Not needed?

1.4K 166 27
                                        

Sore ini, lebih tepatnya sepulang sekolah. Taehyung datang ke rumah sakit, dimana di sana ada seseorang yang ingin ia jenguk, yaitu Jimin. Sudah dua hari Jimin dirawat dan selama itu juga Taehyung belum sempat menjenguk Kakaknya. Ah bukan belum sempat, lebih tepatnya dia tidak tahu di rumah sakit mana Jimin dirawat.

Saat dia ingin ikut menjenguk Jimin bersama keluarganya, mereka menolak, tidak membolehkan dirinya untuk ikut. Bahkan saat Taehyung menanyakan alamat rumah sakit yang ditempati Jimin pun mereka tidak mau memberitahu. Kadang Taehyung merasa sedih, karena merasa eksistensinya tidak dianggap oleh keluarganya. Ia, Taehyung tahu jika dirinya memang menyedihkan. Sangat menyedihkan.

Karena keluarganya melarang dirinya untuk sekedar menjenguk Kakaknya yang sedang sakit, terpaksa dia mencari tahu alamat rumah sakit ini dan pergi secara diam-diam. Dia berharap, semoga Ayah, Ibu dan kedua Kakaknya tidak melihat keberadaannya, karena jika mereka melihat dirinya di rumah sakit ini, dipastikan Ayahnya akan kembali menghukum fisiknya.

Di sinilah dia sekarang, di depan pintu salah satu ruangan pasien. Nomor 223, dimana itu adalah nomor kamar yang katanya adalah kamar atas nama pasien Kim Jimin. Pintunya yang dilengkapi persegi panjang yang tidak terlalu lebar,  memudahkan siapapun untuk sekedar mengecek apakah yang dijenguk orang yang dimaksud atau bukan.

Taehyung bisa melihat seseorang yang berada di dalam ruangan itu, dimana di sana ada Jimin dan kedua orangtuanya. Taehyung tidak langsung masuk, karena di sana masih ada kedua orangtuanya. Taehyung memilih menunggu sampai kedua orangtuanya pergi. Saat ini, mereka bertiga tengah mengobrol, ntah Taehyung tidak bisa mendengar pembicaraan mereka karena jarak yang cukup jauh.

Taehyung tiba-tiba menunduk, merasa iri setelah melihat adegan mereka. Dimana kedua orangtuanya mengecup singkat kening Jimin, mengelus rambut Jimin, serta memberikan senyuman hangat. Boleh Taehyung mendapatkan perlakuan seperti itu dari orangtuanya?

Kedua maniknya membulat saat menyadari kedua orangtuanya berjalan ke arahnya, hendak keluar. Dia mencari tempat yang aman, agar kedua orangtuanya tidak melihat keberadaannya.

Taehyung menghela napas lega, saat kedua orangtuanya berlalu tanpa menyadari keberadaannya. Kesempatan itulah yang diambil Taehyung.

Pintu terbuka saat Taehyung membukanya, ia masuk ke dalam ruangan itu. Hal itu membuat atensi Jimin teralih padanya. Jimin tentu saja terkejut ketika mendapati eksistensi Taehyung yang berjalan mendekatinya.

"Kau?!" Jimin menatap tajam Taehyung. Ntah mengapa, setiap berada di dekat adiknya, amarahnya selalu hadir menyelimuti dirinya. Benci sekali melihat keberadaan Taehyung.

Taehyung tersenyum lembut, netra sayunya menatap Jimin. "Aku membawakan ini untukmu," Taehyung memberikan sebuket bunga   ke arah Jimin.

Jimin menerimanya dengan kasar, lalu membanting bunga itu di depan Taehyung, membuat sang empu tersentak. "Aku tidak membutuhkannya!" marah Jimin.

Taehyung hanya terdiam, terlalu kaku untuk sekedar mengucapkan sepatah kata. Keheningan berjalan selama empat menit, tidak ada yang memulai pembicaraan baik dari Jimin maupun Taehyung.

Taehyung lalu memungut bunga itu, menatap sendu bunga yang baru saja di buang Jimin. "Untuk apa kau kemari, huh?" tanya Jimin datar.

"A-aku ingin menjengukmu,"

"Aku tidak membutuhkan jengukan darimu." tajam dan menusuk. ucapan yang baru saja Jimin katakan itu mampu menusuk hatinya.

Bahkan Jimin pun terang-terangan mengucapkan kalimat 'Tidak membutuhkan' kepada dirinya. Haruskah Taehyung menyerah, Sekarang? Harapan untuk mendapatkan kasih sayang dari keluarganya sangat tipis, bahkan mungkin tidak akan tergapai.

Am I Wrong?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang