Jika ada perayaan hari menyebalkan sedunia mungkin Hermione akan merekomendasikan hari ini sebagai hari tersebut. Selama ini ia telah menjalani hari-hari paling membosankan dibanding sebagian besar orang di luar sana dan tak pernah membayangkan sebelumnya bahwa akhirnya tiba hari dimana ia merindukan hari membosankan itu.
Ia telah berada di salah satu ruang istirahat di rumah keluarganya dan mendengarkan segala hal yang dikatakan oleh kedua orang tuanya yang tiba-tiba saja terlihat begitu harmonis dan bersemangat. Kenyataan bahwa ada orang lain di ruangan ini selain mereka bertiga membuat semuanya terasa semakin buruk dan menekan Hermione lebih dari sebelumnya.
Ia semakin mengutuk peradaban kuno keluarganya dan cara berpikir mereka yang tak berubah secara turun-temurun mengenai kewajiban seorang anak yang harus menerima pria yang telah dipilihkan oleh orang tuanya. Menjadi satu dari sedikit kaum etnis minoritas di salah satu negara paling maju sedunia sama sekali tak membuatnya bersyukur.
"Jadi Nathan." suara ibunya kembali terdengar. Hermione menahan diri untuk tak berteriak seperti wanita gila dan membanting semua perabot mewah di ruangan ini. "Dimana kalian akan tinggal setelah menikah? Aku mendengar dari ibumu bahwa kau sudah memiliki rencana besar untuk kalian berdua."
Mata Hermione mengerling sadis pada Nathan yang sedang tersenyum santun menipu setiap orang yang melihat. Tentu saja, kecuali Hermione. Pria itu sepertinya menganggap enteng semua hal menyangkut perjodohan mereka berdua. Terus terang sikap itu juga yang selalu ingin Hermione tunjukkan tapi gagal sepenuhnya. Ia nyaris tak bisa menahan emosinya.
"Mum, hal ini terlalu cepat untuk dibahas sekarang," sahut Hermione tanpa ekspresi berarti, berbeda dengan apa yang bergemuruh di dalam dadanya. Ia tak pernah menyetujui sebuah pejodohan, tak akan pernah. Apalagi perjodohan yang ada di keluarganya lebih menyerupai sebuah kawin paksa tanpa menanyakan kesediaan pasangan yang akan dijodohkan seperti yang biasanya dilakukan oleh orang-orang di Amerika Latin.
"Semua hal tak pernah terlalu cepat untuk merencanakan hal-hal sebelum melaksanakannya," bantah ayahnya tegas. Kedua orang tuanya duduk di satu sofa panjang di masing-masing sudut yang berlainan dan menyisakan banyak sekali ruang dan jarak di antara mereka.
Seperti itulah yang akan terjadi pada ia dan Nathan jika mereka menikah. Mereka akan saling menjauhkan diri sebisa mungkin dan berusaha untuk tak saling membunuh. Setidaknya itu yang ada dalam benak Hermione. Lagipula Hermione menginginkan pernikahan yang indah dan berbeda dari seluruh keluarganya. Ia tak mau menjalani apapun yang sama dengan yang dilakukan keluarganya. Tidak, terima kasih.
"Aku bahkan belum wisuda, dad," kata Hermione mencoba memohon. "Bisakah aku bekerja setidaknya selama dua tahun sebelum menikah?" Ia tahu bahwa semua omongannya dianggap seperti lelucon tak lucu yang sangat mudah diabaikan. Tapi ia setidaknya harus menunjukkan kekeraskepalaan seperti biasa agar orang tuanya tak curiga dan mulai bertanya-tanya kenapa anak mereka yang paling pembangkang tiba-tiba menjadi sejinak anak anjing.
"Kau bisa bekerja setelah menikah." Ibunya yang menjawab. "Tentu saja jika Nathan mengijinkannya."
Hermione melirik Nathan yang tampak geli dan menutupinya dengan sebuah deheman halus. Pria itu bergerak sedikit dalam duduknya, menggeser bokongnya hingga bersandar di bagian dekat lengan sofa dengan nyaman. Hermione melihat bagaimana halusnya gerakan Nathan dan betapa tampannya pria itu saat sedang tersenyum. Tubuhnya yang ramping dibalut dengan setelan jas mahal berwarna kelabu yang terkancing sempurna. Pria itu hampir sesempurna Draco Malfoy. Hampir, jika saja ia memiliki tubuh yang lebih tinggi beberapa sentimeter.
"Kami akan membahasnya, bukan begitu Mione?" ucapan Nathan mendapat anggukan antusias dari Hermione.
Mereka berdua meninggalkan ruang istirahat setelah sebelumnya berpamitan dengan sopan pada orang tua Hermione yang tersenyum penuh persetujuan. Hermione mendengus saat mereka telah berdua dan melangkah di lorong rumahnya yang seolah tak memiliki ujung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated for The Heirs (END)
RomansaDramione Fanfiction Cerdas, cantik, konservatif. Hermione Granger tak pernah membayangkan bahwa jalan hidupnya yang serba teratur dan diatur berubah drastis sejak Draco Malfoy mulai mengusiknya. Pria itu terlalu tampan, terlalu nakal, terlalu seksi...