"Jadi tadi pagi dia cuma nganterin lo?"
Kalandra akhirnya membuka suara setelah mendengar sesi curhatan ku malam ini tentang Kavin. Aku mengangguk sebagai jawaban.
Sebenarnya aku ingin cerita soal ini ke Alya tapi karena dia belum tahu apa yang terjadi antara aku dan Kavin. Aku memilih menceritakan kepada Kalandra.
Toh, Kalandra memang sudah seperti Human diary ku dari dulu.
"Menurut lo Kavin demen gak sih sama gue?"
"Kayaknya lo deh yang demen sama dia."
Aku yang tadinya sibuk memandangi kolam ikan di dekat gazebo rumahku langsung menoleh kearah Kalandra.
"Ngaco lo"
Kalandra menatapku datar "Yaa, semenjak lo kenal Kavin, Pembahasan lo selalu tentang dia deh pas kita lagi bareng gini, apalagi kalo bukan suka".
"Lo sendiri yang bilang gue utang cerita ke lo. Ya wajar dong gue bahas dia."
"Lagian ya Kal, wajar dong gue mikir dia suka sama gue. Pertama dia gak nolak mau dijodohin. Terus tadi pagi, dia khusus nganterin gue ke kantor padahal dia ada meeting di luar" sambungku lagi.
Kalandra menghela nafas " Gue juga gak bakal nolak kalo dijodohin sama lo."
Aku mengibaskan tanganku sambil terkekeh "Yes I Know, semua cowok pasti ngantri untuk bisa naklukin cewek kaya gue kan?"
Kalandra mengacak-ngacak rambutku. "Tingkat kepedean lo gak pernah berkurang dari dulu sampe sekarang."
"Menurut gue Ra, wajar tadi pagi dia nganterin lo ke Kantor walaupun dia ada meeting di luar. Lo itu butuh tumpangan. Manusiawi kali. Kalo dia langsung lewatin lo dan gak nawarin tumpangan. Berarti dia gak punya hati dong."
Aku mengangguk-anggukan kepalaku. Apa yang dikatakan Kalandra memang ada benarnya. Yang dilakukan oleh Kavin, Manusiawi. Kenapa aku seperti mengharapkan sesuatu yang lebih darinya?
"Lagian kenapa tadi pagi lo gak nelpon gue? Gue lagi free loh" Tanya Kalandra.
Aku mendengus kearahnya. "Gue bakal telat kalo nyuruh lo jemput gue. Lo kan penganut slogan I hate monday. Apalagi sekarang lo lagi free."
"Hafal bener kebiasaan gue."
"Gimana gak hafal? Emang kita kenal baru kemarin sore apa?" Jawabku sarkas.
Kalandra tersenyum simpul. "Kenal emang udah lama. Tapi dijodohin nya sama yang baru kenal kemarin sore."
"Aish.. lo bahas perjodohan mulu deh. Lagian gue gak dijodohin dan gak akan pernah mau. Lo kan tau prinsip gue."
Kalandra menatapku sejenak , lalu menatap langit malam yang dipenuhi bintang.
"Ra.. jangan terlalu berpegang sama prinsip percintaan lo itu. Lo bisa memilih untuk menikahi siapa , tapi lo gak akan bisa milih untuk jatuh hati ke siapa."
***
"Gedung dekat Bintaro, lo yang ngurusin yaa? Data nya mana? Gue mau nginput transaksi nih." Alya bertanya padaku yang sedang menginput laporan keuangan mingguan.
"Bukan. Sama Oca tuh. Kemarin kan dia kesana." jawabku sambil nunjuk Oca yang baru balik dari pantry memegang secangkir kopi.
"Ambil aja di meja gue, dibawah map kuning tuh." Tunjuk Oca kearah kubikelnya.
"Ra, besok lo yang ikut seminar bareng Pak Kavin ya di Raffles Hotel."
Tubuhku langsung menegak . Lalu menoleh kearah Mas Dion.
KAMU SEDANG MEMBACA
Principle Of Love (END)
RandomPrinsip Zara Amira Prabuwijaya soal Percintaan: 1. Tidak mau dijodohkan. 2. Tidak boleh jatuh cinta atau menikah dengan pria yang sekantor dengannya. 3. Menjauhi pria bermantan. 4. Menikah diusia 25 tahun keatas.