ㅁㅊㄷㅁㅊㅇ(Crazy & Crazy)🥴

181 27 5
                                    

⚠️⚠️PENGINGAT:CERITA INI TIDAK BERMAKSUD UNTUK MENJELEKKAN SEGALA TOKOH YANG MUNCUL, DAN CERITA INI HANYA KARANGAN SEMATA, TIDAK ADA KAITANNYA DENGAN DUNIA NYATA!!!⚠️⚠️

Votement juseyo~~~⭐⭐

Rumah, tempat pulang bagi semua orang, tempat untuk mengisi hari hari dengan kenangan bersama keluarga.

Namun bagi Seoho hanya ada kenangan buruk yang terlintas bila ia mendengar kata 'rumah'.

Kini Seoho sudah ada di depan rumahnya, namun ia enggan untuk cepat masuk kedalam, ia tidak ingin masuk, tidak pernah ingin, namun bila ia tidak pulang ke rumah ini, ia akan pergi kemana?

Dengan berat hati Seoho memutar kenop pintu, dan membukanya.

Bau alkohol...

Bau yang paling Seoho benci sejak kecil, bau yang menyimpan kenangan buruk.

Dan di ruang tamu, ayahnya tertidur di ruang tamu, dengan 3 botol soju di atas meja.

Ia segera berjalan menuju kamarnya, tanpa sedikitpun memedulikan ayahnya, untuk apa dipedulikan juga?tidak ada manfaatnya.

"Kok malah kesannya Seoho tuh anak durhaka sih ;-; "-Author

Setelah sampai di kamarnya, Seoho Segera menaruh tasnya diatas meja dan melonggarkan dasinya.

Ia lalu mengambil buku novel yang sebelumnya belum habis ia baca.

Namun tiba-tiba pintu kamarnya dibuka oleh seseorang.......








Ravn baru selesai membereskan peralatan yang ia pakai untuk praktik tadi, kelas juga sudah lumayang sepi, hanya tinggal 4 / 5 orang saja.

Ravn memasukkan gunting, sisa sisa bahan dan alat jahit ke dalam tote bag berwarna hijau toska di tangannya.

Lalu segera menggendong tasnya dan pergi menuju ruang dosen untuk menyerahkan hasilnya.

Setelah menyerahkan tugasnya, ia pun segera bergegas pulang, namun selama di koridor kampus, ia mendapat tatapan sinis dari sisa siswa yang masih menjalankan piket, Ravn acuh saja, tidak berguna juga kalau ia meladeni anak anak itu.

Kini ia berada di daerah sekitar rumahnya, suasana nya kali ini berbeda, ia disambut dengan hangat.

"Youngjo-ya! bagaimana sekolah mu hari ini?", Tanya salah seorang teman-nya.

"Ah-! Nee, hari ini di sekolah biasa biasa saja, bagaimana dengan-mu, Gaeun?", Ravn bertanya balik.

"Sama, biasa saja. Matahari hampir terbenam, aku masuk duluan ya, dadah~", ucap Gaeun lalu hilang ditelan pintu rumahnya.

Youngjo tersenyum, lalu kembali melanjutkan perjalanannya menuju rumahnya.

Manik-nya menangkan seorang gadis bergaun putih selutut, sedang memetik bunga di taman dekat rumahnya.










Seoho menoleh saat mendengar suara pintu terbuka, benar, itu adalah ayahnya, dalam keadaan masih setengah mabuk.

"Seo...Ho ya~ dimana ibumu?hm?", tanya ayahnya.

Seoho mendecih, "Kau sudah membunuhnya, ingat?", ia memberikan death glare nya.

"Apa....maksud..mu?"

"Kau sendiri yang membunuhnya.......demi membela jalang itu....", nada bicara Seoho mendingin.

"JANGAN LANCANG MENYEBUTNYA SEPERTI ITU!"

"Lucu, bagaimana kau lebih membela wanita itu dibanding istrimu sendiri.....", Seoho memalingkan wajah, dan kembali kepada novelnya.

Ayahnya yang sedaritadi membawa botol soju pun melayangkannya ke tembok karena emosi, botol tu pun pecah berkeping keping, dengan bagian tajam yang masih dipegang ayahnya.

Seoho kaget?tidak, baginya sudah biasa, hampir setiap hari seperti ini.

Ayahnya menarik bahu Seoho dan kemudian hendak memukulnya menggunakan pecahan botol soju itu.











"Younghae!!", Panggil Ravn.

Gadis itu menoleh, memperlihatkan manik berwarna amber-nya yang indah, tak lupa rambut hitam bergelombang ya yang tertiup semilir angin.

"Kak Youngjo!", Younghae segera berlari dan memeluk Ravn.

Ravn mengelus ringan kepala adiknya yang berumur 12 tahun itu.

Ravn berlutut dan menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi mata Younghae.

"Kakak kan sudah bilang, kalau sudah sore jangan bermain di taman...apalagi sendirian seperti tadi...."

"Maaf kak.....tapi lihat, bunga ini cantik kan?", Tanya Younghae seraya menunjukan bunga yang ia petik tadi.

Ravn tersenyum lalu mengangguk.

"Ya, cantik, tapi tak secantik dirimu, sudah, mari kita pulang"

Younghae mengangguk lalu menggandeng tangan Ravn, dan mereka berjalan pulang bersama.











Seoho sudah menduganya, dengan segera Seoho menahan tangan ayahnya, namun pecahan botol itu berhasil melukai pipinya, dan meninggalkan jejak luka.

Ayahnya masih mengamuk, dan Seoho masih menahannya, tiba tiba terdengar suara pintu di buka dengan kasar.

Seorang pria tinggi datang dan segera menahan ayah Seoho, menjauhkannya dari Seoho.

"Tuan Jaekyung, tolong tenang, anda bisa saja membunuh Seoho bila seperti ini-!"

Gerakan ayah Seoho-pun sedikit melemah, lalu akhirnya diam, ia menjatuhkan pecahan botol Soju yang ia pegang, lalu pergi dari rumah tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Seoho mengelap darah yang menetes dari luka di pipi nya, lalu perhatian-nya tertuju pada pria yang membantunya tadi.

"Kanghyun-ah, terimakasih"

Orang yang dipanggil Kanghyun-pun menoleh, memperlihatkan senyumnya.

"Ya, kalau kau butuh bantuan, aku selalu disini"















Hiya!!! i'm back!!!!
Di chap ini sempet ilang idenya.hik :"
Tapi akhirnya bisa selesai juga ini chapter

Oh iya, mungkin kalian bertanya tanya kenapa aku make nama lagu Oneus buat judul tiap chap
Jawabannya simple, aku males mikir judul.xixi

Dan dibanding kalian manggil aku 'author', panggil aku Fitri aja~

Oke, see you in the next chapter~

[1]Oneus: A Place Called Home✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang