Taehyung meringkuk kedinginan dengan seragam basahnya di lantai
sana. Tubuhnya penuh memar disebabkan oleh Ayahnya yang terus memukulinya dengan sabuk. Tidak puas dengan itu, Ayahnya mengurung dirinya di dalam kamar mandi.Tubuh Taehyung terlalu sakit untuk sekedar digerakkan, maka dia hanya bisa memandang pintu kamar mandi, berharap seseorang datang dan menolongnya. Namun sudah hampir dua jam lebih dia menunggu, tetap tidak ada satupun orang yang datang ke sana.
Taehyung hanya pasrah, dia memeluk perutnya yang terasa sakit. Dia memejamkan matanya, membuat sebutir cairan jatuh dari pelupuk matanya. "Kamu kuat, Taehyungie.." lirihnya begitu pelan. Lambat laun, mata itu mulai terpejam sempurna. Taehyung tidak sadarkan diri.
.
Taehyung perlahan membuka matanya, saat ia mengerjabkan kelopak matanya pelan, berusaha menyesuaikan cahaya yang menembus masuk ke dalam kornea matanya. Rasa sakit di tubuhnya juga menjadi penyambut kesadarannya.
Dia memicingkan matanya setelah netranya menangkap ruangan yang dia tempati sekarang. Tunggu, bukankah ini adalah kamarnya?
Ia mencoba mengingat saat terakhir tidak sadarkan diri. Bayangan ketika dia di kurung di dalam kamar mandi setelah mendapatkan hukuman dari Ayahnya terputar jelas di otaknya. Bukankah itu berarti seharusnya dia masih di dalam kamar mandi? Lalu kenapa sekarang dia bisa berada di dalam kamar? Apakah ada seseorang yang memindahkannya ke sini? Tapi siapa?
Kedua manik Taehyung menangkap piring berisi makanan di atas nakas samping tempat tidurnya. Dia lalu beranjak dari tempat tidurnya, mendekati nakas meja.
Taehyung meraih kertas kecil yang berada di samping makanan itu, kemudian membacanya.
Makan, agar kau tidak sakit.
Itulah isi tulisan di kertas itu. Taehyung semakin mengernyit, siapa yang memberikan makanan ini?
Terlalu pusing untuk memikirkan itu semua, Taehyung memilih untuk memakan makanan itu. Siapapun yang telah memindahkan dirinya ke dalam kamar dan memberikan makanan itu padanya, dia sangat berterimakasih. Jujur dia sangat senang, itu berarti di antara mereka ada yang masih menyayanginya.
Di sisi lain, seseorang tengah mengintip pergerakan Taehyung dari bilik pintu. Dia tersenyum melihat Taehyung yang memakan makanan darinya dengan lahap. Tidak ingin ketahuan, dia segera pergi meninggalkan ruangan itu.
Selesai membersihkan diri dan menggunakan seragam sekolah dengan rapi, ia meninggalkan kamarnya, tak lupa ia menggendong tas sekolahnya.
Langkah kaki itu terhenti ketika kedua maniknya menatap keluarganya yang tengah duduk di meja makan sana dengan tawa yang sangat membuatnya iri. Dari kecil dia belum pernah makan bersama keluarga. Bolehkah dia ikut bergabung? Dia juga ingin merasakan makan bersama keluarga di iringi candaan seperti yang sekarang mereka lakukan.
"Khm," deheman sang Ayah membuat Taehyung tersadar dari lamunannya.
"S-selamat pagi Ayah, Ibu, Hyungdeul." sapa Taehyung tersenyum lebar. Kebiasaan Taehyung adalah menyapa dan berpamitan dengan keluarganya sebelum berangkat sekolah.
"Pagi," balas sang ibu datar. Sedangkan yang lainnya hanya merotasikan bola matanya, enggan untuk sekedar menjawab.
"Ayah, Ibu, Jimin, Yoongi hyung, Hoseok hyung, aku pamit berangkat sekolah." ucap Taehyung berpamitan kepada seluruh keluarganya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Am I Wrong?
FanfictionAku bahkan tidak mengerti, mengapa mereka memperlakukanku seperti ini. Mereka seperti membenciku.