau membantah maka bersiaplah untuk keluar dari daftar ahli waris keluarga. Itulah yang ia takuti dulu. Juga kenyataan bahwa ia tak akan pernah diakui lagi sebagai salah satu keturunan Granger yang terhormat. Ia akan kehilangan orang tua, saudara, seluruh keluarga, yang betapa pun kakunya tetaplah memiliki darah yang sama dengannya.
Tapi sekali lagi, ia sudah tidak tahan.
Bahkan jika ia harus kehilangan warisannya, ia akan tetap keluar dari rumah ini. Itu lebih baik daripada harus menjalani kehidupan seperti kedua orang tuanya yang selalu saling mengacuhkan atau seperti kakak-kakaknya dengan suami-suami mereka yang tak setia. Tidak, ia lebih baik hidup sendiri dengan aturan-aturan yang ia buat sendiri. Ia akan membebaskan diri dan memulai kehidupan yang lebih baik dari yang ia jalani selama ini.
Hermione memikirkan semua itu seraya memasukkan beberapa potong pakaiannya ke dalam tas bepergiannya. Sedikit, hanya sedikit pakaian yang benar-benar ia perlukan dan yang ia beli dengan uang hasil beberapa perlombaan Sains yang ia menangkan dulu. Ia yakin orang tuanya akan menarik semua kartu kredit, mobil, bahkan pakaian yang dibeli dari uang saku bulanan yang mengalir ke rekeningnya. Ya, mereka bisa sekejam itu. Dan mereka tak akan pernah memedulikannya lagi sejak saat ia melangkah keluar dari rumah ini. Hermione meringis memikirkan hal itu.
Setelah selesai mengepak, ia menaruh tas bepergian itu di sebelah meja riasnya yang besar, dimana tempat tas itu biasanya berada. Tak akan ada yang mengetahui bahwa tas itu tidak kosong seperti biasa kecuali seseorang mengangkatnya. Untungnya Hermione sudah meminta para pengurus rumah tangga berhenti membersihkan kamarnya setelah ia lulus dari kelas dua belas, yang artinya tidak ada yang akan masuk ke kamar ini kecuali dirinya sendiri, atau Lizzie, salah seorang kakaknya jika beliau sedang berkunjung ke rumah ini. Dan Lizzie hampir tak pernah datang berkunjung setelah menikah.
Ketika ia keluar dari kamar, ia dikejutkan dengan keberadaan ibunya di koridor lantai dua, sedang berjalan tepat ke arahnya. Rumah mereka sangat besar dengan model kastil kuno minus menara tinggi di antaranya. Ada dua belas kamar tidur di rumah itu selain kamar para pelayan. Ada lebih banyak lagi ruangan yang tak semuanya pernah Hermione masuki.
Ia sejak dulu merasa bahwa rumah ini terlalu besar untuk keluarga mereka yang hanya berjumlah enam orang. Mereka memang memiliki banyak sekali sanak saudara dari kedua garis keturunan orang tuanya. Namun tak ada yang benar-benar dekat dengan mereka. Kunjungan hanya dilakukan setahun sekali pada saat thanksgiving. Kunjungan yang membuat Hermione selalu hampir mati kebosanan.
"Mum, What a surprise," sapa Hermione begitu Sang Ibu telah berdiri di hadapannya. Perkataannya tak mendapat tanggapan yang berarti kecuali sebuah lirikan datar yang angkuh. Ibunya adalah wanita cantik yang memiliki penampilan persis seperti bangsawan kuno yang santun dan berkelas. Tubuhnya masih ramping dan indah bahkan di usianya yang sudah tak muda lagi. Hal itu dapat dimengerti, mengingat sang ibu tak menyusui satu pun anaknya karena takut dengan efek yang mungkin ditimbulkan karena melakukan hal yang dianggapnya tak berkelas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated for The Heirs (END)
RomanceDramione Fanfiction Cerdas, cantik, konservatif. Hermione Granger tak pernah membayangkan bahwa jalan hidupnya yang serba teratur dan diatur berubah drastis sejak Draco Malfoy mulai mengusiknya. Pria itu terlalu tampan, terlalu nakal, terlalu seksi...