Percikan cahaya matahari menelusup di antara jendela-jendela kaca besar yang ditutupi gorden berwarna abu-abu tua. Kakinya terasa mati rasa dan separuh tubuhnya terasa berat seperti tertindih. Ia dapat merasakan Draco yang bernapas teratur di lekukan lehernya dan satu kaki pria itu menimpa kakinya. Hermione tersenyum. Ia tak pernah menyangka bahwa ia akan mencapai ke titik di mana ia terbangun di ranjang seorang pria tanpa mengenakan sehelai benang pun dan tetap merasa bahagia. Perasaan nyaman ini membuatnya malas untuk bergerak. Kalau boleh memilih, ia menginginkan berada di posisi sekarang ini sepanjang hari.
Sayangnya jam di nakas sudah menunjukkan angka sembilan, yang berarti ia harus bergerak secepat mungkin untuk bangun dan bersiap pulang ke flatnya karena Jessie sudah berjanji akan mengunjunginya pagi ini setelah pulang dari Queens. Hermione bergerak sehalus mungkin agar Draco tak terbangun. Ia turun dari ranjang dan mengumpulkan pakaiannya yang berceceran di lantai akibat kegiatan mereka tadi malam.
"Kau tak mungkin berniat melarikan diri setelah semuanya kan, Hermione?" Hermione tersentak dan melotot, lalu menggerutu seraya mengenakan pakaiannya yang sudah tak berbentuk lagi. Akhirnya ia menyerah mengenakan kemejanya dan cukup puas dengan hanya mengenakan jeans dan tanktop hitam ketatnya.
Draco melihatnya dengan satu alis terangkat, masih setengah berbaring di ranjang dan bertelanjang dada. Entah kapan di malam hari pria itu telah mengenakan boxer-nya kembali dan sangat disyukuri oleh Hermione. Ia rasa mereka benar-benar tak akan bergerak dari ranjang jika ia mendapati Draco telanjang di pagi hari dengan percikan sinar matahari yang membuat tubuhnya seolah bersinar. Hermione bahkan nyaris tak bisa melepas pandangan dari dada pria itu.
"Aku harus pulang sekarang," kata Hermione sambil melirik jam sekali lagi. "Jessie akan berkunjung pukul sebelas nanti dan dia pasti akan sangat khawatir saat tak mendapatiku di rumah."
Draco melompat dari atas ranjang dan berjalan mendekatinya. Mereka baru bangun tidur dan belum menyikat gigi, tapi Hermione membiarkan Draco menciumnya. Ia rasa ia benar-benar sudah gila. Ia tergila-gila pada Draco.
"Aku harus memberitahumu sesuatu," bisik Draco lalu mengecup hidungnya. Tangan pria itu berada di pinggangnya. "Aku lupa menggunakan pengaman semalam." Anehnya pria itu terlihat tak terlalu mempermasalahkan hal itu.
Hermione tersenyum. "I'm on birth control," katanya tenang.
"What a surprise," ujarnya lalu menyeringai jahil. "Seorang perawan yang telah mempersiapkan segalanya.
Hermione mengerutkan hidungnya. "Aku bukan perawan."
"Yes, you were," sahut Draco kalem. "Kau masih perawan sebelum aku membuatmu berteriak tadi malam."
Wajah Hermione memerah. "Berhenti memuji dirimu sendiri," sungutnya.
Draco terkekeh dan kembali mengecup hidungnya. "Aku akan mengantarmu pulang. Tapi sebelumnya." Pria itu mendorongnya pelan menuju kamar mandi. "Kau harus mandi dulu. Aku sudah memesan pakaian untuk kau pakai pulang."
Hermione berbalik saat sudah di depan pintu kamar mandi. "Kau memesan pakaian?"
Draco mengangguk dan menyeringai. "Sekaligus dengan pakaian dalammu." Ia mengangkat tangannya saat Hermione terlihat akan membantah. "Tak perlu bertanya darimana aku tahu ukuranmu oke. Ketika aku sudah tahu setiap jengkal tubuhmu."
Wajah Hermione memerah lagi saat mendengarnya. "Kapan kau memesannya?"
"Tadi malam," sahut pria itu enteng. "Pakaianmu akan sampai sebentar lagi. Jadi sekarang mandi dan buat segar tubuhmu sendiri." Pintu kamar mandi ditutup oleh Draco dari luar dan Hermione tersenyum seraya mengangkat bahu dan melakukan apa yang Draco sarankan. Tubuhnya memang butuh penyegaran lebih pagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated for The Heirs (END)
RomanceDramione Fanfiction Cerdas, cantik, konservatif. Hermione Granger tak pernah membayangkan bahwa jalan hidupnya yang serba teratur dan diatur berubah drastis sejak Draco Malfoy mulai mengusiknya. Pria itu terlalu tampan, terlalu nakal, terlalu seksi...