✨-10

13 5 0
                                    

"Kita pakai saja tiram punya Vicky!! Gimana??" usul Hana kepada yang lainnya. Semua orang bertukar tatap tak percaya.

"Tadinya gue gak percaya lo itu adeknya bang Kevin yang pinternya luar biasa, tapi karena otak lo udah di pake dengan benar, gue percaya deh." kata Haris sambil bertepuk tangan pelan.

"Good idea, bahkan gak ada yang kepikiran sama sekali dari tadi. Kalau gitu gue balik ke rumah dulu sekarang dan ambil tiramnya." kata Vicky bersiap pergi dari sana.

Begitu dia keluar dari ruangan itu, Kevin dengan tampang kebingungan bertanya, "Tiram apaan?? Dia mau makan??"

Hana, Jevan dan Haris kompak menepuk kening mereka.

"Vicky itu demigod, anaknya Aphrodite. Dia punya tiram yang bisa ngembaliin semua yang pemegangnya lupa atau tinggalkan, sebagai tanda bahwa dia anak Aphrodite. Tapi, mutiara dari tiram Vicky warnanya gelap, gak putih atau cerah kayak demigod Aphrodite yang lainnya. Itu karena Vicky lahir tanpa kekuatan apapun, gak kayak para saudaranya. Begituuuuu." Jelas Hana kepada Kevin yang tidak tahu apa apa.

"Lah, kalau begitu tante Sally itu Aphrodite, gitu???" tanya Kevin lagi, yang membuat ketiganya menghela napas. Walau pintar, kalau soal beginian Kevin itu agak lambat pahamnya.

"Nggak abangku sayaaaanggg. Tante Sally itu ibu angkatnya Vickyyyyyyy." Kesal sendiri, sekarang Hana sudah di depan Kevin dan mulai mencubit kedua pipi kakaknya. Tenang aja, pelan kok. Sementara itu, Kevin hanya ber-ooh ria.

"Diantara kita semua tuh gak ada yang normal bang. Jibran bisa ngomong sama tumbuhan, abang pinternya kelewatan, Jevan cenayang, udah gitu Vicky anaknya Aphrodite. Gue beneran di kelilingi sama orang orang yang gak biasa." kata Hana sambil berkacak pinggang menatap Kevin, Jevan dan Haris.

"Nah, elo sendiri gimana? Katanya semua." tanya Jevan balik kepada Hana. "Oiya ya, cuma aku sama Haris yang normal deh."

"Lo juga gak normal, soalnya tergila gila sama gue."

"Idih!! Tega banget lo ngomong begitu. Gue tuh cuma suka sama lo, bukannya gak normal. Rasa suka kan normal kalau udah seumur kita!" sekarang Hana sudah berbalik melotot dan berkacak pinggang ke arah Haris. Protes dia, di bilang gak normal cuma karena suka sama Haris.

"Lah??? Siapa yang ngomong begitu woy???!? Gue diem loh dari tadi." elak Haris yang merasa tidak mengatakan apa apa.

"Terus, tadi suara siapa???"

"Hayoloh adekk...... Kamu pasti denger suara hantuuuu..... Jevan, coba liat siapa tau di ruangan ini ada setannya, kali aja tadi yang ngomong dia." goda Kevin.

"Ish!! Jangan ngomongin setan dong!!" seru Hana dan Haris bersamaan. Kentara sekali mereka takut.

"Hmm, enak banget ya nyuruh nyuruh guenya." Perhatian perhatian, sekarang ini yang berbicara bukan Jevan, melainkan epan, alias sisi julidnya Jevan.

"Woah, ya jelas enak dong. Pada dasarnya punya babu itu selalu enak, bisa disuruh suruh."

"Kalau bukan abangnya Hana, udah gue tampol lu bang." kata Jevan yang matanya sudah menyipit dan mendelik kearah Kevin.

















"Han,"

"Hah?? Kenapa??"

"Tadi lo baca pikiran sama isi hati gue ya????"

"Ah, masa sih??? Gak mungkin lah."

--

"Siapa yang terakhir bersentuhan dengan Jibran??? Bang Kevin atau Hana???" tanya Vicky, ditangannya sudah tersedia tiram dengan mutiaranya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Siapa yang terakhir bersentuhan dengan Jibran??? Bang Kevin atau Hana???" tanya Vicky, ditangannya sudah tersedia tiram dengan mutiaranya. Not surpisingly, semua mata tertuju pada tiram dan mutiara itu. Walaupun berwarna gelap, ia memiliki daya tarik dan pendar indah yang mampu menyihir seluruh mata agar tertuju padanya.

"Kayaknya sih gue, soalnya tadi gue sempet nabok Jibran sebelum pisah..." Jawab Hana yang matanya masih terpaku pada indahnya tiram dan mutiara itu.

"Kalau begitu biar Hana yang pegang, tapi gue gak jamin kalau Jibran kembali sendirian ya. Karena dia bisa aja balik dengan setumpuk barang yang pernah lo tinggalkan, atau bahkan manusia lain. Makanya lo harus niat yang kuat, fokus dan cuma mikirin Jibran. Ngerti kan??" perintah Vicky sembari mengoper tiram yang ia pegang ke tangan Hana. Dengan sedikit rasa gugup, Hana mengangguk dan mengambil alih tiram tersebut.

"Gue merem atau gimana ini???" tanya Hana yang sudah memegang benda tersebut tanpa tahu cara menggunakannya.

"Eh, oiya belum di kasih tau cara pakainya. Seumur hidup, gue cuma pernah pakai ini dua kali, dan cara pakainya cuma lo pegang tiramnya tapi jangan kenceng kenceng, terus lemparin satu mutiara sampai mental mental. Bersamaan dengan berhenti bergeraknya mutiara yang di lempar, Jibran harusnya udah balik lagi. "

Gak ada satupun yang bicara. Semua kompak diam, dan hanya memperhatikan. Kevin juga menghentikan pekerjaannya dulu dan memperhatikan adiknya yang sekarang sedang melemparkan satu buah mutiaranya.

Benar benar tidak ada yang berbicara, sampai mutiara yang melambung tinggi itu mendarat di lantai yang dingin dan berhenti. Dan dalam kedipan mata mereka yang bersamaan, Jibran sudah ada di depan mereka. Dengan keadaan badan telentang di lantai seolah sedang tidur. Dengan beberapa barang di sekitarnya berupa kalung kalung yang merupakan hak milik Hana yang telah lama hilang, sepatu, beberapa dress, bandana, masker, dan juga setumpuk partitur lagu.

"Gue tau kalian pasti bakal bawa gue balik dengan tiram punya Vicky." kalimat pertama yang di ucapkan oleh Jibran disaat semua mematung memandanginya.

--

"Liebestraum??? Aku baru tau ada piece Liszt yang namanya begini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Liebestraum??? Aku baru tau ada piece Liszt yang namanya begini." ucap Hana melihat partitur lagu yang datang bersama dengan Jibran.

"Masa kamu nggak tau??? Ini cukup terkenal, nggak, terkenal banget malah. Seingatku kamu juga pernah mainin lagu ini di pelajaran musik sekolah, pas kelas 4 SD." kata Jibran tak percaya. Dia ingat jelas Hana pernah memainkannya dahulu.

"Kayaknya ini emang punya lo deh, liat aja di halaman paling belakang ada nama elo. Hana Nareswara. Ada tulisan yang kehapus juga sih, J doang sisanya." kata Haris sambil meneliti kembali halaman paling belakang partitur.

"Tapi, aku nggak ngerasa pernah belajar atau mainin lagu ini. Namanya aja aku gak kenal."

"Coba kamu mainin aja dek, siapa tau inget lagi." usul Kevin dan Hana tentu saja mencoba melakukan saran sang kakak.

Hana segera pergi ke pianonya dan duduk untuk memulai permainan pianonya. Di belakangnya ada Vicky, Haruto dan Jevan yang ikut karena penasaran.

Dan gadis itu sangat kaget setelahnya. Hana bahkan sangat hafal lagu ini, dan memainkannya dengan sempurna. Hanya saja dia tidak ingat, kapankah dia mempelajari lagu ini.

Hana juga tidak lupa, kalau lagu ini serupa dengan yang ia dengar selama dua malam di saat study tour di bandung yang lalu.

















yang penasaran, xixixi

outta my head | jihan weeeklyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang