"Ah! Lepaskan aku!" timpaku sambil mendorong mundur pemuda tersebut sebelum ia menyelesaikan ucapannya.
"Shian-er, siapa itu? Namaku bukan Shian sialan. Bukankah tidak sopan, jika orang yang baru pertama kali bertemu langsung memelukku seperti orang mesum" kataku dengan kasar dan langsung beranjak pergi meninggalkan tempat itu.
Pandangan pemuda itu terus tertuju ke arah perginya wanita itu. Walaupun wajahnya ditutupi oleh cadar, namun suara dan tatapan mata yang sangat indah tersebut, tidak pernah terlupakan olehnya sedikitpun. Suara sentikan jari dari pemuda tersebut pun terdengar yang dibarengi dengan datangnya seorang pengawal yang langsung berlutut didepannya. "Cari tahu kemana wanita itu pergi, ikuti dia dan segera laporkan kepadaku."
Tak berselang lama, terdengar suara balasan dari pengawal tersebut "Ya, Yang Mulia" Seketika pengawal tersebut langsung pergi meninggalkan pemuda tersebut yang ternyata merupakan Kaisar di Kerajaan ini.
...
Dalam perjalanannya kembali menuju istana setelah selesai melakukan inspeksi di Ibu Kota, Kaisar Li selalu memikirkan wanita yang ditemuinya tadi. Ia merasa bahwa orang yang ditemuinya tadi merupakan Yu Shian, sang permaisuri yang telah tiada. Namun hal itu terasa sangat tidak masuk di akal, mengingat bahwa dia sendirilah yang telah mengkremasi mayat istrinya. "Apakah ini karena aku belum bisa melupakan Shian-er?"
Seketika pemikiran tersebut hilang bersamaan dengan suara dari kasim Hong yang mengatakan bahwa mereka telah tiba di istana. Ketika sang Kaisar turun dari tandunya, segerombolan dayang langsung berbaris dan menyambutnya dengan penuh hormat. Di depan gerbang istana, tampak seorang anak kecil yang memakai pakaian berlambangkan naga perak. Tidak lain dan tidak bukan, ia adalah Putra Mahkota Li.
Tanpa berpikir panjang Putra Mahkota tersebut berlari menghampiri sang Kaisar yang baru saja tiba, diikuti dengan para dayang yang berada dibelakangnya. "Ayah, kenapa ayah pergi lama sekali? Apakah ayah tidak merindukan Hon" kata putra mahkota dengan ekspresi yang sangat menggemaskan.
"Tidak, putraku Ayah sangat merindukanmu disepanjang perjalanan" ucap Kaisar sambil menggendong Putra Mahkota.
"Apakah kau mau ikut Ayah berkeliling Ibu Kota pada inspeksi selanjutnya?" Sambil tersenyum putra Mahkota menjawab "Ya, Ayah, aku mau ikut". Kemudian mereka melanjutkan perjalanan mereka ke dalam istana.
Sudah bukan rahasia lagi, bahwa Kaisar Li Yun sangat menyangi Putra Mahkota, dibandingkan anaknya yang lain. Terlebih lagi, Putra Mahkota merupakan harta terakhir yang ditinggalkan oleh Permaisuri Yu yang sangat dicintainya.
...
"Ah! Apakah kau sudah membereskannya?" Kata Yu Shan sambil mengganti pakaian wanita yang dikenakannya.
"Maafkan, aku Tuan, tapi dia berhasil kabur" kata Tang Qi.
"Ya, sudahlah. Yang penting dia tidak mengetahui markas kita" kata Yu Shan.
Sebagai seorang preman, Yu Shan memiliki insting yang cukup untuk merasakan bahwa ada seseorang yang diam-diam mengikutinya, ketika ia dalam perjalanan kembali ke markas. Namun, ia tetap tenang dan berhasil memberikan kode rahasia ke Tang Qi bahwa ada seorang penyusup dan menyuruhnya untuk segera menghabisinya.
Bersama dengan Tang Qi, setelah Yu Shan tiba di markas, mereka segera menyusun rencana pencurian berikutnya berdasarkan informasi yang Yu Shan peroleh dari Distrik Merah. Keesokan harinya, mereka segera membagikan selembaran ke masyarakat yang berisi informasi bahwa mereka akan melakukan pencurian di rumah salah satu Menteri korup dari partai barat.
Berita tersebut pun sampai ke telinga Kaisar Li bersamaan dengan permohonan maaf dari sang pengawal yang gagal melaksanakan perintah sang Kaisar untuk mengikuti wanita tersebut. Dengan satu gerakan tangan, Kaisar Li menyuruh pengawal tersebut untuk pergi meninggalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfamiliar Empress
Historische fictieSinopsis: Apa yang kau rasakan jika istri yang kau cintai telah tiada? namun karena ketidaksengajaan kau bertemu dengannya lagi dengan sifat yang sangat bertolak belakang. Terlebih lagi, anak yang sangat kau sayangi menginginkan ibunya kembali. Inil...