✨-11

21 5 1
                                    

"Makanya gue bingung banget, siapa yang main piano malem malem begitu?? Kurang kerjaan banget laah." tutur Hana kepada Vicky dan Biru. Semenjak di satukan dalam satu kamar, ketiganya jadi lebih dekat sekarang.

Mereka sedang asik ngerumpi di ruang ganti baju perempuan yang sudah sepi dan mulai saling berbagi cerita. Kelas mereka di gabung saat pelajaran olahraga tadi. Jeda menuju pelajaran berikutnya sangat panjang, jadi mereka bisa bersantai dan mengobrol dulu sekarang.

"Gue gak tau juga sih, tapi bisa aja itu bukan manusia kan?? Jadi kalau emang itu bukan manusia, buat apa di khawatirin??" ucap Biru yang awalnya di respon anggukan oleh Vicky dan Hana.

"Ih, tapi gue juga denger suara orang turun dari tangga dan orang ngomong!!! Gimana dong???" kata Hana lagi. Biru menghela napasnya.

"Emang sepenting itu kah, siapa seseorang yang main piano ini buat lo??" tanya Biru yang langsung membuat Hana berpikir.

"Kurasa cukup penting. Kemarin kemarin, gue nemuin partitur yang kelihatannya punya gue, judulnya Liebestraum atau Love Dream. Gue gak merasa pernah mainin atau belajar lagu itu, tapi gue hafal banget dari awal sampai akhirnya. Dan setelah mainin lagu itu, gue baru inget kalau ini lagu yang sama dengan yang gue dengar selama dua malam di study tour kemarin. Yang jadi pertanyaan, siapa yang mainin lagu itu pas study tour?? Soalnya setau gue, cuma gue satu satunya pianis yang ada di vila kita. Yang lainnya cuma sekedar bisa memainkannya saja." Jelas Hana kepada Biru dan Vicky.

"Tapi, kenapa lo penasaran banget sama siapa orangnya??" tanya Vicky sebelum siapapun sempat bicara.

"Tunggu tunggu, tadi kan lo bilang yakin kalau yang mainin lagunya itu manusia karena ada suara turun dari tangga dan juga orang bicara. Nah, dia ngomong apa?? Coba kasih tau. Kenapa gua yakin banget kalau lo penasaran banget soal siapa orang itu karena apa yang orang itu ucapkan?? Bener gak??"

"Bisa dibilang, 100 buat lo. Mungkin gue sangat penasaran karena hal itu juga. Gue gak mengada ngada, tapi gue juga susah percaya sama apa yang dia bilang." kata Hana jujur dari dasar hatinya.

"Dia bilang apa??"

"Seharusnya gue gak jadi pengecut dan membiarkan lo terus lupa sama gue, Hana. Hubungan kita seharusnya tidak sesederhana itu. Aneh banget kan??? Emangnya apa yang gue lupain?? Memangnya gue sama dia punya hubungan apa coba???"

Victoria mulai berpikir setelah mendengar perkataan sahabatnya.

"Liebestraum, atau Love Dream. Yaaah, kurasa, itu artinya ada hal hal yang lo lupakan dan belum lo ingat sampai sekarang. Dan ada seseorang yang dekat sama lo terus berharap hubungan yang lebih daripada yang kalian jalani sekarang. Kalau misalkan kalian berteman, bisa jadi dia ingin berteman lebih dekat atau bahkan sesuatu yang lebih lagi dari itu. Iya, kan??"

"Pinter banget anjir temen gue."

--

"God, baru inget hari ini ada kelas sama madamè Zenith

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"God, baru inget hari ini ada kelas sama madamè Zenith. Siap siap dapet piece yang bikin gila lagi." ujar Hana mengingat bahwa sekarang hari Rabu yang tandanya ia harus menghadiri kelas privat oleh salah satu guru pianonya itu.

"Torent udah khatam??" tanya Vicky kepada Hana soal salah satu piece yang pernah di berikan oleh madamè Zenith. Hana mengangguk lesu.

"Itu artinya piece sulit yang baru lagi untuk hari ini. Aku bakal sungkem sama ayah bunda kalau firasatku benar piece yang kali ini madamè Zenith kasih La Campanella."

"Kedengarannya Torent lebih susah gak sih?? Soalnya kan La Campanella gak secepat itu. Bener gak??" tanya Vicky yang sekarang sedang membuka galeri musik handphone Hana dan mendengarkan La Campanella dari sana.

"Banyak yang ngira kalau piece yang sulit itu kalau lagunya harus di mainkan dengan cepat, tapi sebenarnya nggak begitu. Torent boleh jadi cepat, tapi La Campanella kelihatannya lebih rumit. Aku gak tau juga sih, belum belajar La Campanella." jelas Hana.

"Gue gak ngerti piano, gue diem." kata Haris yang sama sekali tidak mengerti soal piano.

"Ini bu Jennie sering banget gak masuk deh. Emang enak sih gak ada kelas, tapi apa gak boleh di bubarin aja sekarang?? Nanggung banget sekarang udah jam pelajaran terakhir begini." kata Jevan yang kelihatannya kepingin cepat pulang, atau lebih tepatnya selesai sekolah.

"Nggak boleh, gue udah di pesenin sama bu Jennie biar tetep selesaikan kelas tepat waktu, gak boleh di cepetin. Sabar aja lah, 20 menit lagi kok." ujar Jibran sambil menatap jam di pergelangan tangannya.

Setelah akhirnya kelas selesai, timbul lah masalah.

"Mr. Jhonny kok belom dateng juga sih?? Kan aku ada kelas sekarang." kata Hana melihat sopir dia dan Jibran belum juga datang menjemput. Saat ini Jibran, Hana dan Haris sedang berada di aula tempat penjemputan anak anak sekolah mereka yang sekarang sudah mulai sepi. Vicky dan Jevan sudah terlebih dahulu pulang tadi. Sementara Haris memang sudah tau kalau dia akan di jemput sedikit terlambat hari ini karena dia di jemput oleh sang mama,bukan dengan sopirnya.

Sayang sekali nampaknya hari ini Jibran dan Hana harus pulang agak terlambat. Om Saka dan tante Sunnie yang merupakan PA mereka tidak ikut pergi ke sekolah karena salah satunya sedang sakit dan yang satunya lagi sedang ambil cuti.

"Kata Mr. Jhonny, dia kejebak macem di depan rumah sakit dekat rumah kita. Ada kecelakaan truk disana." jelas Jibran setelah membaca pesan yang Mr. Jhonny kirimkan padanya.

"Oh, shit. Madamè Zenith bisa galak juga tau!!" umpat Hana kesal, yang langsung Jibran hadiahkan tatapan mengintimidasi.

"Halah, begaya pake ngumpat segala. Ketauan bunda mampus kamu." cibir Jibran.

"Yeu, aku bisa ngumpat juga kali, gak cuma kalian kalian." Hana menjulurkan lidahnya kepada Jibran.

"Loh, Jibran sama Hana belum pulang??" tanya mami Haris yang baru sampai disana. Hana tersenyum kecil dan berkata, "Hehehe, belom di jemput tan. macet banget deket rumah. PA kita juga gak ikut ke sekolah hari ini." kata Hana sambil cengengesan.

"Bareng sama Haris aja mau gak?? tante soalnya mau ke arah sana nih." tawar mami Haris, yang membuat Haris membulatkan matanya. Mimpi buruk di depan mata, batinnya.

"Boleh boleh aja sih tan, tapi cuma Jibran yang pulang ke rumah. soalnya hari ini aku ada kelas piano." Jelas Hana sambil menyunggingkan senyum pepsodent nya.

"Gausah deh tan, ngerepotin nanti." lanjut Jibran. Hana sih mau mau saja, apalagi bareng Haris. Tapi Hana segan juga.......

"Gapapa, ayo sama tante aja!! daripada lama nungguin pak Jhonny kan?? kalau Hana telat masuk kelasnya gimana?? Ayo!!" ajak mami Haris atau yang kerap di sapa tante Sana.

"Hana aja yang ikut deh tan, gak enak pak Jhonny udah jalan. Gapapa kok aku nunggu disini. Lagian aku juga mau ngambil buku lagi di perpustakaan sekolah." Kata Jibran. Dan pada akhirnya, Hana ikut juga sama tante Sana. Tapi Hana gak berani nempel nempel sama Haris, soalnya tante Sana kan gak tau kalau Hana suka sama Haris. Jangan cari Kevin, dia lagi terserang flu berat di rumah.

Tapi, buat Hana, ada di dekat Haris itu udah cukup menyenangkan hatinya. Terdengar klise, tapi Hana itu bahagia kalau Haris bahagia. Hana merasa tenang kalau Haris baik baik saja.

Sayang sekali Haris tidak merasakan hal yang sama.

outta my head | jihan weeeklyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang