Aku mondar-mandir di pinggir jalan , menunggu taksi atau gojek yang lewat sambil sesekali melihat jam di pergelangan tanganku. 30 menit lagi aku bakalan telat. Mau pesan gojek online bakalan lama. Aku menendang-nendang ban mobilku. Sial, kenapa ban nya bisa kempes sih? Mau nelpon Kalandra. Gak akan keburu pasti bakal tetap telat. Telpon Alya aja deh. Mungkin dia masih on the way.
Baru mau mendial nomor Alya, tidak jauh dari tempat ku berdiri, aku melihat seorang nenek yang berjalan menggunakan tongkat ingin menyebrangi jalan. Aku memilih menghampiri nenek tersebut.
"Ayo nek saya bantu" Kataku sambil merangkul nenek yang diangguki oleh beliau.
Aku membantu nenek menyebrangi jalan yang sedikit ramai di senin pagi. Dan sialnya, tidak ada taksi ataupun ojek kosong yang lewat. Yasudahlah. Telat sesekali gak papa.
"Oh iya nek, ini untuk nenek" Kataku sambil menyerahkan tiga lembar uang seratus ribu kepada nenek begitu kami sampai di sebrang jalan.
"Tidak usah nak. Kamu udah bantu nenek nyebrang aja . Itu sudah cukup . Terima kasih ya".
Aku mengambil tangan nenek dan meletakkan uang tersebut di telapak tangannya.
"Nenek ambil aja ya. Nanti pulangnya nenek naik taksi. Itu lebih aman dan nyaman untuk nenek daripada jalan kaki seperti ini."
"Terima kasih banyak ya, nak" jawab nenek dan memilih menerima uang dariku.
Aku tersenyum kearahnya. Kemudian berpamitan pada nenek dan kembali menyebrang jalan.
Orang bengkel langganan ku kemana sih? Padahal begitu ban mobilku kempes aku langsung memilih menelpon bengkel terlebih dahulu.
Aku menghela nafas kemudian bersandar di badan mobil. Menatap kendaraan yang berlalu-lalang. Berharap ada seseorang yang ku kenal lewat. Aku menepuk jidat, hampir lupa menghubungi Alya . Aku kembali mengambil ponsel di saku celana untuk menghubungi Alya.
"Tet...Tet...Tet"
Fokusku teralihkan dari ponsel karena bunyi klakson. Sebuah mobil sport putih yang terlihat familiar berhenti dihadapanku.
"Zara? Ngapain kamu berdiri disitu?" Tanya si pengemudi begitu kaca mobilnya terbuka sempurna. Daebak! Kavin ternyata.
"Ban mobil saya kempes pak" Jawabku
Kavin melihat jam tangan yang melingkar dipergelangan tangan kirinya "Ayo masuk. Kita bareng saja."
Duh gimana nih? Masuk gak ya? Kalo gak masuk telat dong? Mau masuk rasanya canggung aja gitu berduaan di mobil bareng Kavin. Tapi bukannya tadi aku berharap ada seseorang yang memberi tumpangan kan?
Masa disia-siain sih?
Kavin menjentikkan jarinya "Kamu mau latihan jadi patung pancoran dipinggir jalan?" Cibir Kavin.
Aku mendelik kearahnya. lalu masuk ke mobil Kavin. Daripada telat, Mending bareng Kavin aja. Opsi terbaik saat ini.
"Kamu udah telpon orang bengkel?" Tanya Kavin saat aku sudah memasang sabuk pengaman.
"Udah Pak" Jawabku singkat
"Terus kenapa orangnya belum datang?"
Aku mengangkat kedua bahuku. Lalu memilih memandang kearah jendela.
"Tumben diem" Kata Kavin setelah beberapa menit hening di mobil.
Aku menoleh kearahnya yang fokus menyetir. "Tumben banyak nanya"
Sebenarnya aku lagi malas meladeni siapapun. Mood ku sudah rusak sejak tadi. Senin pagi seharusnya diawali dengan senyum secerah matahari.
"Kamu kenapa sih? Aneh banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
Principle Of Love (END)
RandomPrinsip Zara Amira Prabuwijaya soal Percintaan: 1. Tidak mau dijodohkan. 2. Tidak boleh jatuh cinta atau menikah dengan pria yang sekantor dengannya. 3. Menjauhi pria bermantan. 4. Menikah diusia 25 tahun keatas.