PROLOG

391 29 0
                                    

Cinta itu indah jika pemberi dan penerimanya saling mencintai.

Cinta itu pedih, jika kamu hanya bisa mencintai seorang diri.

Cinta itu hebat, karena kamu terus dibuat rasa bahagia olehnya.

Cinta itu kejam, karena tidak membiarkanmu lepas darinya.

Cinta itu menyenangkan.

Cinta itu menyakitkan.

Cinta.

Cinta.

Dan cinta.

Kenapa semua yang aku lalui selalu cinta yang pedih, kejam, dan menyakitkan?

Apa tidak ada ruang untukku merasakan bagaimana indah, hebat, dan seberapa menyenangkannya mencintai dengan dicintai?

Apakah akan berakhir menyenangkan?
Atau menyakitkan?

Andai aku bisa bertanya pada tuhan seperti apa kisah hidupku, akankah tuhan berbaik hati membiarkanku bahagia? Atau tuhan akan terus memberiku kepedihan? Apakah tuhan menyayangiku? Apakah, apakah, dan apakah, banyak sekali pertanyaan apakah dalam benakku.

Tuhan, ku mohon, biarkan aku bahagia.

•°•°•

"Lebih baik kamu pergi."

"Tapi kakak itu kakak aku."

"Tapi kamu bukan adik saya," ucapnya lalu tersenyum miring.

"Bilang sama aku, apa yang bisa bikin kakak terima aku sebagai adik kakak."

"Ga perlu, karena selamanya kamu bukan adik saya."

"Kenapa kakak benci aku?" Ia menundukkan kepalanya.

"Karena kamu memang pantas untuk dibenci."

"Kasih tahu aku alasannya."

"Karena kamu-"

Brak!!

"Kamu diam!" Suara bariton itu terdengar dingin, matanya menatap tajam ke arah putranya yang terus memperkeruh situasi.

Ia mengalihkan pandangannya kepada putri kecilnya, perlahan mulai melembutkan pandangannya dan berjalan pelan mendekat.

"Ayo kita berangkat, biarkan dia disini."

"Tapi Pah, kakak per-"

"Papa mohon, tinggalkan dia. Untuk apa kamu mempertahannya? Bahkan ia tidak memiliki hati untuk sekedar menyapamu dengan lembut"

"Tapi Pah—"

"Pergi!" Itu perintah, dari seorang pria disamping gadis rambut sebahu itu. Bahkan ia berkata tanpa melihat lawan bicaranya, hati gadis itu semakin teriris perih menahan sakit.

"Cepat!"

Matanya berkaca kaca, bahkan disaat kepergiannya kakaknya bukan mengucapkan kalimat perpisahan yang manis, melainkan mengusirnya.

Ia menghela napasnya, menetralkan detak jantungnya yang berpacu lebih cepat karena menahan tangis.

"Baiklah, sehat sehat disini. Aku akan merindukanmu"

Ia mengecup telapak tangannya dan ditempelkan telapak tangan itu dipipi pria disampingnya.

Namun belum sempat telapak tangan gadis itu mendarat, tangannya langsung dihempas kasar oleh pria tersebut.

Ia hanya tersenyum, sekuat tenaga menahan air matanya yang memberontak minta dikeluarkan.

"Berbahagialah bersamanya," ucap gadis itu untuk menutup perpisahan ini.

Lalu ia pergi disusul oleh sang ayah.

Berbahagialah bersamanya.

Kalimat terakhir dari gadis tersebut terngiang ngiang di benak pria yang kini telah ditinggalkan oleh gadisnya. Tunggu gadisnya? Bukan, gadis itu bukanlah miliknya.

Pria yang telah menyakiti hati seorang gadis hingga rapuh, menggoreskan banyak luka di hatinya, dan menciptakan berbagai macam kenangan menyakitkan. Ia tidak pantas untuk menaruh kepemilikan atas gadis itu.

Kebahagianku hanya padamu, batinnya.

ZENARLENE (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang