PROLOG

113 19 6
                                    

Sebuah bola api berkilat, membesar dan meledak tepat setelah dijatuhkan dari atas atap bundar markas pusat.

Wakil Kepala Markas Pusat UNS- Yang Wang, tewas. Sekertaris Utama Markas Pusat- Mickey Lai, juga resmi dinyatakan tewas. Tim forensik semua hangus terbakar hidup-hidup menjadi abu, tim pasukan udara hancur setengahnya, dan tim elit khusus pelacak lokasi semuanya menderita luka bakar di sekujur tubuh- yang membuat mereka jauh lebih menderita dibanding tewas seketika di tempat.

Lokasi markas bocor, dan hanya dalam kurun waktu kurang dari dua minggu, tragedi menimpa.

"Kuulangi,1-2-3, harap Pasukan X-700 kembali! Kuulangi, X-700 kembali!"

Sinar merah terus berkedip dari sumber suara.

"Diulangi, X-700, X-658, Z-22 kembali ke markas pusat sekarang juga!"

Dan dalam waktu sepersekian detik, sebuah suara memekakkan terdengar, bahkan ketika Michael belum sempat menjawab.

Dengan keringat dingin yang bercucuran di seluruh punggung Michael dan rekan-rekannya. Hanya lima menit mereka meninggalkan markas- namun lima menit menduduki pesawat siluman, mereka telah melesat melewati ratusan ribu kilometer.

Lima menit kemudian setelah mereka memutar arah kembali, sekujur tubuh Michael tak henti-hentinya bergetar. Mimpi buruk telah jadi kenyataan.

Markas hancur.

*

"Cukup, Michael. Kita pergi sekarang."

Michael bergeming, menatapi lorong markas yang kini kosong melompong dengan tatapan kosong.

"MICHAEL, TINGGALKAN SEKARANG JUGA!"

Lili berteriak, tak lagi mampu mengontrol emosinya. Kedua tangannya samar-samar bergetar, ingin rasanya ia menampar suaminya.

Michael tersadar, akhirnya membalikkan tubuh menghadap istrinya, dan menatapinya penuh rana, "Aku hanya..."

"Apa?Kau tak rela?" Potong Lili tak sabaran, bulir air mata mulai mengaliri pipinya, "Dasar kau bodoh, kau pikir hanya dirimu yang tak rela? Hanya dirimu yang berduka?"

Melihat bulir air mata bening di wajah istrinya, Michael bagai disetrum aliran listrik: "Maaf...aku tak pantas menjadi ketua tempat ini."

Tak mampu merangkai suatu kalimat pun, akhirnya ia hanya merangkul istrinya ke dalam pelukan, membiarkan air mata membasahi kemeja kuceknya. Matanya sendiri perlahan memanas dan mulai basah, merana dalam keheningan.

Dirinya tak pantas menjadi ketua markas. Tak seharusnya mereka memilihnya.

"Kalian berdua harus keluar sekarang juga."

Sebuah suara muncul dari ujung lorong, menatapi keduanya dengan dingin.

"Maaf Branden, kami meminta waktu lebih untuk menge-..."

"Maaf, tapi waktu benar-benar telah habis. Tempat ini wajib dikosongkan."

Kata-katanya final, tak ada pengampunan. Pada akhirnya, Bernard menatapi dengan mata kepalanya sendiri bagaimana sepasang suami-istri ini melangkah keluar dari gedung dengan berat hati.

Tak ada segel pengaman karena tak akan ada orang awam yang pernah datang ke tempat ini. Dan untuk ke depannya, selamanya, tempat ini takkan pernah lagi didatangi orang manapun, seolah markas tak pernah ada di muka bumi.

"Dengan ini, UNS resmi ditutup."

Rescued [Edisi Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang