Glass scratches

1.4K 181 26
                                        

Taehyung perlahan membuka matanya, mengerjabkan kelopak matanya pelan.

"Taehyung, kau sudah sadar?" Seokjin yang sadari tadi menemani Taehyung, akhirnya tersenyum menyadari kesadaran Taehyung.

Taehyung sedikit menolehkan kepalanya untuk sekedar menatap Seok-jin. "Seokjin hyung.." ucap Taehyung sedikit serak.

Seokjin membantu Taehyung mengubah posisi menjadi duduk. "Terimakasih," Seokjin mengangguk sebagai jawaban.

"Ini dimana, Hyung?" tanya Taehyung, kedua matanya menelisik ruangan itu.

"UKS, tadi sore aku menemukanmu pingsan di lantai dua." jawab Seok-jin dengan jujur.

Taehyung mencoba mengingat kejadian tadi sore saat dia di pukuli Yoongi karena di tuduh mendorong Yoongi. Anak itu membulatkan matanya seketika.

"Hyung, bagaimana dengan Jimin?" tanya Taehyung khawatir.

"Kau tenang saja, Jimin sudah di bawa ke rumah sakit."

Helaan napas keluar dari hidung Taehyung, anak itu merasa lega mendengar jawaban dari Seok-jin.

"Tae, boleh aku bertanya?"

Taehyung mengangguk. "Tentu,"

"Seorang siswa mengatakan padaku bahwa Jimin jatuh karena kau yang mendorongnya, apa itu benar?"

"Apa Hyung percaya, jika aku yang melakukan itu?" tanya Taehyung mendapat gelengan dari Seok-jin.

Taehyung menghela napas sejenak. "Saat itu Jimin berusaha mendorongku, tapi aku menghindar dan mengakibatkan Jimin jatuh dari tangga." jelas Taehyung. Seok-jin menepuk bahu Taehyung, pelan.

"Tidak apa, ini bukan kesalahanmu." ucap Seokjin menenangkan Taehyung. "Ayo lebih baik kita pulang," ajak Seok-jin antusias.

"Pulang? Memangnya ini pukul berapa?"

"Pukul tujuh malam," Taehyung melotot kaget. "Aish, kenapa Hyung tidak membangunkan ku dari tadi? Kau membuatku tidak masuk kelas."

Seok-jin menjitak kepala Taehyung, geram. "Seharusnya kau berterimakasih karena aku rela membolos untuk menemanimu di sini."

"Kekeke," Taehyung hanya terkekeh.

"Ini tasmu, ayo pulang, aku akan mengantarmu sampai rumah, supirku sudah menunggu di depan gerbang sekolah." ajak Seok-jin melemparkan tas Taehyung ke pemiliknya.

Taehyung menggeleng. "Tidak usah, Hyung. Aku bisa pulang sendiri naik bus," tolak Taehyung.

"Kenapa selalu menolak sih? Lagi pula aku hanya ingin mengantarmu saja, tidak sampai numpang makan di rumahmu, tenang saja."

"Candaanmu, Hyung," Taehyung terkekeh. "Tapi serius, aku pulang dengan Bus saja." sambung Taehyung.

"Oh, ayolah, untuk kali ini saja kau tidak menolak. Aku juga ingin melihat rumahmu, kita sudah lama berteman tapi aku sama sekali belum tahu alamat rumahmu." mohon Seok-jin.

Taehyung tampak berpikir sejenak, kemudian mengangguk. "Baiklah," setujunya Taehyung membuat Seokjin tersenyum lebar.

.

Seokjin menatap malas ke arah Taehyung. Dia sangat kesal dengan sahabatnya. Bagaimana tidak kesal? Tadi, saat di sekolah bukankah Taehyung menyetujui jika dirinya akan mengantar anak itu sampai rumahnya. Namun, lihatlah saat ini, Taehyung justru tidak menunjukkan jalan ke rumahnya melainkan ke toko bunga. Menjengkelkan, bukan?.


"Hei, ada apa dengan wajahmu, Hyung? Apakah kau sedang menahan pup?" canda Taehyung dengan kekehannya.

"Aku ingin mengantarmu ke rumahmu, tapi kenapa kau malah menunjukkan alamat toko bunga?" Seok-jin mendengus kesal.

Am I Wrong?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang