Ep 5 - UKS

111 20 3
                                    

Bogeman mentah Arlene lemparkan kepada lelaki yang sedari tadi tak henti hentinya berbicara hal konyol.

"Cukup! Jaga omongan lo," desis Arlene.

Lalu ia menarik tangan Zenan dan berjalan cepat menjauh dari sana. Untungnya parkiran sedang dalam keadaan sepi, jadi tidak ada keributan lebih.

Setelah pergi meninggalkan mall tersebut, mobil mereka diselimuti keheningan. Zenan tahu adiknya itu kini tengah menahan amarahnya, dilihat dari kedua tangannya yang masih mengepal erat dan rahangnya yang mengeras. Ia akan mencoba menenangkan.

Lampu merah mengharuskan mobil mereka berhenti sejenak. Zenan raih tangan kanan Arlene yang bebas, digenggam dan dielus olehnya dengan lembut.

Tentu Arlene terkejut, tapi rasa gugupnya lebih mendominasi. Jantungnya berdebar debar, rasa debarannya masih sama seperti 3 tahun lalu.

Ia tolehkan kepalanya ke arah Zenan yang tengah menghadap ke depan. Sadar akan Arlene yang menoleh, Zenan pun ikut menoleh dan tersenyum. Ia dekatkan punggung tangan Arlene ke depan bibirnya.

Cup.

Arlene terkesiap, semburat merah mulai menghiasi wajah putihnya. Dan Zenan masih tersenyum padanya, ia kecup tangan Arlene berulang kali.

"Jangan marah," ucapnya lembut.

Arlene mengalihkan pandangannya ke arah jendela, menutupi rasa malunya. Tetapi tiba tiba seseorang yang badannya dipenuhi cat berwarna silver itu muncul didepannya.

Ia tidak berteriak, tetapi refleks memundurkan badannya hingga menabrak bahu Zenan. Mimik wajahnya jika terkejut sangat konyol. Matanya melotot kecil dan mulutnya sedikit terbuka.

Zenan terkekeh melihat tingkah Arlene yang menurutnya sangat menggemaskan. Salah satu kebiasaan gadis itu jika terkejut jarang berteriak, tetapi tidak bisa mengontrol mimik wajahnya.

Arlene yang mendengar suara kekehan pun mendongakkan kepalanya, di sana Zenan masih terkekeh geli. Arlene yang sadar langsung menjauhkan kepalanya, tapi ia kalah cepat dari Zenan.

Dengan cepat Zenan menarik tengkuk Arlene dan hendak menciumnya, buru buru Arlene menaruh telapak tangan didepan bibirnya, alhasil Zenan hanya mecium telapak tangannya saja.

Zenan pun sontak membuka matanya yang tadi sempat tertutup, ia menatap Arlene heran. Sekian detik akhirnya ia sadar.

Ia jatuhkan kepalanya dibahu Arlene dan memeluk pinggang Arlene erat, lalu mengehela napas panjang yang langsung berhembus didepan telinga Arlene. Tubuh Arlene seketika meremang menahan geli.

Tidak lama mereka berpelukan, Zenan mulai melepaskannya secara perlahan. Ia penasaran kenapa tadi Arlene menolaknya pun sontak bertanya.

"Kenapa nolak??" tanyanya.

Arlene bingung ingin memberi jawaban seperti apa, sungguh itu adalah gerakan refleks tubuhnya sendiri.

"Kalo jadi itu bakal keambil first kiss aku." Ia hanya mampu berkata demikian, lalu tiba tiba termenung memikirkan kapan perasaannya lenyap.

Zenan menghela napas mengerti.
"Itu bukan first kiss kamu."

Mendengar itu seketika kesadaran Arlene kembali. "Hah?" tanyanya.

Lalu lampu berubah menjadi hijau, Zenan kembali mengemudi mengabaikan pertanyaan Arlene barusan yang masih bersarang di otaknya.

Bukan? Tapi kayaknya iya.

•°•°•

"SHOFIA!!"

"Hah?!" Arlene terkejut, suara besar itu mengganggu dan membangunkan ia dari tidur lelapnya. Bu Puspa meneriakinya tepat didepan telinganya.

ZENARLENE (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang