Sekali lagi, Hana tidak pernah bohong mengatakan bahwa dirinya dikelilingi oleh manusia yang tidak biasa, pengecualian bagi kedua orang tuanya. Hm, tapi Hana juga tidak sangat amat dekat dengan ayah bunda dan justru kadang lebih dekat dengan saudara dan juga sahabatnya.
Contohnya saja sekarang. Pukul 8 malam di kediaman keluarga Nareswara, lebih tepatnya di ruang khusus milik Kevin yang berisi berbagai macam robot rancangannya dan benda benda yang seharusnya terasa agak asing untuk remaja berumur 17 tahun. Tak lupa dengan Nareswara bersaudara di dalamnya.
"Jalan jalan lagi yuk??" ucap Kevin sambil menatap kedua adiknya yang menatap ragu benda pipih semacam remote yang di pegang sang kakak, secara keduanya pernah mencoba benda aneh tersebut.
"Kemana??? Mesinnya jalan kan?? Terjamin keamanannya kan??" cerocos Hana, kentara sekali wajahnya menunjukkan rasa takut.
"Kan sebelumnya kita udah pernah coba. Paling aku cuma minta kita jalan jalan sebulan sekali sambil ngetes masih bagus atau nggak. Sebelumnya juga aku pernah bilang kan, kalau pun ini rusak pasti gak akan nyasar kemana mana. Suer deh." Kevin menunjukkan jari telunjuk dan tengahnya yang membentuk tanda peace.
"Fine. Emang mau nyoba kemana sekarang??" kata Hana akhirnya. Kalau Jibran jangan di tanya, dia mah gak ada takut takutnya.
"Kali ini kita coba buat ketemu Beethoven atau Mozart. Gimana??" kata Kevin sambil tersenyum, ralat, nyengir, dan menaik turunkan alisnya.
"KAKAK UDAH GILA YA??!?!??!!"
"Nggak gila Hana adikku sayang. Mungkin belom sih, semoga aja enggak."
Iya, Hana dan Jibran punya kakak yang luar biasa cerdasnya, sampai sampai bisa mengajak Hana dan Jibran pergi ke masa hidupnya Beethoven hidup. Gak percaya?? Gak apa apa, Kevin juga gak riya kok anaknya. Kevin mah anak baik dan soleh, walau kadang dia agak banyak bicara dan banyak tingkah saja sih.
Jangan heran mengapa Hana begitu kaget. Dia itu kan pianis, dan selain itu mereka juga belum pernah mencoba pergi ke masa lampau sejauh itu.
Apa orang tua mereka tahu soal ini?? Mereka tahu, namun tidak semuanya. Yang mereka tahu, Kevin hanya sangat amat cerdas. Di umur 2 tahun saja dia sudah menghafal seluruh tabel perkalian dan juga sudah bisa membaca dan menulis dengan benar. Diumur 5 tahun, Kevin bahkan sudah merangkai robot robot buatannya sendiri dan menyelesaikan rubik hanya dengan waktu 4 detik.
Mereka juga seperti orang tua pada umumnya, penasaran mengapa anaknya yang satu ini sering meminta di belikan benda benda aneh, namun mereka memilih diam saja. Hingga suatu hari mereka mendapati kalau anak mereka sangat pintar hingga bisa membuat robot robot hebat rangkaiannya sendiri mereka juga tetap diam dan tidak mengumbar umbar kelebihan anak mereka.
Yang mereka tidak tahu, anak mereka sudah pernah berpetualang ke masa lalu dan pergi ke negeri yang jauh hanya dengan mesin mesin buatannya.
"Bang, kita bisa ke jamannya Chopin aja gak?? Aku pengen di ajarin Etude op. 10 no. 4 langsung dari sumbernya biar sempurna."
"Wah, boleh boleh."
-
Sejak pagi pagi buta, Nareswara bersaudara sudah sibuk mempersiapkan banyak hal untuk study tour mereka hari ini sampai seminggu kedepan. Tak hanya para Nareswara bersaudara, orang tua mereka juga sama sibuknya karena hendak pergi ke salah satu anak perusahaan mereka di Austria. Jadilah pagi buta hari itu, bukan hanya para asisten rumah tangga keluarga Nareswara yang sudah sibuk, para anggota keluarganya juga.
Jangan ditanya betapa bahagianya Hana ketika akan study tour selama satu minggu di Bandung, yang artinya dia tidak akan menghadiri 4 kelas piano yang seharusnya ia datangi di hari hari biasa. Kelas madamè Clementine, madamè Zenith, Sir Nicholas dan madamè Elizabeth.
Walau hanya madamè Elizabeth yang galaknya sejenis singa kelaparan, madamè Zenith juga sering menyulitkan dirinya dengan memberikan piece yang sangat sulit kepadanya karena merasa Hana sudah sanggup mempelajarinya. Untungnya, kelas Sir Nicholas dan madamè Clementine tidak se-mimpi buruk itu.
Dan Hana juga senang, bisa lepas dari pengawasan tante Sunnie yang merupakan Personal Assistantnya--sekedar informasi, para PA tidak di perbolehkan ikut oleh pihak sekolah. Karena, Hana selama 16 tahun kehidupannya, ketika pergi kemanapun itu selalu di ikuti dari jauh oleh tante Sunnie.
"Dadah tante Sunnie~~ Aku mau ke bandung dulu~~" goda Hana sebelum menaiki mobil dan pergi ke sekolah.
Melihatnya, Sunnie hanya geleng geleng kepala.
-
"Hariiiiisss!!! Gue duduk di sebelah lo, titik!!" seru Hana begitu menemukan Haris yang sedang asyik bicara dengan Jevan. Dengan malas Haris memutar bola matanya lalu berkata, "Mulai lagi penyakit merah jambu Hana."
Yup, tepat sekali. Sudah banyak orang tahu kalau Hana itu suka sama Haris. Dan itu sungguhan. Haris sendiri terbingung bingung ketika Hana bilang kalau dia sebenarnya punya rasa terhadap sahabatnya itu di depan dirinya, Jevan, Jibran, Kevin, Vicky dan Arza-teman dekat Kevin yang juga lumayan dekat dengan Hana dan kawan kawan. Haris saja saking kagetnya sampai terjungkal ke belakang kursi.
Lalu ketika dia bangkit, dengan kening yang mengkerut Haris berkata, "Gak lucu bercanda lo, Han. Kita sahabatan loh!!"
Dan dengan percaya diri Hana langsung saja bilang, "Gue sedang tidak bercanda, Haris Aditya Novawira. Soal rasa itu gak boleh main main. Oiya, masa bodo soal friendzone-an, i dont care lah." Dan pernyataan Hana sukses bikin mata mereka membulat.
"Gila, lo gak inget gue pernah bilang apa sama lo??" tanya Haris begitu duduk di kursi bis yang tentu saja Hana duduk di bangku sebelahnya. Gadis itu mengangguk tanpa ragu.
"'Inget ya, gue gak akan pernah suka sama lo. Lo itu bukan tipe gue banget'. Tuh, inget banget malah. Tapi gapapa kok, kan gue bukan tipe yang gampang menyerah." ujar Hana tampak tenang. Walau sebenarnya hati Hana tidak setenang cara bicaranya.
Bis mulai berangkat, kebanyakan anak anak heboh entah itu bernyanyi atau melakukan sesuatu. Tapi tidak dengan Hana. Dia masih setia duduk di kursinya memikirkan kejadian dua malam yang lalu sambil mendengarkan piece musik yang sekarang ia sedang pelajari. Disampingnya, Haris juga nampak tidak punya niatan untuk ikut mengguncang bis mereka.
Lama kelamaan, kantuk mulai menyerang dan Hana malah ketiduran. Haris tersadar kalau gadis di sampingnya sudah terlelap bahkan dengan posisi yang tidak tepat dan dapat menyebabkan sakit leher dan kepala. Tentu saja hal itu menggerakkan Haris untuk memperbaiki posisi tidur Hana, yang langsung tanpa di suruh memberikan pundaknya sebagai senderan bagi kepala gadis itu. Tolong ingatkan Haris kalau dia benci saat Hana sedang dalam mode bucin dengannya seperti tadi.
Tapi, Haris menyadari, kalau di taksir Hana itu tidak buruk juga. Terlebih, Hana itu punya sifat manis yang terasa berbeda dari sifat manis gadis lainnya. Tapi dengan segera, dia langsung menghilangkan pemikirannya yang menurut dirinya sangat tidak mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
outta my head | jihan weeekly
FanfictionJihana itu punya arti 'seseorang yang tak henti hentinya berupaya meraih apa yang diinginkan dalam hidup', makanya Hana gak pernah berhenti mengejar Haris. Tapi, ada yang selalu berharap Haris keluar dari kepala Hana. 04line /16 Agustus 2020 \16 Sep...