Pagi telah datang, sunyi yang menggelegam berganti menjadi pagi yang hangat. Bi Diah sedang menyiapkan sarapan sedangkan, Angga duduk anteng menunggu makanan yang sedang Bi Diah sajikan.
"Makan yang banyak biar cepet gede," ucap Bi Diah.
"Iya, Nek, tapi Papa mana?" tanya Angga.
"Papamu udah pergi kerja dari jam enam." Angga langsung melirik jam yang berada di tangannya sudah satu jam yang lalu.
"Aa, Nenek mau nanya boleh?"
Angga menganggukan kepala karena, sudah mulai makan.
"Kamu suka tidur sambil jalan?" Bi Diah sudah mengetahui perihal tersebut kala sdang memasak, Diaz menceritakan bahwa Angga tertidur di pintu kamarnya.
"Enggak, kenapa gitu?"
"Semalem kamu, kok, ada di depan pintu kamar Papamu?"
"Jadi Nenek ya," lirih Angga.
Angga sudah berharap bahwa ayahnyalah yang memindahkan dirinya tetapi bukan.
"Jadi Nenek apa?"
"Nenek, kan, yang pindahin Aga ke kamal? Padahal Aga, tuh, lagi nunggu Papa pulang, buat minta maaf tapi ketidulan," jelas Angga.
Bi Diah tersenyum simpul, ternyata Angga dalam keadaan sadar berada didepan kamar Diaz. Angga berniat akan meminta maaf hanya saja Diaz yang pulangnya terlalu membuat Angga tertidur.
"Udah ya, gak usah dibahas. Makannya cepetan kita bakal pergi sekolah, bekalnya udah Nenek masukin ke tas," pesan Bi Diah.
"Bekal sama apa?"
"Nasi goreng mata sapi."
Mata Angga terbelalak kaget. "Enggak Aga takut makan sama mata sapi, nanti matanya melototin Aga mulu. Aga gak mau."
"Maksud Nenek itu nasi goreng telur mata sapi," kekeh Bi Diah.
"Oh, telol," ucap Angga.
"Iya, ihh, gemesin banget sih," goda Bi Diah.
Angga tersipu malu terbukti dari ia menundukan kepala lalu tersenyum.
"Aa harus inget pesen Nenek, jangan pulang sebelum dijemput. Oke?"
"Iya, Aga tungguin Nenek."
"Bagus, PR kemarin sudah dikerjakan?" tanya Bi Diah.
"Enggak, kemalin gak ada PL, telus kalo ada yang susah juga Aga suka gak keljain," jawab Angga.
"Kenapa?"
"Kan, gak bisa, Aga gak tau jawabannya. Tlus aga juga gak tau halus nanya siapa, Tante sama Kak Azlil jalang di lumah. Kalo nanya Mama dimalahin, nanya telus ke Tante juga Mama malahin."
"Nanti kalo ada PR susah kasih tau Nenek, ya," pesan Bi Diah.
"Nanti Nenek bantuin?" tanya Angga dengan bahagia.
"Enggak, nanti Nenek kasih tau Papamu. Biar nanti dibantuin. Nenek itu gak bisa nulis," ujar Bi Diah.
"Nenek gak bisa nulis? Kenapa kan udah gede halusnya bisa nulis."
"Nenek dulunya gak sekolah, Aa."
"Waktu itu juga Aga gak sekolah, cuman Tante ngajakin Aga ke sekolah Kak Azlil telus di suluh sekolah sama Tante. Waktu itu Mama malah gala-gala Aga sekolah, tapi ada Tante yang belain," jelas Angga.
"Udah, Aa, nanti aja curhatnya. Kita berangkat."
****
Kelas sedang ramai, bahkan saking ramainya Bu Hera sampai menaikan suaranya agar murid-muridnya bisa tenang. Bu Hera menyuruh kepada anak muridnya untuk menggambar apa yang mereka inginkan, nanti muridnya disuruh kedepan menjelaskan satu-persatu.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Dad [END]
RandomMeski udah End, tetep vote ya... Semua orang memiliki kelemahannya tersendiri. Begitu pula dengan Diaz, terlahir sebagai laki-laki cuek terhadap lingkungan dan sekitarnya. Erlangga Diwantara, anak yang belum genap berusia 5 tahun. Harus ditinggal o...