Part 9 PIPA BAWAH GURUN

17 6 6
                                    


Sebuah pipa yang menyedot seluruh air kurasan dari oase dan akan dibuang sia-sia ke Laut Merah?

Mendengar betapa deras suara air mengalir tanpa henti di depan sana, aku bergidik.

Suara gertakan gigi Andrew terdengar dari sebelah, ia tengah menahan diri untuk mulai ngomel. Biasanya di rumah, anak ini yang paling cerewet mengenai penggunaan air, tisu, atau plastik- semacam obsesi untuknya, terutama setelah ia menjadi Seksi Kepenghijauan di sekolah.

"Cek darimana air ini masuk ke dalam sini." Perintah Paman San.

Kami semua berjalan mengikuti alur sungai ini mencapai titik dimana air keluar dari sebuah pipa raksasa. Sebuah lubang hitam besar yang menganga dan mampu menelan kami berenam sekaligus.

Aku mengikuti Andrew mendekati mulut pipa. Namun baik siapapun dari kami tak ada yang berani mendekat dalam jarak satu meter, seolah takut mulut hitam itu mampu mengisap kami ke dalamnya.

Namun kemudian Andrew berjalan lebih jauh, mendekati badan pipa raksasa dan mulai berjalan pelan sambil mengelus besi dingin yang menggetarkan itu.

"Akh!"

Samar-samar, aku mendengar suaranya yang meringis diantara ributnya deras air.

"Kenapa?" Aku mendekat, mendekati pipa monster itu dengan enggan.

"Tak kenapa-kenapa."

Namun dalam cahaya senter Marthin beberapa meter di belakang sana bersama yang lainnya sekalipun, aku bisa melihat suatu cairan mengalir diantara jarinya, menjatuhkan beberapa tetes di tanah.

"Bisa bantu aku, ambil plester di saku kiri." Katanya pada akhirnya.

Kurogoh plesternya sesuai perintah, lalu membungkus jari telunjuknya.

"Nah, sudah."

"Apa yang kau sentuh memangnya?" tanyaku.

Andrew merogoh ponsel dalam saku dan mengarahkan layar ponselnya ke arah pipa. Cahaya menampakkan selembar lempengan tajam hampir terkelupas dari pipa.

Pipa ini berupa besi yang dilapisi semacam lempengan tipis diluarnya.Di atas lempengan terkelupas yang baru saja menggores tangan Andrew, terdapat cetakan gambar. Gambar tersebut tampak tidak jelas saat ini, namun dari gambaran pola sekilas, seolah aku pernah melihatnya di suatu tempat. Makin kuperhatikan, anehnya aku makin tertarik dengan gambar di lempengan ini.

Lempengan ini tipis sekali, dan hampir lepas. Apa mungkin bisa kalau kutarik? Aku mengulurkan tangan dan mengerahkan sedikit tenaga, dan benda itu terlepas.

"Pipa ini sebuah mesin!" kata Andrew.

Ia sudah memanjat tangga tersembunyi di sepanjang lingkar luar pipa, dan sekarang kera ini sudah berada di puncak anak tangga.

"Disini ada banyak tombol."

"Hati-hati, Andrew." Paman Marthin memperingatkan, berjalan ke arah sambil mendongak penuh cemas. Jelas sekali kalau ia tidak menyangka Andrew bisa berada di bundaran atas pipa tiba-tiba. Begitu juga dengan yang lainnya, kini semua mendongak cemas sambil bersiaga- kalau pijakan di atas pipa sana licin, misalnya.

"Disini ada tombol off! Kita bisa menyetop air ini!" Lagi-lagi Andrew mengumumkan dengan penuh bangga.

"Tunggu sebentar!"

Marthin telah memanjati tangga yang dipanjati Andrew sebelumnya, penuh berhati-hati sekaligus terburu-buru.

"Kau tetap diam di tempat, aku segera sampai," Marthin memerintahkan.

Rescued [Edisi Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang