Eye Contact👀

209 30 2
                                    

⚠️⚠️PENGINGAT:CERITA INI TIDAK BERMAKSUD UNTUK MENJELEKKAN SEGALA TOKOH YANG MUNCUL, DAN CERITA INI HANYA KARANGAN SEMATA, TIDAK ADA KAITANNYA DENGAN DUNIA NYATA!!!⚠️⚠️

Votement juseyo~~~⭐⭐

Xion meremas surat itu, ia lalu menatap kearah kasurnya...

Benar saja, ada hadiah yang masih terbungkus disana, dengan label nama 'Dongmyeong' ditempelkan di bagian luar bungkusnya.

'Selalu saja seperti ini, hanya Dongmyeong yang dipedulikan, selalu saja Dongmyeong! apa aku tak ada artinya di rumah ini???', batin Xion.

Xion melempar surat dari Dongmyeong ke sembarang arah, lalu menatap sinis hadiah yang orang tuanya berikan kepada Dongmyeong, ia merasakan dadanya sangat sesak, seperti ada yang menusuk dari dalam, dan tanpa disadari satu tetes air mata Xion jatuh dan membasahi seragamnya.

Dengan segera ia menghapusnya, lalu ia pergi ke loteng, seperti biasanya.

Ia akan bersembunyi sampai orang tuanya kembali, karena ia tahu ia akan tersingkirkan dan tidak akan diperhatikan bila berkumpul bersama mereka.

Disinilah Keonhee sekarang, ya, kamarnya.

'Kasian ga nongol di chap sebelumnya :)'-Author

Sebelumnya ia dijemput oleh supir pribadinya sepulang sekolah, ia sudah tahu, kalau ia dijemput seperti ini, artinya ayahnya ada di rumah, yang berarti tidak ada kedamaian untuknya.

Seperti sekarang, Keonhee sedang duduk di jamuan makan keluarga besarnya, ya, kebetulan hari ini paman dan bibinya juga datang, jadi sekalian saja mengadakan jamuan makan.

Keonhee memakai setelan jas hitam, dan dasi senada, ia juga merapihkan rambutnya.



Kira kira begitulah penampilannya saat di jamuan makan tersebut.

Ia duduk di samping ayahnya, tetap menjaga wibawa keluarganya, walaupun sebenarnya ia tak suka dengan semua tema formal ini.

Tapi daripada diamuk, mending nurut aja deh, pikir Keonhee.

Jamuan makan-pun dimulai, ayah dan pamannya berbincang sendiri begitu juga ibu dan bibinya.

'Guna gua disini apaan sih :')'-Keonhee

"Keonhee, kau sudah mempelajari bab 3?", tanya ayahnya tiba-tiba.

Keonhee tersentak, ia mengangguk ragu, lalu menjawab.

"I-iya....sudah ayah..."

Ayahnya tersenyum, lalu berbincang kembali dengan pamannya.

Keonhee menghela nafas, sebenarnya ia belum selesai membacanya, hanya saja ia takut akan diamuk oleh ayahnya.























Xion kini sedang membersihkan loteng, atau bisa disebut kamar keduanya, ia mengambil beberapa makanan dari dapur dan menaruhnya di rak persediaan makanan di loteng itu.

Ia tidak ingin keluar karena ia tau, ia akan diabaikan dan diacuhkan.

Lebih baik ia mengurung diri di loteng dibanding harus keluar menyaksikan pemandangan meyakitkan itu.

"Mereka akan kembali nanti malam, aku yakin...", monolog Xion seraya menyusun kasurnya.



Maaf pendek :')

[1]Oneus: A Place Called Home✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang