✨-2

24 4 0
                                    

"Han, Hana. Bangun woy, udah sampe nih." Haris menepuk nepuk pipi Hana pelan untuk membangunkannya. Perlahan, gadis Nareswara itu terbangun dari tidurnya. Keduanya merupakan yang terakhir turun dari bus karena membangunkan Hana memakan waktu lumayan lama.

"Cepetan, jangan lama lama. Nanti kita ketinggalan pembagian kelompok sama vila." kata Haris yang berjalan di depan Hana. "Sebentar dong, kan gue baru bangun."





"Lo berdua pacaran dulu ya?? Lama banget buset. Pembagian kelompok sama vilanya udah selesai. Hana sekelompok sama Victoria kok, lo sekelompok sama gue Jibran dan lain lain. Ke vila 8." kata Jevan menjelaskan, tak lupa ia juga menunjukkan dimana vilanya--Vicky dan Jibran nampaknya sudah pergi lebih dahulu.

"Haris anterin gue dulu ke vila!!" seru Hana meminta ketika melihat Haris dan Jevan berjalan bersama seperti akan meninggalkan dirinya dan juga barang bawaannya.

"Gausah pake dianter kali, vila kita sama." Jevan menunjukkan wajah wajarnya sambil menunjuk vila nomer 8 yang menjadi vila mereka selama berada disana.

Mendengarnya, Hana tersenyum bahagia, sedangkan Haris memberikan tatapan tidak senang. Yah, akhirnya mereka tetap pergi bersama juga.

Vilanya bagus, sebanding dengan uang yang harus di keluarkan untuk berada di sana. Pembagian tempatnya tentu saja perlu diatur, karena satu vila berisikan dua kelompok campur laki laki dan perempuan, juga seorang anggota OSIS senior yang menjadi pengawas mereka.

Di setiap kelompok ada 7 orang, dan ada 5 kamar disana yang semuanya berada di lantai bawah. Siapapun boleh memilih mau tidur di kamar yang mana, karena tentu saja mereka sudah bukan anak kecil yang berebutan tempat tidur sehingga harus di atur.




"Vicky, di kamar yang ini yuk??" ajak Hana melihat pintu kamar ketiga di sana, Vicky yang sepemikiran tentu tidak akan menolak. Dan rupanya, kamar tersebut sudah punya satu penghuni.

"Hai!! Selamat datang teman sekamarku selama di sini!! Kenalan dulu dong kita. Nama gue Biru Maharani, dari kelas 9-Lazuardi dan kelompok 16." kata gadis itu sambil tersenyum dan menyerahkan tangannya untuk bersalaman.

Hana membalas senyum dan jabat tangannya lalu berkata,"Gue Jihana Nareswara, dari kelas 9-Sahmura dan kelompok 17."

"Sebenernya kalian gak perlu memperkenalkan diri. Siapa yang gak kenal Hana Nareswara si pianis paling top di sekolah?? Dan siapa yang tidak mengenal Victoria Cendana yang parasnya bak dewi Aphrodite?? You guys are very famous!" kata Biru antusias.

"Dan lo pasti Biru yang itu kan?? Si Madamè Blue itu?? Siapa yang gak kenal lo?? Madamè Blue si mak comblang-nya sekolah kita!!" seru Vicky sama antusiasnya.

Singkatnya, mereka bertiga itu sama sama terkenal di sekolah. Biru si mak comblang legendaris sekolah, Vicky yang punya paras bagai boneka dan Hana yang merupakan pianis kebanggaan sekolah.

Kalau di ceritakan secara singkat, Biru adalah mak comblang tersukses dan satu satunya di sekolah mereka, semua gadis pergi kepadanya untuk meminta bantuan, dan sebagian selalu berhasil---tidak berhasil tentu saja bagi gadis gadis yang meminta di jodohkan dengan Haris, Jibran atau Jevan. Dan, ehem, tentu tidak bisa di bilang sedikit anak laki laki yang meminta Biru untuk di comblangkan juga.

Mulut Hana membentuk huruf O, matanya membulat dan alis ya terangkat karena sedikit terkejut. "Gue baru tau kalau Madamè Blue yang di maksud itu ternyata seangkatan gue. Tapi, senang bisa berbagi kamar denganmu."

"Ya pada dasarnya gue juga terkenal karena jadi mak comblang sekolah sih, hehehe. Jadi langsung aja ya, kalian mau tidur di kasur yang mana?? Gue udah pilih yang di deket meja ya." kata Biru yang sejak tadi seperti tidak ada niatan untuk melepas senyuman di wajahnya. Pada akhirnya, Vicky memilih kasur tengah dan Hana memilih kasur yang paling dekat dengan balkon-walau tidak bisa di bilang dekat juga sih.

Waktu makan siang pun tiba, seluruh penghuni vila berkumpul di ruang makan dan menyantap makanan yang di sediakan sekolah. Seperti biasa, Hana pasti akan duduk di sebelah Haris, Vicky akan duduk di sebelah Jibran dengan Jevan diantara keempatnya. Memang sudah biasa, tapi Jevan tidak akan tidak mengatakan sederet kata legendarisnya yaitu,

"Sialan, gue jadi nyamuk lagi."

Selesai makan, ada waktu istirahat selama 1 jam sebelum agenda pertama di laksanakan. Niatnya, Hana, Victoria dan Biru mau cerita cerita-read; ngegosip, karena Biru juga merupakan lambe turah sekolah-Hana juga penasaran sama hasil comblangan Biru yang berhasil semua. Kedengarannya memang sangat tidak bermutu pembicaraan mereka, namun apalah daya hal itu sudah jadi kebiasaan yang tak bisa di lepas.

Pintu di tutup, AC di nyalakan dan ketiganya berkumpul di satu kasur.

"Mulai darimana ya, enaknya?? Hmm, dari awal banget aja kali ya. Waktu kelas 7, gue pernah jadi perantara surat buat kakak sepupu gue, terus di tolak dong sama cowoknya. Alhasil buat ngehibur dia, jadilah gue coba pasangin dia sama cowok diangkatannya. Setelah itu, ada yang minta di comblangan juga, dan malah makin banyak. Total hasil comblangan gue yang berhasil udah 15 pasang alias 30 orang. Dan belom ada yang putus sampe sekarang. Tapi jelas jelas kalau ada yang minta di comblangan dengan Haris, Jibran, Jevan dan kalian berdua bakal gue tolak, gak mungkin soalnya. Nah, gara gara banyak yang minta di comblangin, itu bikin akhirnya gue jadi di panggil madame Blue alias Biru." jelas Biru yang membuat Vicky dan Hana bertukar pandang. 15 pasang itu bisa dibilang bukan jumlah yang sedikit.

"Lo gak pake jampi jampi atau sihir kan??" tanya Vicky curiga. Mata kecoklatan Biru melotot, "Enak aja main nuduh begitu, ini tuh murni ya!! Gak level banget gue pake jampi jampi. Guenya aja yang mungkin emang berbakat turunan." bantah Biru keras.

"Eh, tunggu tunggu. Berbakat turunan?? Orang tuamu ada yang mantan mak atau pak comblang??" tanya Hana yang mendengar beberapa kata terakhir yang Biru ucapkan.

"Hehehe, rahasia deehh. Nanti kalian bocorin atau malah gak percaya kalau gue kasih tau. Karena ini agak privasi keluarga gue juga sih. Sorryyy..." Hana dan Vicky hanya menghela napas mendengarnya.

"Yaaa, mana ada yang bakal percaya sama gue sih, kalau gue bilang gue cucunya Aphrodite si dewi cinta."

Hana tersedak air liurnya sendiri dan membuatkan matanya. Memang benar ya, Hana itu selalu di keliling oleh manusia yang tidak biasa. Dan Hana berucap cukup kencang setelahnya, "Yang bener aja lo cucunya Aphrodite?? Berarti orang tua lo demigod dong??" tanya Hana.

"Wait, what??? Lo tau darimana gue cucunya Aphrodite?? Lo cenayang ya??"

"Hah? Gimana gimana??"





outta my head | jihan weeeklyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang