» [Deep Blue Sea] «
0:00 ─〇───── 02:53
⇄ ◃◃ ⅠⅠ ▹▹ ↻
_______________________________
□please turn on bright mode˚✧. . .
. .
.
⋆
Tokyo, 4 Januari
Siang itu, udara Tokyo masih cukup dingin mengingat musim belum berganti. Taka berjalan secepat yang ia bisa menuju tempat yang diberitahukan oleh Kenta melalui pesan singkat yang sempat ia terima.
Beruntung semalam ia menginap di apartement Hiroki, hingga jarak tempat pertemuannya tak begitu jauh dan memakan waktu.Di sepanjang perjalanan, Taka sedikit gelisah namun juga bersyukur karena jalanan tak begitu ramai seperti hari-hari biasanya. Padahal, ini sudah memasuki jam makan siang. Tapi sudahlah, dengan begini ia akan cepat sampai di tempat.
Perjalanan lima menit dari apartement sang adik menuju sebuah tempat makan mewah private seperti di benaknya. Kenta sudah di sana, ditemani sake dan juga beberapa mangkuk camilan yang sudah dipesan.
"Apa aku lama, Ken?"
"Yo! Kukira kau masih tidur pulas akibat pesta semalam."
"Hiro yang membangunkanku. Ya, beruntung aku menginap di tempatnya. Jika tidak, mungkin hari ini aku tak akan menemuimu sekarang."
Obrolan hari itu banyak membahas tentang karier satu sama lain, perkembangan musik dan percakapan lainnya. Yang cukup membuat Taka tertarik akan beberapa hal. Kenta memang orang yang cukup fleksibel untuk menjadi teman mengobrol santai seperti ini.
"Selanjutnya akan kuhubungi lewat e-mail atau kontak pribadimu. Jaa!" Taka pamit lebih dahulu, ternyata obrolan itu memakan sangat banyak waktunya, tapi Taka senang dapat bekerja sama dengan orang seperti Kenta.
Project awal tahunnya mungkin akan memuncaki tangga lagu di Jepang dan mungkin juga orang-orang di luar Jepang akan menyukainya.
─┅┅┄┄*ೃ:.✧˚
04.03 PM
Setibanya Taka di apartemen miliknya, ia langsung melesat menuju lantai teratas gedung yang rata-rata penghuninya manusia-manusia penting di Tokyo.
Dia memasuki unit termewah apartement dan langsung menghajar sofa empuk ruang tamu. Walaupun hanya mengobrol beberapa jam, tapi rasanya ia penat sekali, membuatnya ingin tidur. Tapi sekelebat kejadian di mimpinya pagi tadi membuatnya enggan untuk terpejam.
Apa mungkin jika aku terpejam kali ini, seseorang akan mengalami hal serupa?
Merasa "bodo amat", akhirnya Taka terlelap beberapa jam sebelum telepon dari pihak resepsionis mengabari kalau ada barang yang dititipkan seorang perempuan di loker pribadinya.
Mungkin sang Mama yang menitipkan. Tapi, kenapa harus di loker? Padahal biasanya mama akan langsung menghampirinya kemari. Ah! Mungkin mama sibuk, jadi tak sempat ke atas.
Dengan tergesa, dirinya menuju locker room.
Apa mungkin dari Aimer?
Senyum Taka mengembang begitu tiba di depan pintu, tapi senyuman itu hanya beberapa detik saja mengukir di wajah tampannya.
Sebuah kertas melekat di pintu loker berwarna kelabu di hadapannya, hanya sebuah angka dengan tinta merah tertulis di sana.
「
12
」
Tunggu, hanya ini? Apa-apaan maksudnya?! Hanya sebuah angka dengan tinta merah, tak ada yang menarik disini.
Tapi, rasanya tidak mungkin jika resepsionis sampai menelpon kalau hanya untuk memberi tahu tentang sticky note ini.
Alhasil, Taka membuka lokernya. Dan sesuatu yang menjijikan didapatinya di dalam sana.
"KEAMANAN!!!"
.
.
.
"Maaf tuan Moriuchi, kami sungguh tidak tahu jika titipan itu adalah potongan tubuh hewan."
"Kalian tahu, kan? gedung ini dihuni oleh orang-orang penting! Bagaimana bisa kalian kecolongan sampai seseorang bisa memasukan potongan lidah yang berceceran darah ke lokerku?!"
"Saya akan memeriksa kembali CCTV dan tanda penerimaan, sekali lagi kami mohon maaf, tuan."
"Aku tak mau sampai hal ini terulang! Itu sangat menjijikan!"
Jengkel? Tentu saja! Siapa yang tak merasa jijik dengan pemandangan seperti tadi itu! Tadi adalah potongan lidah, benar-benar lidah, tapi yang jelas bukan lidah manusia tentunya. Yang dugaan Taka baru saja dipotong oleh seseorang, dengan bau darah yang belum terlalu anyir dan lidahnya masih hangat.
Sungguh, menjijikan.[]

KAMU SEDANG MEMBACA
-|ʀᴀᴋᴛᴀ✶ˊˎ-
FanfictionDi tengah sudut Kota Tokyo, pemuda yang terlahir di Kota ini terbangun dari mimpi buruk yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Mencoba memutar kembali film yang dihadirkan dalam mimpinya selama sepersekian menit tadi, namun tak berhasil. Ketika s...